Kabupaten Pangandaran merupakan daerah wisata di Jawa Barat yang rawan terjadi bencana alam gempa dan tsunami. Beberapa waktu lalu pakar dari ITB memberikan peringatan terkait potensi gelombang tinggi tsunami di pesisir Pulau Jawa bagian Selatan, termasuk Pangandaran di dalamnya.
Tsunami Pangandaran tahun 2006 menjadikan banyak pelajaran bagi warga pesisir. Berdasarkan catatan data WHO, akibat bencana itu ada 668 korban jiwa dan 65 orang dinyatakan hilang. Sementara kerusakan infrastruktur yang ditimbulkan menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah.
Semenjak dinyatakan sebagai daerah yang rawan terjadi bencana alam, longsor, banjir, angin, kebakaran, gempa dan tsunami, membuat Pemerintah Kabupaten Pangandaran terus siap siaga dan waspada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2016 Kementerian PUPR dan BNPB membangun gedung shelter Tempat Evakuasi Sementara (TES) di Kabupaten Pangandaran blok Pasar Wisata, Desa Pangandaran.
Tempat Evakuasi Sementara ini memiliki tiga lantai dengan ukuran 50 x 60 meter bisa menampung sekitar 6.000 orang. Gedung TES ini dibangun oleh Kementerian PUPR dengan dana Rp 23 miliar, baru diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 lalu.
Bangunan TES ini sempat nonaktif dan terbengkalai sejak diserahkan ke pihak pemda Pangandaran. Saat ini gedung TES Pangandaran bak rumah hantu, tak terurus dan kerap kali dijadikan lokasi parkir bus pariwisata.
![]() |
Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Pangandaran Nana Suryana mengatakan gedung TES di Pangandaran harus tetap dijaga mengingat bahwa bencana tidak akan bisa diprediksi kejadiannya.
"Pangandaran masih butuh banyak TES karena bukan hanya untuk masyarakat setempat, karena Pangandaran itu tempat wisata yang dikunjungi ribuan orang," kata Nana.
Sementara menurut Nama, TES Pangandaran hanya bisa menampung sebanyak 6 ribuan orang. "Sedangkan jumlah warga pesisir desa Pangandaran ada 11 ribu orang, artinya hanya bisa menampung 50%," kata Nana kepada detikJabar. Sabtu (5/11/2022).
Selain itu Pangandaran belum memiliki Tempat Evakuasi Akhir (TEA) untuk menampung banyaknya warga Pangandaran. "Jadi dalam kondisi darurat bukan hanya warga lokal, tapi wisatawan harus dilindungi," ucapnya.
Kendati demikian, kata Nana, tsunami yang pernah terjadi di Pangandaran menjadi pelajaran berharga bagi kita pentingnya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
"Tetapi hal ini harus didukung dengan fasilitas dan rencana kontinjensi kedaruratan," katanya.
Ia mengatakan meskipun sangat tidak diharapkannya terjadi bencana alama. Pihaknya hanya ingin warga Pangandaran siap menghadapi kondisi apapun saat terjadi bencana alam.
(yum/yum)