Sebuah batu berbentuk seperti meja terdapat di Kampung Tamansari, Desa Mekarjaya, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Uniknya batu tersebut memiliki suara layaknya gamelan.
Batu tersebut memiliki tekstur keras dan padat. Tetapi ketika dipukul menggunakan batu kecil, batu tersebut menimbulkan suara. Dari nada rendah hingga nada tinggi.
Aktivis Budaya dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung, Asep Sutajaya (45) mengatakan, batu tersebut ditemukan di daerah dekat rumahnya. Awalnya yang membuat tertarik hanya bentuknya yang datar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini awalnya ditemukan pada tahun 2007 silam. Terus awalnya batu itu dibuat sasak untuk masuk ke rumah, kalau orang sunda bilang. Jadi saya juga curiga, karena bentuknya yang datar. Awalnya yang menarik, karena bentuknya datar, saya berfikiran bagus untuk dibuat meja di halaman," ujar Asep kepada detikJabar, Sabtu (3/9/2022).
Setelah itu, batu tersebut langsung dipindahkan ke rumahnya. "Kemudian diangkat lah kemari pada tahun 2012. Setelah dipindahkan, tanpa sadar saya pukul-pukul, ternyata bunyinya kaya gamelan," katanya.
"Saya juga nggak menyangka pas ditemukan ada bunyi, ada nada tinggi, ada nada rendah. Jadi mungkin inilah yang disebut batu gamelan," tambahnya.
Asep mengungkapkan pada batu tersebut terlihat seperti ada pahatan yang seolah disengaja. Dia mengira hal tersebut dilakukan oleh manusia zaman dahulu.
"Terus saya lihat lagi dengan teliti, kok ini kaya ada perlakuan seperti dipahat-pahat pinggirnya. Mungkin ini dalam proses penalaan atau penadaan pada masa zaman purba dulu. Berarti peradaban kita dulu, khususnya di sunda ini sudah punya segi musik, penalaan atau penadaan dan membuat organologi dari batu sebelum zaman logam. Praduga saya sih kayanya peninggalan," katanya.
Dia berharap batu tersebut bisa dilakukan penelitian oleh pihak terkait. "Ini belum secara komprehensif untuk penelitian batu-batu seperti ini. Ya harapannya ada penelitian menunjukkan sejarah, khususnya sejarah sunda bahwa di sini ada batu gamelan. Mungkin sama ada yang di gunung padang Cianjur, di Jawa juga ada batu gamelan kaya gini. Ini menarik lah untuk di eksplorasi dan diteliti lebih dalam," jelasnya.
Asep menuturkan dalam menjaga batu gamelan tersebut tidak ada pemeliharaan khusus. "Nggak ada. Saya biarkan seperti ini aja dulu, karena kan kalau secara batin atau kebatinan takutnya ada hal-hal yang bisa menjadi tanda petik. Ya saya hanya menjaga saja, saya yakin bahwa ini adalah peninggalan leluhur kita," katanya.
Asep menginginkan ke depannya bisa dibangun seperti museum khusus batu-batu peninggalan zaman pra sejarah. Kata dia, museum tersebut bisa dibangun di wilayah tersebut.
"Iyah (bangun museum) untuk penyelamatan benda-benda pra sejarah, diharapkan di Desa Mekarjaya ini ada museum ke depannya. Supaya apa yang saya temukan itu ya dikumpulkan aja di situ. Kenapa, karena nanti kalau nggak diselamatkan, ini bisa saja dihancurkan jadi bahan bangunan. Mungkin banyak juga yang sudah dijadikan bahan-bahan bangunan kaya rumah atau yang lainnya, karena masyarakat sendiri belum paham maksudnya apa," katanya.
(iqk/iqk)