Purwakanthi merupakan istilah yang merujuk pada suatu kesamaan rima atau bunyi dalam kalimat. Biasanya purwakanthi digunakan dalam mempelajari bahasa dan sastra Jawa.
Pada artikel ini, kita akan membahas secara lengkap mengenai purwakanthi, mulai dari pengertian, jenis-jenis purwakanthi, hingga contoh purwakanthi dalam kalimat.
Pengertian Purwakanthi
Purwakanthi yaitu masalah kehadiran rima dalam kalimat. Mengutip buku Purwakanthi Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Purwa oleh Tatik Harpawati, purwakanthi adalah istilah yang merujuk pada bunyi yang ada dalam bahasa dan sastra Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian rima yang dimaksud adalah kemiripan bunyi atau suku kata dalam suatu kalimat. Purwakanthi adalah suku kata atau kata bagian belakang yang menyambung atau mengikuti kata yang sudah disebut pada bagian awal.
Jenis Purwakanthi
Purwakanthi dibagi menjadi beberapa jenis, yakni swara, sastra, dan lumaksita. Berikut penjelasan lebih lengkap mengutip Stilistika Syiir Berbahasa Jawa pada Pengajian Akbar Bersama Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf yang dilansir situs digilib.uns.ac.id.
1. Purwakanthi Guru Swara
Purwakanthi guru swara dikenal juga dengan istilah asonansi. Purwakanthi guru swara menurut Padmosoekotjo yaitu purwakanthi yang ukuran atau patokannya berdasarkan pada suara atau vokal.
Gorys Keraf (2006: 130) mengartikan asonansi sebagai gaya bahasa yang berwujud pengulangan bunyi vokal yang sama untuk memperoleh efek penekanan atau keindahan. Sementara menurut Ali Imron Al Ma'ruf (2009: 47), asonansi adalah pengulangan bunyi vokal pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris kalimat.
2. Purwakanthi Guru Sastra
Selanjutnya, Padmosoekotjo juga mengartikan purwakanthi guru sastra, yaitu purwakanthi yang ukuran atau patokannya berdasarkan huruf konsonan. Purwakanthi guru sastra juga sering disebut sebagai aliterasi.
Menurut Gorys Keraf, aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi konsonan yang sama untuk memberi penekanan atau untuk sekadar perhiasan. Sedangkan Ali Imron Al Ma'ruf mengartikan aliterasi sebagai pengulangan bunyi konsonan yang sama pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris.
3. Purwakanthi Lumaksita
Purwakanthi lumaksita adalah pengulangan atau penyebutan kembali kata yang sudah disebutkan pada bagian awal sehingga kata tersebut seakan-akan berjalan, menurut Padmosoekotjo. Biasanya kata terakhir pada kalimat pertama digunakan sebagai kata pertama pada kalimat kedua, begitu seterusnya. Atau satu kosakata yang sama disebutkan terus pada kalimat-kalimat selanjutnya.
Purwakanthi lumaksita disebut juga sebagai anadiplosis.
Prasetyo Adi WW (2003: 61) mendefinisikan purwakanthi lumaksita sebagai persajakan berdasarkan persamaan kata, suku kata akhir dengan suku kata awal yang berturutan dalam satu baris atau bait. Sementara Gorys Keraf mengartikan bahwa anadiplosis adalah kata atau frasa terahir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frasa pertama dari kalimat berikutnya.
Contoh Purwakanthi
Berikut contoh-contoh purwakanthi dari berbagai jenis, mengutip digilib.uns.ac.id.
- Purwakanthi guru swara [a]: Jaranan-jaranan jarane jaran teji. (Berkuda-kuda kudanya kuda teji.)
- Purwakanthi guru sastra [m]: Menthok-menthok mung lakumu megal-megol gawe guyu. (Anak itik-anak itik hanya jalanmu yang melenggak-lenggok (sudah) membuat tertawa.)
- Purwakanthi lumaksita:
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
(Bermain saling tebak anting
Antingnya berserakan di mana-mana) - Purwakanthi guru swara [e]: Sapantese lan dosane. (Selayaknya dan dosanya.)
- Purwakanthi guru sastra [g]: Yen wus kanggep gawe nuli gawe umuk. (Bila sudah dipercaya kerja kemudian sombong.)
- Purwakanthi lumaksita:
Lara sajroning kepenak
Suka sajroning prihatin
(Sakit dalam kebahagiaan
Senang dalam keprihatinan) - Purwakanthi lumaksita:
Umure padha dawa
Padha atut aruntuta
Marang sadulure padha
Padha sugiha barana
(Umurnya sama panjang
Sama setialah
Kepada saudaranya sama
Sama kaya harta)
Itulah penjelasan mengenai macam-macam purwakanthi. Semoga bermanfaat!
(des/fds)