Meski terlihat serupa, ternyata terdapat sangat banyak jenis awan, lho. Bahkan, jenis-jenis awan ini dapat dibagi menjadi tiga kategori yang berbeda.
Dilansir dari detikEdu, awan terbuat dari tetesan air atau kristal es yang sangat kecil dan ringan sehingga mampu bertahan di udara. Dikarenakan kepentingan perannya bagi cuaca dan iklim di bumi, pemahaman dasar tentang jenis-jenis awan menjadi cukup krusial.
Jenis Awan Berdasarkan Ketinggian
1. Kelompok Awan Tinggi: Awan ini berada di ketinggian 5-13 km dari permukaan laut. Contohnya adalah awan cirrus, cirrostratus, cirrocumulus.
2. Kelompok Awan Sedang: Awan ini berada di ketinggian 2-7 km dari permukaan laut. Contohnya adalah awan altocumulus, altostratus.
3. Kelompok Awan Rendah: Awan ini berada di permukaan sampai 2 km dari permukaan laut. Contohnya adalah awan strato cumulus, stratus, nimbostratus.
4. Kelompok Awan Perkembangan Vertikal: Awan ini berada di permukaan sampai 13 km dari permukaan laut. Contohnya adalah cumulus, cumulonimbus.
5. Kelompok Awan yang tidak biasa: Awan yang terbentuk dengan cara yang unik dan tidak dapat dikelompokkan berdasarkan ketinggian. Contohnya awan lenticular, kelvin-helmholtz, dan mammatus.
6. Awan Contrails: Awan ini berada di ketinggian 5-13 km dari permukaan laut. Contohnya adalah awan contrail.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenis Awan Berdasarkan Bentuknya
1. Awan Cumulus: Awan yang paling familiar hingga menjadi simbol awan ini berwarna putih, berbentuk seperti kembang kol, dan umumnya ada saat cuaca cerah.
2. Awan Stratus: Terlihat seperti lembaran putih tipis yang menutupi langit, sekilas nampak seperti kabut, terutama di daerah pegunungan atau perbukitan.
3. Awan Stratocumulus: Awan berwarna abu-abu atau putih yang tidak merata ini berbentuk seperti sarang lebah gelap. Awan ini dapat muncul di cuaca cerah atau badai sekalipun.
4. Altocumulus: Memiliki beberapa lapisan berwarna putih atau abu-abu yang tidak merata seperti beberapa baris kecil riak halus.
5. Nimbostratus: Awan berwarna kelabu gelap ini bertanggung jawab atas cuaca mendung. Awan ini sangat tebal sehingga mampu menghalangi sinar matahari. Selain saat mendung, awan ini juga dapat dilihat saat turun hujan.
6. Altostratus: Awan berwarna biru-keabuan ini biasanya menutupi langit dan menandakan hujan yang terus-menerus.
7. Cirrus: Awan yang halus dan terlihat berbulu tipis ini biasanya hadir ketika sedang terjadi perubahan cuaca.
8. Cirrocumulus: Di daerah tropis, awan tipis yang kadang terlihat tambal sulam seperti lembaran atau penuh riak ini kerap menjadi pertanda datangnya badai.
9. Cirrostratus: Awan tipis yang menyelubungi langit saat muncul ini sering terlihat di musim dingin dan dapat menyebabkan munculnya lingkaran cahaya di sekitar matahari atau bulan.
10. Cumulonimbus: Awan ini biasanya terlihat seperti gunung atau menara besar. Awan ini biasanya hadir di hari-hari panas ketika udara panas dan lembab.
Jenis Awan Berdasarkan Material Pembentuknya
1. Awan Air: Seluruhnya terdiri dari titik-titik uap air.
2. Awan Es: Terbentuk dari kristal-kristal es.
3. Awan Campuran: Terdiri dari titik-titik uap air dan kristal es.
Dari jenis-jenis awan tersebut, kita mengetahui awan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Perubahan tersebut biasanya disebabkan oleh perubahan iklim dan kondisi atmosfer. Lantas, bagaimana proses terbentuknya awan?
Dikutip dari situs resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), berikut proses kondensasi titik-titik air dalam pembentukan awan. Kondensasi adalah perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun.
1. Udara bergerak ke atas mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga kelembaban nisbinya (RH) akan bertambah. RH berubah akibat adanya penambahan uap air oleh penguapan atau penurunan tekanan uap jenuh melalui pendinginan. Saat RH mencapai sekitar 78, kondensasi telah dimulai pada inti kondensasi. Inti kondensasi berisi partikel padat atau cair berupa debu, asap, belerang dioksida, garam laut, atau benda mikroskopis lainnya yang bersifat mudah mengisap dan melepaskan uap air dengan ukuran 10 mikrometer.
2. Ketika RH mendekati 100, uap air telah digunakan oleh inti-inti yang lebih besar, sedangkan inti yang lebih kecil kurang aktif berperan. Alhasil, volume tetes awan yang terbentuk jauh lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.
3. Tetes awan yang sudah terbentuk umumnya memiliki jari-jari 5-20 mm dan akan jatuh dengan kecepatan 0,01-5 cm/s. Namun, kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih besar sehingga tetes awan tersebut tidak akan jatuh ke bumi dan tetap berada di atas.
(tey/tey)