Perjuangan Pemuda Bandung Jaga Alam Demi Kelestarian Mata Air Tjibadak

Sumpah Pemuda 2022

Perjuangan Pemuda Bandung Jaga Alam Demi Kelestarian Mata Air Tjibadak

Sudirman Wamad - detikJabar
Sabtu, 29 Okt 2022 07:01 WIB
Pemuda Bandung yang berjuang menjaga kelestarian mata air Tjibadak.
Pemuda Bandung yang berjuang menjaga kelestarian mata air Tjibadak (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar).
Bandung -

Suara gemericik suara air dari curug atau air terjun begitu menenangkan. Curug Babakan namanya. Lokasi curug ini tak jauh dari sumber mata air bernama Tjibadak.

Mata air Tjibadak ini berada di RW 04 Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung. Sumber mata air terbesar di Bandung. Mata air yang pernah menjadi sumber kehidupan di Bandung pada zaman Hindia Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda kala itu membangun gedung sebagai tempat pelindung mata air Tjibadak. Bangunan ini masih berdiri kokoh. Warnanya putih bertuliskan 'Tjibadak-1921'. Tulisan itu menunjukkan nama dan tahun diresmikannya mata air Tjibadak. Bangunan mata air Tjibadak itu diberi nama Gedong Cai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peresmian mata air Tjibadak ini diberitakan sejumlah koran zaman Hindia Belanda. Salah satunya Het Nieuws van Den Dag Voor Nederlandsch-Indie. Koran ini menuliskan persemian mata air Tjibadak pada 30 Desember 1921.

"Kemarin pagi, sumur Tjibadak untuk suplai air di Bandung, yang terletak di Bandung, resmi beroperasi, sehubungan dengan itu dilakukan kunjungan kota ke sana. Wali kota dan direktur pasokan air berbicara. Bandung sekarang surplus air dari 80 persen," tulis koran Hindia Belanda yang terbit 31 Desember 1921.

ADVERTISEMENT

Usia mata air Tjibadak ini genap 101 tahun. Tentu banyak terjadi perubahan di kawasan Tjibadak. Debit air Tjibadak pun kian menurun. Alih fungsi lahan di sekitar kawasan mata air menjadi salah satu penyebabnya. Masyarakat sekitar pun merasa khawatir tentang nasib Tjibadak di masa mendatang.

Pemuda Bandung yang berjuang menjaga kelestarian mata air Tjibadak.Gedong Cai Tjibadak (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar).

Suara gemericik air di Curug Babakan di kawasan mata air Tjibadak yang menenangkan itu rupanya menyimpan kegelisahan. Ya, Tjibadak khawatir hilang atau beralih fungsi. Gerakan pemuda bersama masyarakat pun muncul. Di bawah Curug Babakan, terdapat saung yang bertuliskan Yayasan CAI, akronim dari Cinta Air Indonesia. Yayasan ini digerakkan para pemuda di Kelurahan Ledeng yang gelisah tentang masa depan Tjibadak.

Pemuda Ledeng bergerak melalui Yayasan CAI menjaga kawasan Tjibadak. Mereka pasang badan untuk menjaga Tijabadak. Menjaga warisan leluhurnya untuk kehidupan di masa mendatang.

Humas Yayasan CAI Nugi Herdian menceritakan perjuangan kawan-kawannya menjaga mata air. Awalnya, kelompok pemuda dan sejumlah komunitas di Ledeng jengah dengan kesenjangan sosial yang ada di lingkungannya. Ledeng yang punya potensi, dan dikenal sebagai sumber mata air Bandung namun tak berdampak besar bagi masyarakat sekitarnya.

"Akhirnya kita mulai bersih-bersih sungai, kemudian konservasi di kawasan mata air dan lainnya," kata Nugi saat berbincang dengan detikJabar di saungnya, Kamis (27/10/2022).

Yayasan CAI awalnya bergerak pada 2016. Kemudian secara legal diakui Kemenkumham pada 2019. Di tahun itu pula pemuda Yayasan CAI menanam ratusan pohon bambu dengan berbagai jenis.

"Ada 40 jenis bambu. Kita menanam bambu. Karena bambu ini menjaga stabilitas air baik di bawah, maupun di atas permukaan," kata pria berusia 27 tahun itu.

Nugi menceritakan saat ini Tjibadak dikelola PDAM Kota Bandung. Sementara itu, masyarakat sekitar juga memanfaatkan sumber air lainnya dari anak mata air Tjibadak. Menurut Nugi, total anak mata air itu mencapai 30 titik. Salah satunya berlokasi di dekat Curug Ledeng, arah menuju Gedong Cai Tjibadak.

Perang Melawan Pengembang

Perjuangan pemuda Ledeng menjaga mata air Tjibadak memang tak mudah. Sebab, lokasi ini diburu para investor dan pengembang. Mata air menjadi daya tariknya. Melalui Yayasan CAI inilah para pemuda melawan. Menerima segala risikonya.

"Memang ini penuh risiko. Tapi, ini darah juang pemuda untuk mempertahankan kawasan ini," ucap Nugi.

Nugi tak menampik hingga kini masih ada upaya dari pihak luar yang ingin menguasai Gedong Cai Tjibadak. Pemuda Ledeng tetap pada pendirian. Melestarikan warisan leluhur. Nugi dan pemuda lainnya terus bergerak melawan melalui sejumlah kegiatan pelestarian lingkungan dan kebudayaan.

"Ya masih ada. Ya pengembang-pengembang gitu," kata Nugi.

"Kita fokus konservasi penanaman pohon, seperti bambu, pohon endemik dan lainnya. Bersih-bersih Sungai Cipaganti juga kita lakukan. Termasuk advokasi dengan para seniman, budayawan, hingga membuat film," kata Nugi.

Film tentang Gedong Cai Tjbadak itu berujudul Preserving the Seke. Karya kolaborasi ini menjadi film pertama Indonesia yang diputar di Indonesia Film Festival Manhattan.

"Film itu sampai internasional. Dibantu budayawan dan produser. Karena film ini juga akhirnya ada yang mendengar," kataNugi.

Merawat Alam

Nugi menceritakan Pemkot Bandung kemudian merespons tentang nasib Gedong Cai Tjibadak. Singkatnya, Gedong Cai Tjibadak akhirnya ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh Wali Kota Bandung Yana Mulyana.

"Kita akan terus berjuang. Kalau air hilang, kehidupan pun hilang," kata Nugi.

Pemuda Ledeng begitu menjunjung tinggi warisan leluhur. Mereka berpegang teguh pada pitutur Sunda. Nugi pun mengakui orang Sunda pada zaman dulu sejatinya canggih. Ia pun memegang salah satu pitutur dari buyut yang dijadikan sebagai prinsip pergerakannya saat ini.

"Gawir awian, legok balongan, walungan rumateun, basisi jeng laur jagaeun, gunung kaian, ciseke rumateun. Artinya, kawasan gunung itu ditanami pohon agar oksigen mencukupi kita. Sungai harus kita jaga, agar ekosistem terjaga kembali. Mata air harus dipelara, daratan haru kita kebuni sebagai katahanan pangan. Bikin kolam ikan, kolam retensi itu balongan, artinya, leluhi kita itu sudah mengidentifikasi, beber Nugi.

Nugi juga menunjukkan video pendek tentang gerakn bersih-bersih lingkungan di kawasan Tjibadak. Dalam video itu, ditampilkan pula kesenian Sunda. Nugi mengatakan gerakannya tetap tak meninggalkan identitas masyarakat Sunda.

Tak hanya mengonservasi kawasan Tjabadak. Gerakan pemuda ini juga menyulap TPS ilegal di bawah mata air menjadi urban farming. Ini bagian ketahanan pangan masyarakat sekitar. Mereka menanam padi, bawang, sayuran dan tanaman obat.

Nugi berharap Pemkot Bandung memiliki program tentang pendidikan lingkungan bagi pelajar usia dini hingga SMA. Sebab, lanjut Nugi, pendidikan lingkungan itu sangat penting untuk kelanjutan hidup di masa mendatang.

"Kita juga menginginkan agar tempat ini bisa jadi edu-ekowisata. Katanya direncanakan pemerintah sejak 2019, tapi sampai sekarang belum ada realisasi," ucap Nugi.

Sejarah Gedong Cai Tjibadak

Usia bercerita tentang perjuangan dan harapan pemuda Ledeng tentang Gedong Cai Tjibadak. Nugi bercerita tentang sejarah Gedong Cai Tjibadak. Mata air ini diresmikan pada 30 Desember 1921. Saat itu Wali Kota Bandung dijabat oleh Bertus Coop.

"Waktu itu Bandung warganya ada 70 ribuan jiwa, lima ribunya warga asal Eropa. Kemudian, Wali Kota menginstruksikan insinyurnya yang bernama Hatjen untuk mencari mata air. Akhirnya dibangunlah pada abad-19 di sini," kata Nugi.

"Dulu itu bisa 50 liter per detik pada abad 19. Sekarang menurun, 19 liter per detik. Dulu surplus 80 persen untuk mengaliri kebutuhan air warga," kata Nugi menambahkan.

Nugi juga menjelaskan hutan sekitar kawasan Tjibadak sudah beralih fungsi. Kondisi demikianlah yang membuat Nugi khawatir. Ia berjanji akan tetap mempertahankan kawasan mata air Tjibadak bersama para pemuda lainnya.

Tenaga Tambahan

Perjuangan pemuda Yayasan CAI tak sendiri. Mereka mendapat dukungan dari Karang Taruna Kelurahan Ledeng. Ketua Karang Taruna Ledeng Eko mengatakan akan pasang badan untuk mempertahankan Gedong Cai Tjibadak. Eko selalu bersuara lantang ketika ada kegiatan atau upaya pemanfaatan lahan yang menyimpang dari aturan.

"Kita suarakan agar ini dilindungi. Makanya kita bersikap melalui gerakan dengan Yayasan CAI," kata Eko.

Eko juga mengaku tergerak karena banyak orang yang juga terlibat membantu merawat Gedong Cai Tjibadak. Eko menceritakan Pemkot Bandung melalui instansi terkait berencana bakal membuat ruang edukasi di kawasan Gedong Cai. Ia berharap rencana ini bisa segera direaliasikan.

"Ini bisa untuk edukasi masyarakat, bisa langsung dimanfaatkan masyarakat," ucap Eko.

Halaman 2 dari 2
(sud/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads