Mencetak Generasi Penyelamat Daratan Indramayu

Mencetak Generasi Penyelamat Daratan Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Rabu, 26 Okt 2022 03:30 WIB
Siswa SD Belajar Kurikulum Mangrove di Ekowisata Mangrove Karangsong Indramayu
Siswa SD Belajar Kurikulum Mangrove di Ekowisata Mangrove Karangsong Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Antusias belajar terlihat pada siswa siswi Sekolah Dasar di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang hendak menuju kawasan pantai lestari. Bukan untuk berlibur, mereka datang justru untuk menambah wawasan tentang lingkungan hidup dalam kurikulum berbasis mangrove.

Salah satunya Calista, siswi kelas 6 SD negeri 2 Singaraja itu, terlihat menikmati keindahan alam menuju tempat ekowisata, di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Ia dan teman-temannya, sesekali menuliskan hal yang ditemuinya selama berada di kawasan itu, mulai dari tentang kehidupan flora dan fauna.

Belajar tentang mangrove ini telah diikuti Calista sejak masih duduk di bangku kelas 5 SD. Kondisi pantai rusak yang pernah dilihatnya, membuat Calista semakin bersemangat untuk mempelajari kurikulum mangrove. Pelajaran ini dianggap penting bagi gadis yang bercita-cita menjadi polwan tersebut. Sebab, ia berkeinginan agar daratan Indramayu tetap sama dan tidak habis disapu abrasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penting, karena bisa mempelajari dan mengenali flora dan fauna. Biar daratan tetap utuh tidak habis terkena abrasi," kata Calista, Selasa (25/10/2022).

Tidak mudah memberikan pelajaran tematik mangrove kepada siswa. Hal itu juga dirasakan Anton Sadiantoro, guru kelas 6 SD Negeri 2 Singaraja.

ADVERTISEMENT

Namun, metode penyampaian materi dilakukan secara variatif. Sehingga, diharapkan pendidikan tentang lingkungan hidup bisa benar benar dipahami para siswanya.

"Metode ceramah di kelas maupun di luar. Ada juga demonstrasi nya atau praktek nya," kata Guru SD, Anton Sadiantoro.

Materi yang diajarkan tidak lebih seputar mangrove. Mulai dari jenis, manfaat, fungsinya, kerusakan ekosistem mangrove yang alami dan ulah manusia.

"Kita tanamkan kesadaran tentang lingkungan. Minimal nya mereka tidak membuang sampah sembarangan," lanjut Anton.

Muatan lokal pendidikan lingkungan hidup tematik mangrove ini kemudian dikemas dalam pembelajaran selama 2 jam pelajaran. Atau satu kali pertemuan di akhir pekan.

"Hanya sesekali saja kita praktekkan di luar Sekolah. Karena butuh waktu luang, biaya transportasi, dan mencari lokasi khusus terdampak abrasi maupun kawasan mangrove," ungkap Anton.

Siswa SD Belajar Kurikulum Mangrove di Ekowisata Mangrove Karangsong IndramayuSiswa SD Belajar Kurikulum Mangrove di Ekowisata Mangrove Karangsong Indramayu Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Ternyata, pendidikan lingkungan hidup tematik mangrove yang diterapkan di sejumlah Sekolah Dasar di Indramayu ini merupakan buah perjalanan panjang penyelamatan pesisir Indramayu. Kurikulum ini bermula dari program green school dari Dinas Lingkungan Hidup yang ada di beberapa sekolah.

"Ada 3 Sekolah Dasar yang menerapkan sekolah berwawasan lingkungan, ketika tahun 2010 ," kata Ketua Kelompok Guru Mangrove, Makrus (51).

Seiring berjalannya waktu, program tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah pelajaran lokal (mulok) di Sekolah Dasar. Terlebih, dukungan Pertamina RU VI Balongan di tahun 2016, yang memfasilitasi proses pembelajaran pendidikan lingkungan hidup tematik mangrove hingga tahun 2020 lalu.

"Pertamina RU VI Balongan ini ibaratnya menginisiasi sebagai penggerak dari awal. Melalui CSR membantu fasilitasi sekolah yg melaksanakan tematik mangrove yang bekerjasama dengan Dinas," kata Makrus.

Meski program tersebut telah selesai. Namun, muatan lokal tentang mangrove tetap berjalan. Bahkan, pelajaran itu mendapat SK Bupati Indramayu dan diterapkan di 45 Sekolah Dasar yang berada di sepanjang pantai Kabupaten Indramayu.

"Program penanaman pendidikan ini menjamin keberlanjutan generasi baru yang peduli terhadap lingkungan," ujar Makrus.

(yum/yum)


Hide Ads