HIV adalah salah satu penyakit yang ditakuti, bukan hanya karena potensi kematian yang menghantui namun penderitanya juga harus menerima stigma negatif dari masyarakat. Tak jarang, orang yang positif HIV dijauhi dan menerima perlakuan diskriminatif dari orang di sekitarnya.
Namun perlahan anggapan seperti ini luntur seiring makin luasnya informasi mengenai HIV dan AIDS masyarakat.
Penting untuk kita semua mengetahui bagaimana cara penularan HIV, ciri dan gejalanya, hingga langkah yang harus dilakukan jika kemudian ditemukan ada orang di sekitarmu, atau mungkin dirimu sendiri yang positif HIV setelah melakukan tes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung, HIV adalah jenis virus yang mengincar sel-sel sistem kekebalan tubuh sehingga merusak imunitas. Tubuh pengidap HIV seiring berjalannya waktu akan semakin lemah dan rentan terhadap infeksi sampai pada akhirnya infeksi HIV berkembang menjadi immunodeficiency syndrome (AIDS).
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang terinfeksi HIV akan mengalami penurunan sistem kekebalan. Penyakit-penyakit yang seharusnya sulit muncul akan menjadi sangat mudah muncul saat sistem kekebalan tubuh rendah, ini disebut sebagai infeksi oportunistik.
Bagaimana HIV menginfeksi manusia? Seperti apa cara penularannya?
Manusia, siapapun tanpa memandang bulu, dapat terinfeksi HIV melalui kontak dengan cairan tubuh dari orang yang telah terinfeksi HIV sebelumnya. Cairan tubuh yang potensial menginfeksi HIV diantaranya: darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Cara penularan virus HIV umumnya melalui :
- Hubungan seks yang tidak aman dengan orang yang telah terinfeksi HIV sebelumnya, baik heteroseksual ataupun homoseksual (termasuk diantaranya hubungan seks vaginal maupun anal)
- Bertukar jarum suntik dengan orang yang telah terinfeksi HIV sebelumnya, umumnya dilakukan melalui aktifitas penyelahgunaan napza melalui jarum suntik.
- Dari ibu HIV positif ke bayinya pada saat hamil, melahirkan atau menyusui. Kecuali jika ibu hamil tersebut mengkonsumsi obat ARV dan viral load-nya tidak terdeteksi.
Karena hanya dapat ditularkan melalui cairan tubuh potensial di atas, kamu tidak perlu khawatir jika berinteraksi secara normal dengan penderita HIV. Kamu bisa berpelukan, bersalaman dan aktifitas sosial lainnya.
Apa saja ciri dan gejala orang yang terinfeksi HIV?
Pada stadium awal terinfeksi, tidak ada gejala khusus. Ini dapat berlangsung selama beberapa tahun. Pada saat stadium akhir, biasanya dapat muncul gejala diantarannya penurunan berat badan yang drastis, demam di malam hari, kelelahan yang sulit dijelaskan, diare yang terus menerus, infeksi paru (pneumonia) dan mungkin kelainan neurologis lainnya. Ini disebut dengan stadium AIDS.
Karena pada stadium awal, sulit untuk mendeteksi apakah seseorang telah terinveksi HIV. Tes HIV sangat penting dilakukan untuk mencegah agar jangan sampai infeksi HIV berkembang menjadi AIDS. Tes HIV dapat dilakukan di puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Bagaimana jika setelah tes, hasilnya positif HIV?
Jangan galau. Jika hasil positif dan kondisi badan baik dapat segera melakukan terapi anti retro viral (ARV). Jika hasil positif, namun dalam kondisi tubuh yang tidak baik dengan infeksi oportunistik lainnya, maka pengobatan infeksi penyerta menjadi prioritas sebelum melakukan pengobatan ARV. Prinsipnya adalah, saat ini telah tersedia pengobatan ARV di Rumah Sakit dan beberapa Puskesmas dan klinik berbasis komunitas di Kota Bandung.
Semakin cepat mengkonsumsi ARV akan semakin baik. Karena bukti ilmiah menunjukkan bahwa pengobatan ARV juga dapat mencegah penyebaran infeksi ke orang lain (termasuk ke bayi yang sedang dikandung). Prinsip ini sesuai dengan kampanye UequalsU, yaitu undetectable = untransmittable. Pada orang yang terinfeksi HIV dan mengkonsumsi ARV sampai dengan viral load nya tidak terdeteksi (undetectable), tidak akan menginfeksi HIV ke orang lain.
(tey/tey)