Kekeringan Ancam Kehidupan 60 Ribu Warga Amazon

Kabar Internasional

Kekeringan Ancam Kehidupan 60 Ribu Warga Amazon

Tim detikEdu - detikJabar
Minggu, 23 Okt 2022 14:30 WIB
Kondisi kekeringan di kawasan sekitar sungai Amazon.
Kekeringan di Sungai Amazon (Foto: AP Photo/Edmar Barros)
Jakarta -

Kekeringan melanda Sungai Amazon. Debit air sungai yang membentang sepanjang 6.400 kilometer itu mengalami penyusutan yang drastis.

Kondisi di kawasan Sungai Amazon itu sebelumnya dilanda banjir pada enam bulan lalu. Tapi, bulan ini Sungai Amazon alami kekeringan ekstrem hingga menghambat distribusi air bersih untuk penduduk sekitar.

Dikutip dari detikEdu, AP melaporkan soal kejadian banjir yang berdampak pada pertanian sekitar. Kejadian itu terjadi enam bulan lalu. Sekarang penduduk sekitar alami kekeringan ekstrem.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Debit sungai terus berkurang dengan cepat. Menurut peneliti geosains dari Brazilian Geological Survey Luna Gripp, kekeringan ini disebabkan oleh curah hujan yang lebih rendah dibanding perkiraan selama bulan Agustus dan September.

Peneliti menyebutkan kekeringan sangat berpengaruh terhadap kehidupan daerah sekitar sungai. Amazon tak hanya jadi pusat drainase, tapi penghubung antarkawasan.

ADVERTISEMENT

Sebagian besar daerah di sekitar Sungai Amazon tak dihubungkan oleh jalan. Oleh karena itu, berkurangnya debit air secara drastis berpengaruh besar terhadap pasokan makanan, bahan bakar, serta kebutuhan lainnya yang biasanya dikirimkan melalui jalur air.

2 Wilayah Jadi Korban Keringnya Sungai Amazon

Salah satu kota yang terdampak adalah Tefe. Kota ini memiliki 60.000 penduduk di tepi Sungai Amazon. Akibat kekeringan ini, kapal-kapal besar tak dapat tiba di pelabuhan kota mereka.

Selain memutus transportasi masyarakat serta pasokan kebutuhan mereka, keringnya Sungai Amazon juga menyebabkan para nelayan menunda penangkapan ikan. Sebab kapal yang mengangkut hasil tangkapan mereka tak bisa mencapai pelabuhan di kota.

Di Tefe, musim menangkap ikan seharusnya berlangsung hingga akhir November mendatang. Namun jika debit air masih tak bertambah segera, maka ada tujuh komunitas keluarga yang kehilangan sumber pendapatan besar mereka.

Sementara di kawasan Porto Praia, komunitas asli yang tinggal dekat sungai Amazon bahkan kesulitan untuk pergi kemana-mana. Sebab saat siang hari, tanah yang mengering di kawasan itu terlalu panas untuk dilalui.

Menurut pemimpin masyarakat setempat, Anilton Braz, adanya perubahan jarak tempuh saat melintasi Amazon menuju Tefe. Normalnya, perjalanan menggunakan kapal motor bisa ditempuh dengan waktu 90 menit. Tapi, kini memakan waktu hingga empat jam. Warga harus mendayung karena air terlalu sedikit.

Tak hanya itu, kekeringan pada Sungai Amazon juga menyebabkan masyarakat kehilangan sumber air bersih. Sumber air yang biasa digunakan kini berlumpur dan mereka tak memiliki alternatif lain. "Kami takut anak-anak kami akan terkena diare dan penyakit lainnya," kata Braz.

Pemerintah lokal mengumumkan, sudah sekitar 53 dari 62 kotamadya terdampak banjir dan kekeringan Sungai Amazon untuk kasus tahun ini saja.

(sud/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads