Muhammad Ihsan Ismail (27), Pemuda asal Desa Citimun, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang patut diperhitungkan dalam dunia penerbangan di tanah air. Beragam software dan hardware dalam teknologi penerbangan telah berhasil dibuatnya.
Sebut saja diantaranya seperti AHA (Artificial Horizon Pesawat), Electronics Flight Instrument System, Air Speed, Altimeter, Air Data Test Set, Multy Temperature Tester, Test Bench Pesawat Hercules dan lainnya.
Salah satu yang menarik detikJabar adalah software yang berfungsi untuk menganalisis data black box pesawat terbang. Pasalnya, softwarenya tersebut diklaim mampu membaca sejumlah parameter data pesawat terbang yang direkam black box. Selain itu softwarenya pun mampu menampilkannya ke dalam bentuk simulasi kokpit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhammad Ihsan Ismail atau yang biasa dipanggil Ihsan menjelaskan, dàlam sebuah black box memiliki dua jenis data, yakni Flight Data Recorder (FDR) atau data penerbangan dan Cockpit Voice Recorder (CVR) atau data percakapan antar pilot.
Software yang dibuatnya, lanjut Ihsan, bernama flate data monitoring atau software untuk mensimulasikan data FDR dalam black box pesawat.
"Jadi data penerbangan yang direkam oleh black box dapat dianalisis dengan menggunakan software yang saya buat ini," ungkap Ihsan.
Ihsan mengklaim, software buatannya itu mampu mempermudah proses analisis data dalam black box. Pasalnya melalui softwarenya ini, data yang telah direkam black box dapat disimulasikan ke dalam tampilan layar berbentuk simulasi kokpit.
"Jadi analisis black box yang biasanya hanya berbentuk grafik, lewat software yang saya buat ini dapat ditampilkan ke dalam bentuk layar berupa simulasi kokpit, jadi mempermudah saat proses analisis sebuah black box," terangnya.
Ihsan memaparkan, software yang dibuatnya sangat cocok digunakan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Pasalnya, selain dapat digunakan untuk memonitoring dan menganalisis kasus-kasus kecelakaan penerbangan juga dapat digunakan untuk melihat sejumlah paramater data pesawat terbang, salah satunya jadwal perawatan pesawat (Scheduled maintenance).
"Jadi dalam dunia penerbangan itu tingkat keamanan sangat diperhatikan, boleh dikatakan harus zero accident, dan alat ini juga dapat mengetahui kapan jadwal perawatan harus dilakukan atau scheduled maintenance, jadi service pesawat itu harus jelas karena ada datanya," paparnya.
![]() |
Ihsan mengaku software yang dibuatnya sempat dilirik oleh sebuah perusahaan namun harga yang ditawar terlalu murah sehingga ia pun memutuskan untuk masih menyimpan softwarenya hingga kini.
Ia sendiri membandrol harga untuk software ciptaannnya itu dikisaran Rp 100 juta.
"Pernah ada yang lirik dan nawar cuma harganya Rp 30 juta, saya sendiri inginnya Rp 100 juta, software itu masih saya simpan dan masih akan saya kembangkan jika ada yang mau memesannya," ujarnya.
Sekadar diketahui, Ihsan sendiri kini telah memiliki start up yang tengah dirintisnya bernama Hiber Tech. Start up tersebut bergerak dalam bidang pembuatan software dan komponen pesawat terbang.
Ihsan memulai usahanya pada 2020. Ia sendiri saat itu telah bekerja di sebuah perusahaan pesawat terbang luar negeri, yakni Flight Lithuania cabang Indonesia di bandara Soekarno Hatta Jakarta dari mulai Januari 2020 hingga Juli 2021.
Namun lantaran kecintaannya pada dunia teknologi, ia pun pada akhirnya lebih memilih untuk mengembangkan ilmunya dengan melanjutkan S2 Teknik Elektronik di Universitas Telkom. Dan, fokus terhadap start up yang tengah dirintisnya tersebut.
Selain mengerjakan sejumlah proyek, Hiber Tech juga menjadi wadah bagi para pemuda di lingkungan tempat tinggalnya yang ingin belajar tentang dasar-dasar teknologi pesawat terbang.
(tey/tey)