Kota Cimahi menjadi daerah di Jawa Barat dengan angka pengangguran tertinggi ke dua setelah Kota Bogor berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS)
Berdasarkan data BPS, hingga Agustus 2022 ada 2,13 juta penduduk Jawa Barat yang menganggur, sebanyak 10,77 persennya merupakan masyarakat Kota Cimahi. Sementara angka pengangguran tertinggi dipegang Kota Bogor dengan 10,78 persen.
Pada tahun 2021 BPS Kota Cimahi juga sempat merilis jumlah pengangguran mencapai 38.193 orang atau 13,03 persen. Sementara pada tahun 2020 jumlahnya sebanyak 39.055 orang atau 13,30 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cimahi Yanuar Taufik mengatakan jika mengacu pada persentase tersebut maka jumlah pengangguran di Cimahi pada tahun 2022 menurun ketimbang tahun sebelumnya.
"Tahun lalu 38 ribu orang (pengangguran), kalau melihat angka itu sebetulnya kan menurun dibanding 2021, mungkin sekarang 30 ribuan lebih jumlahnya," ujar Yanuar saat dihubungi detikJabar, Rabu (9/11/2022).
Yanuar mengatakan jumlah penganggur tersebut merupakan angka angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan. Sementara di Cimahi sendiri ada sekitar 270 ribu tenaga kerja yang dibagi menjadi dua klasifikasi, yakni angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja merujuk pada seseorang yang ada pada usia produktif untuk bekerja di luar pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pensiunan, hingga lansia. Sementara yang bukan angkatan kerja merupakan mereka yang dikecualikan dari klasifikasi angkatan kerja.
"Jadi usia tenaga kerja di kita hampir 270 ribu, nah penganggur itu jadi pembilang. Jadi ya hitungannya tahun 2021 itu 39 ribu/270 ribu kan sekitar 13 persenan, nah tahun ini turun jadi 10,77 persen, atau sekitar 30 ribuan/270 ribu," kata Yanuar.
Kendati mengklaim ada penurunan jumlah pengangguran, namun pihaknya justru tengah khawatir menghadapi ancaman resesi pada tahun 2023 mendatang yang bakal berdampak pada jumlah pengangguran di Cimahi.
"Ini kan menjelang resesi, sedikit banyak pasti berdampak tapi kita berdoa mudah-mudahan tidak terlalu. Kita tahu di Cimahi ini kan dominasi industrinya itu tekstil dan garmen," kata Yanuar.
Produk dari industri di Cimahi sendiri mayoritas diekspor ke luar negeri seperti negara-negara Eropa dan Amerika yang bakal sangat terdampak oleh resesi. Hal itu kemungkinan menjadi sinyal buruk bagi tenaga kerja di Cimahi.
"Bisa jadi dirumahkan, karena kan kebanyakan industri tekstil ini ekspor ke Eropa. Nah di sana sedang resesi, dampaknya ke produksi yang tertunda. Akhirnya mungkin pegawai dirumahkan, tapi mudah-mudahan tidak terlalu parah dampaknya," kata Yanuar.
(mso/mso)