Paham radikalisme menyusup ke wilayah Garut Selatan. Dari kawasan ini pula, muncul ungkapan infak Rp 25 ribu bisa mengantarkan masuk surga.
Warga Desa Mekarwangi, Cibalong, Garut membuat pengakuan kepada detikcom terkait geliat kelompok radikal di Garut. Salah seorang warga yang pernah dibaiat, Agus mengaku kesal karena dipaksa untuk masuk ke kelompok itu secara terus menerus.
"Dia masukin paham tentang pembaiatan. Saya sebenernya masuk dibaiat enggak dengan ikhlas, sebab saya kesal karena diajak terus," ujar Agus seperti dikutip dari detikTravel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah berada di dalam kelompok itu, Agus merasa ada yang janggal. Pada dasarnya, Agus yang kini dikenal sebagai seorang ustaz telah memiliki dasar pengetahuan agama yang baik.
"Sedang tiga teman sudah masuk dan saya ingin tahu apa tujuannya. Ternyata di dalamnya banyak yang janggal," kata dia.
"Yang dibilang menyimpang, kita berbuat pada siapapun kalau di ajaran ahli sunnah wal jamaah. Kalau di situ, ajaran baiat, menolong apalagi ngasih dibilangnya mubazir kepada yang tidak pernah bersyahadat (tidak dalam kelompoknya)," kata dia.
"Kalau kita nolong orang akan hampa karena belum seperti saya. Itu bagi saya janggal. Kedua, kalau ingin menegakkan hukum Islam di Indonesia. Pernah mendengar orang baiat sudah melebihi jumlah TNI, itu kan makar tujuannya kalau sudah dibandingkan," kata dia.
Agus mengaku ikut pembaiatan pada 11 tahun yang lalu. Begitu tahu ada yang janggal Ia lalu mundur pelan-pelan dan menjadi anggota yang non aktif.
Salah satu hal yang mencolok adalah tentang pengajian yang digelar secara sembunyi-sembunyi. Ia mengaku kelompok ini melakukan kegiatan doktrinisasi di tempat yang tertutup.
"Sampai di dalam itu dijaga dari luar. Ada yang jaga di luar. Waktu saya keluar itu sampai perang SMS, pada zaman dulu," kata dia.
Agus kini bisa lega karena sudah kembali ke NKRI yang diperantarai KUA. Ia mengaku sudah tidak mengakui kelompok itu sejak dari dulu dan setelah diajak deklarasi ia merasa senang.
"Sekarang ada yang senang karena sudah deklarasi karena tidak dikaitkan lagi. Karena rasa malu. Sebenarnya ikut itu malu tapi ingin tahu apa maksud dan tujuannya," kata dia.
Wajib Infak Rp 25 Ribu
Sementara itu Dayat Sudayat, warga Mekarwangi lainnya mengatakan kelompok yang pernah membaiatnya, kerap mendoktrin infak Rp 25 ribu.
"Nggak saya mah. Nggak sama sekali. Yang lain ada. Karena ada kejadian kayak gitu saya dibimbing lah sama ulama-ulama di sini agar lebih bagus agar jangan ke sana lagi karena bertentangan dengan hukum NKRI," kata dia.
"Penyimpangannya itu menurut saya kenapa berinfak Rp 25.000 harus ke situ. Nah itu, ngerti. Kenapa iuran harus segitu dan bisa masuk surga, cuma iuran segitu. Bertentangan hati nurani," dia menambahkan.
"Karena menurut hati nurani saya kan harus beribadah dan berbuat baik baru bisa masuk surga. Apalagi begitu. Ada juga yang mengajarkan tidak usah salat karena sudah baik sama kelompok itu," kata dia lagi.
Selanjutnya Menyusup ke 41 dari 42 Kecamatan di Garut
Paham radikalisme ini bahkan disebut sudah masuk ke 41 dari total 42 kecamatan di Garut. Dilansir dari laman resmi Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Jabar, jabar.kemenag.go.id, dalam artikel berjudul 'Terpapar Radikalisme, Diiming-iming Surga', Kemenag menyebut bahwa paham radikal sudah masuk ke 41 dari 42 kecamatan yang ada di Garut.
Kegiatan dialog kebangsaan digelar bukan karena latah. Akan tetapi Garut memang sangat dinamis dan sedang menjadi sorotan dalam kaitan paham radikal. Berdasarkan catatan, dari 41 dari 42 kecamatan terpapar paham radikal.
Tulis Kemenag dalam artikel tersebut. Pernyataan tersebut diketahui diungkap Kemenag dalam kegiatan Dialog Kebangsaan bertema Membangun Moderasi Beragama, Mengelola Keberagaman, Meneguhkan KeIndonesiaan di Hotel Harmoni, Garut pada Kamis 30 Juni 2022 lalu.
Kepala Kantor Kemenag Garut Cece Hidayat saat dikonfirmasi detikJabar, Senin (4/7/2022) siang menjelaskan, pernyataan tersebut merupakan ungkapan dari data yang diberikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Garut.
"Jadi, kami sampai dengan hari ini tidak mengetahui adanya terpapar seperti itu kan pernyataan dari Ketua PCNU ya, dan kami tidak punya data tentang itu," kata Cece.
"Kami menghargai data yang dimiliki oleh NU sebagai bentuk kepedulian NU kepada negara dan bangsa, mereka melakukan penelitian kepada di lapangan. Tapi sampai dengan hari ini kami tidak punya data itu," ungkap Cece menambahkan.
Terselip Isu Rp 25 Ribu Masuk Surga
Ketua PCNU Garut KH Atjeng Abdul Wahid memang sebelumnya diketahui sempat menyatakan temuan pihaknya itu. Dalam sebuah sesi wawancara dengan detikcom, hari Jumat 21 Januari 2022 di Kantor PCNU Garut, Jalan Suherman, Tarogong Kaler, beliau menyebut paham radikal sudah masuk hampir ke semua kecamatan.
"Kita punya 42 MWC (Majelis Wakil Cabang). Setelah kami cek, dari 42 MWC (kecamatan) hanya 1 yang belum kemasukan (paham radikal NII)," kata ulama yang akrab disapa Ceng Wahid tersebut.
Mengenai data tersebut, kata Cece, pihak Kemenag Garut mengaku khawatir dan prihatin. Sebagai tindakannya, Kemenag bersama pihak terkait lain rutin melakukan penyuluhan kepada para tokoh agama, atau orang-orang yang terindikasi terpapar paham radikal.
Selain itu, pihak Kemenag juga beberapa kali terlibat dalam proses deklarasi yang dijalani para mantan pengikut aliran radikal yang menyatakan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terselip banyak cerita menarik saat proses deradikalisasi itu. Cece mengatakan, salah satunya, ada cerita emak-emak yang percaya dengan hanya membayar Rp 25 ribu dan tanpa beribadah dia bisa masuk surga.
Cerita tersebut terungkap dalam kegiatan deklarasi yang digelar di Kecamatan Pameungpeuk, Garut beberapa waktu lalu. Saat itu, Cece mengaku sempat berbincang dengan sejumlah emak-emak peserta deklarasi.
Sang emak mengatakan, dia diajari oleh gurunya untuk tidak solat. Sebab, saat ini sang guru menyatakan keadaan sedang darurat karena sedang berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Sebagai gantinya, sang emak diminta untuk membayar infak Rp 25 ribu per bulan.
Sang emak mendapatkan doktrin jika uang Rp 25 ribu itu yang akan 'menyelamatkan' mereka jika seandainya nanti mereka masuk ke neraka. "Itu akan dijahit nanti oleh mereka ketika kita masuk neraka. Itu kan pembodohan ya, pembodohan mereka kepada masyarakat yang sisi agamanya tidak punya dasar yang kuat," katanya.