- Pengertian Purposive Sampling
- Kategori Purposive Sampling 1. Critical Case Sampling 2. Expert Sampling 3. Extreme Case Sampling 4. Homogeneous Sampling 5. Maximum Variation Sampling 6. Total Population Sampling 7. Typical Case Sampling
- Contoh Kasus Penerapan Purposive Sampling
- Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Purposive Sampling
- Tujuan Purposive Sampling
- Rumus Purposive Sampling
- Langkah-langkah Purposive Sampling
Purposive sampling adalah salah satu metodologi pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ilmiah. Sampel diambil secara acak berdasarkan kisi-kisi atau batas-batas yang telah ditentukan peneliti.
Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling memiliki kelebihan dan kekurangan. Selengkapnya akan kita pelajari bersama dalam artikel ini, mulai dari pengertian, contoh, tujuan, hingga rumusnya.
Pengertian Purposive Sampling
Purposive sampling adalah metode sampling di mana peneliti memilih sampel berdasarkan pengetahuan penelitian tentang sampel yang akan dipilih. Mengutip Ketut Tangking Widarsa dan kawan-kawan dalam jurnal Metode Sampling Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, sampel yang dipilih hanya yang dianggap tepat untuk penelitian dan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan menurut ekonom Supardi dalam artikel Populasi dan Sampel, purposive sampling adalah teknik sampling non probabilitas di mana peneliti membuat kisi-kisi dan batas-batas lebih dulu berdasarkan ciri-ciri subjek sampel penelitian. Kualitas penelitian dengan purposive sampling dinilai lebih tinggi dibandingkan metode sampling lainnya karena sudah ada penentuan kisi-kisi subjek sampel yang akan diteliti.
Kategori Purposive Sampling
Teknik purposive sampling memiliki beberapa kategori, berikut penjelasannya seperti dilansir situs Statistics How To.
1. Critical Case Sampling
Dalam teknik ini, peneliti mengumpulkan kasus-kasus yang mungkin paling banyak memberi informasi tentang fenomena yang sedang diteliti.
2. Expert Sampling
Teknik ini digunakan untuk penelitian yang membutuhkan sampel berupa orang-orang yang memiliki keahlian khusus atau bidang tertentu saja.
3. Extreme Case Sampling
Teknik ini digunakan untuk penelitian yang berfokus pada karakteristik unik atau khusus pada sampel penelitian.
4. Homogeneous Sampling
Teknik sampling yang mengumpulkan satu set sampel dengan ciri-ciri yang sangat spesifik. Misalnya hanya laki-laki usia 20-24 tahun dengan pendidikan perguruan tinggi.
5. Maximum Variation Sampling
Teknik ini digunakan dengan mengumpulkan partisipan dengan berbagai sudut pandang bervariasi. Biasanya digunakan untuk penelitian yang mempelajari fenomena tertentu dan mengungkap tema umum.
6. Total Population Sampling
Teknik ini digunakan untuk meneliti seluruh populasi dengan karakteristik yang sama.
7. Typical Case Sampling
Teknik sampling ini digunakan peneliti untuk mengembangkan profil sampel, apa yang normal terjadi atau rata-rata dialami sampel pada suatu fenomena yang tengah dipelajari.
Contoh Kasus Penerapan Purposive Sampling
Mengutip buku Metode Sampling Penelitian Kedokteran dan Kesehatan oleh Ketut Tangking Widarsa dan kawan-kawan, purposive sampling biasanya digunakan pada penelitian eksplorasi dengan pendekatan kualitatif. Sebab, pada penelitian eksplorasi berpendekatan kualitatif, pemahaman dan pertimbangan peneliti dalam penentuan sampel sangat penting. Hanya sampel yang memenuhi kebutuhan penelitian saja yang dianggap valid.
Contoh penerapan purposive sampling yakni penelitian untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang penerapan kawasan tanpa rokok di Kota Bandung. Peneliti menetapkan sampel masyarakat umum berusia produktif, pejabat publik yang berwenang dalam pembuatan kebijakan, dan pengelola kawasan tanpa rokok. Sampel dipilih dengan pertimbangan variasi informasi dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Purposive Sampling
Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling memiliki keuntungan dan kerugian. Mengutip Prof I Wayan Susila dalam bahan ajar Teknik Pengambilan Sampel Universitas Udayana, keuntungan purposive sampling adalah lebih cepat dan lebih mudah pelaksanaannya. Metode ini memungkinkan peneliti mengambil sampel di lapangan tanpa harus menggunakan kerangka sampel.
Namun, metode ini juga memiliki dua kerugian. Kerugian pertama adalah jika urutannya tidak acak sepenuhnya, maka variasi populasi juga tidak bisa diduga secara tepat. Kerugian kedua adalah jika populasi memiliki pengulangan karakteristik yang relatif tetap, maka sampel akan menjadi seragam. Jika sampel seragam, maka akan sulit menentukan hasil penelitian akan sebuah fenomena yang melibatkan populasi beragam.
Tujuan Purposive Sampling
Purposive sampling digunakan dalam penelitian dengan tujuan untuk menentukan sampel secara sengaja. Mengutip artikel Perbedaan Hasil Belajar Materi Elastisitas oleh Nurul Hanifah, kelas yang dipilih sebagai sampel memiliki kemampuan awal yang sama tetapi bukan berdasarkan random atau latar belakang yang sama.
Rumus Purposive Sampling
Dalam penelitian dengan purposive sampling, terdapat rumus bernama rumus Slovin yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel. Mengutip buku Metode Penelitian Keluarga oleh Herien Puspitawati dan Tien Herawati, berikut rumus Slovin dalam purposive sampling.
![]() |
Keterangan:
n = Jumlah sampel penelitian
N = Jumlah populasi
e = Error atau kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan contoh, biasanya yang bisa ditoleransi adalah 10 persen)
Sebagai contoh, peneliti sedang menentukan sampel untuk penelitian tentang pedagang seblak di empat kecamatan. Jumlah pedagang seblak di empat kecamatan terpilih adalah sebagai berikut.
- Kecamatan Buahbatu sebanyak 203 pedagang
- Kecamatan Sumur Bandung sebanyak 127 pedagang
- Kecamatan Gedebage sebanyak 195 pedagang
- Kecamatan Cicendo sebanyak 211 pedagang
Jumlah populasi adalah 736 pedagang dan jumlah sampel menurut rumus Slovin adalah sebagai berikut.
![]() |
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah paling sedikit 88 pedagang. Dengan pertimbangan menghindari kekurangan data, peneliti membulatkan angka jumlah sampel menjadi 100 pedagang. Diambil sampel 25 pedagang dari masing-masing kecamatan yang termasuk dalam penelitian.
Langkah-langkah Purposive Sampling
Mengutip Tri Cahyono dalam Statistika Terapan Indikator Kesehatan, berikut langkah-langkah melakukan purposive sampling.
- Buat sampling frame atau kerangka sampling atau daftar unit populasi.
- Tentukan persyaratan untuk menjadi sampel.
- Pilih sampel dari anggota populasi yang ada dan sesuai persyaratan.
- Susun daftar anggota sampel yang dipilih.
Itulah penjelasan lengkap mengenai purposive sampling. Semoga berguna untuk penelitian Anda, detikers!
(des/fds)