Sari begitu ramah. Ia langsung mempersilakan tamunya masuk ke rumahnya. Rumah yang memang jauh dari kata nyaman. Langit-langit rumah Sari menggunakan plastik.
Rumah milik Sari itu berada di Jalan Linggawastu Dalam, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung. Wanita berusia 52 tahun itu sudah menetap lebih dari 30 tahun di rumah tersebut.
Rumahnya gelap. Hanya ada satu lampu yang menyala. Rumah milik Sari itu memiliki empat ruangan. Ruang tengah, dua kamar dan dapur. Tak ada lampu di dua kamar itu. Lampu hanya digantung di ruang tengah. Persis di atas mesin jahit.
Sari punya alasan soal menggunakan satu lampu di ruang tengah. Ya, keselamatan keluarga. Sebab, atap rumah Sari bagian tengah sudah tak utuh. Atapnya bocor, karena sebagian ambruk.
Saat hujan deras, air selalu masuk ke dalam rumahnya. Lantai yang basah, dianggap Sari berisiko. Sehingga, Sari memutus sambungan listriknya. Hanya difungsikan untuk ruang tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, bagian dapur tampak begitu terang. Sinar Matahari langsung menembus. Atap dapurnya ambruk karena hujan deras. Sudah setahunan lebih Sari hidup dengan kondisi demikian.
"Atap dapur itu ambruk pada tahun lalu, waktu itu hujan deras seharian. Kalau yang di tengah ini, sebulanan kalau tak salah," kata Sari sembari menunjuk ke arah atap rumahnya yang ambruk, Sabtu (5/11/2022).
![]() |
Ember dan panci pun dibiarkan sengeja berserakan di lantai. Sebab, mempermudah gerak Sari saat hujan lebat turun. Ember dan panci langsung dipasang di titik yang bocor.
Sebagian barang-barang rumahnya juga dibungkus plastik. Termasuk buku-buku pelajar milik anaknya. "Supaya tidak kena air. Takut basah," tutur perempuan empat anak itu.
Sari menjanda sekitar empat tahunan. Suaminya meninggal dunia. Tiga anaknya sudah menikah. Di rumahnya itu, Sari tinggal berdua dengan anak keempatnya yang masih sekolah.
Sehari-hari Sari kerja serabut, jadi tukang cuci pakaian, menjahit, setrika dan lainnya. Apa saja ia kerjakan demi mencukupi kebutuhan anaknya.
"Memang sudah tua rumahnya juga. Setelah bapak meninggal, nggak ada yang bisa perbaiki kalau ada kerusakan," kata Sari.
Sari hingga kini menanti bantuan perbaikan rumah tidak layak huni (Rutilahu) yang dijanjikan Wali Kota Bandung Yana Mulyana. Ia menerima bantuan itu secara simbolis.
Jauh sebelum Yana Mulyana mengunjungi Sari dan memberikan bantuan. Sari berjuang agar bisa tidur dengan nyenyak. Ia mendapatkan plastik dari warga sekitar untuk dipasang di langit-langit rumahnya.
Selain itu, sejak tahun lalu pula Sari mengajukan bantuan. Ia mengaku banyak datang berkunjung. Tapi bantuan tak kunjung terealisasi.
"Banyak ke sini. Sampai sekarang juga belum dibangun-bangun, masih seperti ini, ucap Sari.
Kemarin, Yana Mulyana mengunjungi Sari. Ia memberikan bantuan perbaikan rumah. Orang nomor satu di Kota Bandung ini menyampaikan rasa prihatinnya atas kondisi Sari.
"Kami juga mendapat informasi dari warga. Jadi, sebelum ini berlama-lama, kita ingin segera membenahi dari awal. Mudah-mudahan bisa cepat selesai," kata Yana dalam keterangan yang diterima detikJabar.
Ribuan Rutilahu di Bandung
Pemkot Bandung telah menggelontorkan sekitar Rp 9,2 miliar untuk bantuan program sosial berupa padat karya. Selain digelontorkan untuk permodalan, bantuan ini juga digelontorkan untuk menyasar rutilahu.
Bantuan untuk masyarakat itu sudah berjalan. Rapat awalnya dilakukan pada September lalu. Anggarannya dari Biaya Tak Terduga (BTT). Program ini berjalan dalam tiga bulan, dari Oktober hingga Desember.
Sesuai rapat, Sekda Kota Bandung Ema Sumarna waktu itu menjelaskan tentang kondisi rutilahu di Kota Bandung. Total rutilahu mencapai 18.176 unit. Total yang sudah diperbaiki mencapai 13.111 unit. Tersisa 5.065 unit yang belum diperbaiki.
"Masuk 2022 itu ada target 1.338 rumah yang diperbaiki. Masih ada sisa 3.727 rumah. Mungkin ini (sisanya) digarap melalui bantuan masalah penanganan rutilahu," kata Ema saat itu.
(sud/mso)