Ridwan Kamil di Persimpangan Jalan Jelang Pemilu 2024

Round-Up

Ridwan Kamil di Persimpangan Jalan Jelang Pemilu 2024

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 30 Okt 2022 09:00 WIB
Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Ridwan Kamil tengah menjadi topik perbincangan setelah namanya mulai menggeser beberapa elit politik untuk Pilpres 2024. Gubernur Jawa Barat itu menjadi sorotan meski belum ada keputusan apapun yang diambil pria yang akrab disapa Kang Emil.

Berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas, elektabilitas Ridwan Kamil dinyatakan melejit dengan persentase pemilih hingga 8,5 persen. Namanya kini bertengger di urutan keempat menggeser Sandiaga Uno dengan 2,5 persen, Andika Perkasa 2,3 persen hingga Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan 2,2 persen.

Meskipun di atasnya masih ada 3 nama yang difavoritkan menjadi capres yaitu Ganjar Pranowo dengan 23,2 persen, Prabowo Subianto 17,6 persen dan Anies Baswedan 16,5 persen berdasarkan Litbang Kompas, tapi nama Kang Emil kini patut diperhitungkan. Terlebih, dia merupakan orang nonpartai dibanding ketiga figur itu, dan berencana mengumumkan masuk partai politik pada akhir tahun 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walau peluangnya kini terbuka, Kang Emil sendiri belum punya keputusan. Bahkan tersirat jika Kang Emil masih bimbang, lantaran bingung menimang pilihan maju sebagai capres atau cawapres, atau maju kembali sebagai gubernur di Jawa Barat maupun melebarkan sayapnya di Pilkada DKI Jakarta 2024.

Terlihat dalam pernyataan terbarunya yang menanggapi hasil survei terbaru Litbang Kompas itu. Dalam keterangannya, Kang Emil mengaku masih menimang pilihan yang bakal menjadi opsinya untuk Pemilu 2024 mendatang.

ADVERTISEMENT

"Mau jadi gubernur, capres, cawapres, apapun itu, itu mah takdir Allah. Tidak ada kata tidak maksimal. Jadi gubernur jilid dua juga maksimal, apapun itu. Yang penting hidup bermanfaat karena jabatan hanya kesementaraan," kata dia.

Kang Emil yang diindikasikan sedang dilema ini pun masih meyakini pengusungan untuk Pilpres 2024 akan terjadi di last minute atau menit-menit terakhir. Sehingga, ia hingga sekarang belum mengumumkan lagi ke publik mengenai sejauh mana keseriusannya maju di kancah politik nasional.

"Politik itu bukan matematik. Tidak selalu yang dihitung hari ini sama dengan hasil akhir. Itu menunjukkan tidak semua dihitung dari hari ini," ungkapnya.

Masalah terbesar Kang Emil saat ini ialah belum ada partai politik yang mengusungnya untuk ke kancah politik nasional. Berbeda dengan Ganjar misalnya, Gubernur Jawa Timur itu meski belum diumumkan secara resmi oleh PDIP, namun Ganjar masih menjadi figur capres terkuat dari partai berlambang banteng tersebut.

Begitu juga dengan Prabowo yang dipastikan mendapat dukungan penuh dari kader internalnya untuk menjadi capres kembali. Sedangkan Anies, baru saja dideklarasikan oleh Partai NasDem sebagai Capres pada awal Oktober 2022.

Meski tercatat sudah ada 3 pertemuan Kang Emil dengan elit partai, namun keputusan mau menggunakan seragam mana tak kunjung diumumkan. Kang Emil sudah bertemu dengan Agung Laksono dari Partai Golkar, Ketum Gerindra Prabowo dan Sekjen PAN Edi Suparno yang jauh-jauh bertandang dari Jakarta ke Gedung Sate untuk bertemu dengan Kang Emil.

Terbaru, Kang Emil bahkan sudah saling melempar kode 'batik kuning' dengan Ketum Partai Golkar Airlangga Hartanto. Kode ini kembali diungkit setelah Kang Emil usai menghadiri perayaan puncak HUT ke-58 Partai Golkar di Hall C, Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Nanti akan diputuskan di waktu yang tepat. Nanti dikabari lah, tapikan kodenya sudah ada," kata Kang Emil, sapaan akrabnya saat ditanya awak media mengenai parpol mana yang akan ia pilih menjelang Pemilu 2024, Sabtu (22/10/2022).

Tapi, peluang Kang Emil bisa diusung Golkar sebagai capres kemungkinan sudah tertutup rapat. Pasalnya, Golkar masih bersikukuh menjagokan sang ketum Airlangga Hartanto sebagai Capres 2024.

Karena tipisnya peluang menjadi capres saat ini, Kang Emil sebetulnya sudah membuka peluang untuk maju sebagai cawapres. Apalagi, berdasarkan survei Indonesia Polling Station (IPS), namanya difavoritkan untuk bisa berpasangan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang.

Di survei IPS, Kang Emil menggeser beberapa nama seperti Khofifah Indar Parawansa dan Salim Segaf Al-Jufri. Bahkan, nama Ketum Partai Demokrat AHY juga tergerus oleh Kang Emil yang lebih difavoritkan publik untuk menjadi cawapres Anies.

Saat survei itu baru dirilis, Kang Emil masih biasa menanggapinya. Ditemui detikJabar di Trans Luxury Hotel Bandung, Kamis (20/10/2022), ia mengaku lebih fokus bekerja menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Barat.

"Gini, seperti biasa yah, penganten survei mah nggak ngatur-ngatur survei. Kita terima aja. Kalau hasilnya cocok dengan A, B, C, ya kita apresiasi yah," katanya, Kamis (20/10/2022).

Lagi-lagi, Kang Emil mengatakan hasil survei tersebut tidak bisa dijadikan patokan utama. Sebab ia menyadari, hitung-hitungan politik tidak bakal selalu sama dengan apa yang diinginkan oleh publik.

"Mengingat politik bukan matematik, kadang-kadang apa yang ada di benak warga dengan hasil perjodohan akhir itu tidak selalu sama," ucapnya.

"Jadi yang penting saya mah fokus kerja saja yang maksimal. Kalau diapresiasi Alhamdulillah. Berjodoh dengan siapa itu masih misteri lah, hanya Tuhan yang tahu," tuturnya.

Jauh hari sebelum kedua survei itu dirilis, Kang Emil sebetulnya sudah mulai realistis menatap Pemilu 2024. Ia mengaku takkan ngotot jika tidak dipinang koalisi manapun lantaran masih ada peluang di Pilkada Jabar mendatang.

"Bahwa nanti nggak jadi (maju di Pilpres 2024), ya tidak masalah. Pilihan saya masih ada kan, gubernur jilid 2," kata Kang Emil sapaan akrabnya, Minggu (16/10/2022).

Di Jabar jika maju sebagai petahana, dia mengaku sudah punya amunisi yang kuat. Salah satunya, hasil survei yang menempatkan elektabilitasnya pada angka di atas 60 persen. Meskipun, ia masih menanti peluang melanjutkan obsesinya di kancah nasional.

Selain di Jabar, peluang Kang Emil juga terbuka di Jakarta. Berdasarkan hasil survei Populi Center, menyebutkan jika dia sebagai Calon Gubernur Jakarta favorit pilihan warga Ibu Kota.

"Intinya gini, karena penganten politik mah nggak pernah ngatur-ngatur. Tapi kalau disukai (warga Jakarta) Alhamdulillah. Saya kemana kan itu akan menjadi tambahan pilihan, bahwa bisa ke Jawa Barat, ke DKI juga survei nggak jelek-jelek amat kan begitu yah," katanya di Lapangan Gasibu Bandung, Sabtu (22/10/2022).

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengatakan, pilihannya untuk 2024 mendatang bakal diputuskan di waktu yang tepat. Untuk saat ini, dia mengaku masih fokus terhadap tugasnya sebagai Gubernur Jawa Barat yang akan berakhir dalam waktu kurang dari 1 tahun lagi.

"Nanti akan diputuskan di waktu yang tepat, yang penting saya jalani sambil kerja. Jangan sampai urusan politik praktis mengurangi kinerja saya sebagai gubernur yang tinggal satu tahun lagi," ucapnya.

"Kalau ada peluangnya kan Bismillah itu mah. Kan survei juga membaik lah ya. Tapi kan tadi perjodohan bukan matematis. Intinya nanti dikabarin kalau waktunya sudah tepat," ujarnya.

Meski belum ada keputusan dan ditengarai tengah bimbang menimbang pilihan, nama Ridwan Kamil dianggap masih layak dipertimbangkan untuk mejadi Capres 2024. Founder KedaiKOPI, Hendri Satrio menyatakan jika Ridwan Kamil merupakan capresnya warga Jawa Barat, meski dijagokan maju sebagai cawapres oleh beberapa kalangan.

"Bisa saja RK disebut capresnya warga Jabar. Walaupun di beberapa hasil survei nama Anies Baswedan, Prabowo juga mentereng, tapi kan sekarang panggung politiknya punya RK di Jawa Barat," kata Founder KedaiKOPI, Hendri Satrio dalam keterangan yang diterima detikJabar, Kamis (27/10/2022).

Hensat, begitu dia disapa, menilai Ridwan Kamil memang punya elektabilitas yang mumpuni, salah satunya di hasil Musra relawan Jokowi. Terlepas dari survei Litbang Kompas, jika Ridwan Kamil bisa bermanuver dengan strategis, kata dia, maka Ridwan Kamil bisa saja jadi kuda hitam di Pilpres 2024.

"Litbang Kompas melakukan survei dan hasilnya elektabilitas Ridwan Kamil naik signifikan. Itu nggak ada yang aneh, nggak kaget saya. Karena RK memimpin daerah besar, kemudian sangat mungkin tingkat kepuasan warga juga tinggi, maka kalau kemudian elektabilitasnya naik signifikan ya sangat wajar," ungkap pakar politik Universitas Paramadina tersebut.

Pembahasan mengenai Ridwan Kamil juga makin menarik setelah Pengamat Politik Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan mengungkapkan pandangannya. Firman mengatakan, pilkada menjadi pilihan realitas untuk Ridwan Kamil saat ini dengan beberapa alasan.

Selain faktor tingkat elektabilitasnya yang masih stagnan di bawah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Ridwan juga belum punya partai politik untuk mengantarkannya pada kontestasi Pilpres 2024.

"Jadi memang kalau kita lihat dari sisi itu, tentu Kang Emil perlu rasional. Maka yang memang paling realistis itu ya tentu maju di periode kedua sebagai petahana karena peluangnya jauh lebih besar dari pilpres," kata Firman saat berbincang dengan detikJabar via sambungan telepon, Senin (17/10/2022).

Firman berpandangan jika peluang Kang Emil maju sebagai capres sudah tertutup untuk saat ini. Itu didasarkan kepada keputusan mayoritas parpol yang sudah memiliki jagoannya masing-masing, ditambah sejumlah ketua partai politik yang mulai mengunci tiket Pilpres 2024.

"Jadi dari indikasi-indikasi itu, memang kita lihat betul Kang Emil mulai mempertimbangkan. Kalau kemudian peluang untuk maju di pilpres itu tidak besar, maka memang yang paling realistis tentu maju di periode kedua sebagai petahana. Makanya bagi saya, yang jauh lebih rasional itu maju dalam pilgub untuk periode kedua. Tapi tetep, PR pilgub itu harus punya dukungan partai," katanya.

Jadi selain menunggu peluang maju sebagai cawapres, Firman menilai Ridwan Kamil lebih realistis jika maju sebagai petahana di periode kedua. Atau, ada opsi lain yang bisa dilakukan pada 2024 yaitu menawarkan diri maju di Pilkada DKI Jakarta.

"Kalau untuk capres menurut saya berat, kecuali terjadi perubahan signifikan karena politik itu tetap harus kita bilang dinamis. Tapi kalau untuk cawapres, lebih terbuka, walaupun kembali masih banyak kandidat yang lain sebagai pesaing," pungkasnya.

(sud/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads