- Apa Itu Playing Victim?
- Tanda-tanda Perilaku Playing Victim 1. Selalu Menyalahkan Orang Lain Atas Kehidupannya 2. Menganggap Hidup Tak Pernah Berpihak Padanya 3. Merasa Tak Berdaya Menyelesaikan Masalah 4. Terjebak dalam Sikap Negatif 5. Merasa Diserang Ketika Orang Ingin Membantu 6. Merasa Bersalah Jika Menyenangkan Diri Sendiri 7. Suka Melihat Orang Lain Mengeluh 8. Sulit Introspeksi Diri dan Berubah Menjadi Lebih Baik
- Penyebab Munculnya Perilaku Playing Victim 1. Tidak Diberi Kepercayaan untuk Bertanggung Jawab 2. Merasa Tidak Mendapat Keuntungan Apa Pun 3. Trauma Masa Lalu 4. Tidak Berani Memilih dan Mengambil Risiko
- Cara Mengatasi Perilaku Playing Victim 1. Menyayangi Diri Sendiri 2. Katakan Tidak Secara Bijak 3. Belajar Memilih, Mengambil Risiko, dan Bertanggung Jawab 4. Lakukan Terapi dan Belajar tentang Playing Victim
Playing victim sebenarnya bukan hal baru dalam kehidupan sehari-hari. Namun, istilah ini menjadi populer belakangan di tongkrongan kota-kota besar. Playing victim sendiri merupakan salah satu contoh dari sikap manipulatif.
Apakah kamu sering merasa menjadi korban dalam suatu situasi yang sebenarnya terjadi akibat kesalahanmu? Jika ya, hati-hati. Bisa jadi kamu memiliki sifat playing victim ini. Jika tidak, bukan berarti kamu terhindar dari sifat playing victim. Mungkin saja kamu pernah melakukannya tanpa sadar karena belum memahami apa arti playing victim.
Jadi, apa itu playing victim? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Playing Victim?
Secara ilmiah, sebenarnya belum atau tidak ada definisi tentang playing victim. Namun, dalam ilmu psikologi dikenal istilah victim mentality yang konsepnya kurang lebih sama seperti playing victim.
Dilansir WebMD, victim mentality atau mentalitas sebagai korban adalah tindakan seseorang yang menempatkan dirinya sebagai korban dan mengklaim bahwa hal buruk yang terjadi pada mereka terjadi karena faktor eksternal selain diri mereka sendiri. Faktor itu bisa jadi orang lain, sistem, atau sesuatu di luar kendali manusia seperti nasib atau takdir.
Playing victim atau victim mentality menjadi buruk karena orang dengan sifat ini selalu mengeluh tentang hal buruk yang terjadi pada mereka. Orang dengan sifat playing victim selalu merasa diserang dan menganggap semua hal buruk yang terjadi pada mereka memang sengaja dilakukan untuk menyakiti mereka.
Sebelum melangkah lebih jauh ke tanda-tanda playing victim, detikers perlu membedakan antara playing victim dengan martyr complex. Sebab, keduanya hampir sama.
Perbedaannya, playing victim berfokus pada diri sendiri dan 'serangan' yang datang ke arahnya. Sedangkan martyr complex adalah kondisi di mana seseorang merasa 'terpaksa' melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya, tapi tetap dilakukan dan ia merasa bahwa dirinya 'martir' karena mengorbankan rasa tidak nyamannya untuk melakukan hal tersebut.
Berikutnya mari kenali tanda-tanda playing victim pada seseorang.
Tanda-tanda Perilaku Playing Victim
Manusia sering merasa tidak puas pada suatu keadaan dan menjadi korban pada suatu kondisi yang tidak diinginkannya. Ini merupakan hal wajar. Menjadi tidak wajar apabila hal tersebut selalu terjadi dan seseorang tersebut tidak mau melihat gambaran yang lebih besar dari suatu kejadian yang menimpanya.
Jika sudah pada kondisi itu, kemungkinan yang bersangkutan memang memiliki victim mentality. Berikut tanda-tanda seseorang dengan mentalitas playing victim, mengutip WebMD.
1. Selalu Menyalahkan Orang Lain Atas Kehidupannya
Orang dengan mentalitas korban selalu menganggap kehidupannya menjadi buruk karena kesalahan orang lain. Padahal bisa saja sesuatu terjadi karena kesalahannya sendiri.
2. Menganggap Hidup Tak Pernah Berpihak Padanya
Hidup ini memang sering terasa tidak adil. Tapi menganggap bahwa hidup selalu tidak berpihak padanya, atau menganggap semua orang memusuhinya, adalah tanda orang tersebut memiliki sifat playing victim.
3. Merasa Tak Berdaya Menyelesaikan Masalah
Sejatinya, semua masalah pasti ada jalan keluar. Namun, orang dengan victim mentality merasa bahwa masalahnya tidak memiliki solusi. Ia pun terjebak pada anggapan bahwa dirinya tidak mungkin menyelesaikan masalah tersebut.
4. Terjebak dalam Sikap Negatif
Orang dengan mentalitas korban merasa bahwa dirinya terjebak dalam kehidupan yang begitu-begitu saja dan memandang segala sesuatu dengan kacamata negatif.
5. Merasa Diserang Ketika Orang Ingin Membantu
Pernahkah kamu dicurhati teman soal masalahnya, lalu kamu memberikan semangat dan saran, tapi dia malah merasa tersinggung? Bisa jadi dia merasa kamu tengah menyerangnya. Orang demikian memiliki sifat playing victim.
6. Merasa Bersalah Jika Menyenangkan Diri Sendiri
Orang dengan sikap playing victim bersikap keras terhadap diri sendiri. Dia kerap merasa bersalah jika merasa senang atau ingin menyenangkan diri sendiri, karena dia terjebak pada pikiran negatif bahwa hidupnya akan selalu susah.
7. Suka Melihat Orang Lain Mengeluh
Seseorang bermental korban selalu mengeluh tentang hidupnya atau masalahnya. Karena itu, mereka merasa 'senang' jika ada orang lain yang sering mengeluh seperti mereka.
8. Sulit Introspeksi Diri dan Berubah Menjadi Lebih Baik
Kecenderungan menyalahkan orang lain atau faktor eksternal membuat orang dengan sikap playing victim mengintrospeksi dirinya sendiri. Karena itu, mereka juga sulit berubah ke arah yang lebih baik.
Penyebab Munculnya Perilaku Playing Victim
Sifat playing victim muncul karena beberapa penyebab, baik dari dalam diri, lingkungan sekitar, maupun masa lalu orang tersebut.
1. Tidak Diberi Kepercayaan untuk Bertanggung Jawab
Orang dengan mentalitas korban tidak terbiasa dengan tanggung jawab. Entah dia tidak pernah dipercaya oleh orang yang lebih mumpuni atau dia tidak berani mencoba bertanggung jawab atas sesuatu. Pada akhirnya, orang ini menjadi seseorang yang merasa dirinya tak bertanggung jawab atas apa pun, termasuk atas kehidupannya sendiri.
2. Merasa Tidak Mendapat Keuntungan Apa Pun
Faktor ini kerap disebabkan faktor eksternal seperti kehidupan sosial. Orang tersebut merasa tidak mendapat perhatian dan simpati dari lingkungan sekitar. Atau tidak bisa menikmati jaminan kesehatan karena tidak sanggup membayar iuran BPJS Kesehatan. Meskipun terkadang ada saja keuntungan dan perhatian yang mereka dapatkan dengan cara lain, orang-orang bermental korban sulit merasakan dan mengapresiasinya.
3. Trauma Masa Lalu
Beberapa orang dengan trauma masa lalu membentuk sikap playing victim ketika semakin dewasa. Hal ini karena mereka tidak segera mencari bantuan selayaknya dari orang lain. Orang dengan trauma masa lalu dan memiliki sifat playing victim biasanya merasa dirinya paling malang dan ingin dikasihani.
4. Tidak Berani Memilih dan Mengambil Risiko
Ketakutan-ketakutan yang muncul dalam pikiran membuat seseorang enggan mengambil risiko dan menimbulkan kecenderungan playing victim, karena mereka merasa tidak pernah memilih mengambil risiko. Padahal tidak memilih juga suatu pilihan.
Cara Mengatasi Perilaku Playing Victim
Sifat dan perilaku playing victim muncul karena berbagai faktor. Tetapi yang jelas, ini bukan sifat yang melekat sejak lahir. Jadi, playing victim bisa dikurangi bahkan dihilangkan. Mengutip WebMD, ada 4 cara yang bisa dilakukan jika kamu merasa punya sifat playing victim dan ingin menghilangkannya.
1. Menyayangi Diri Sendiri
Istilah populernya self-love atau self-care. Mulailah menyayangi diri sendiri dan meyakini bahwa diri kita berharga. Jangan terjebak dalam pikiran bahwa semua orang membenci dan memusuhi kita. Fokuslah pada orang-orang yang peduli pada kita. Jika merasa pikiran negatif mulai menguasai, coba tuliskan dalam jurnal sebagai cara belajar mengenali diri sendiri dan masalah yang kita hadapi.
2. Katakan Tidak Secara Bijak
Berkata 'ya' dan mengikuti keinginan orang lain terkadang membuat kita merasa tidak punya kesempatan mengenali diri sendiri dan mengetahui apa yang kita butuhkan. Mulai belajar memilah mana yang sebaiknya disanggupi dan mana yang sebaiknya dilewati. Mungkin akan terasa tidak enak di awal karena kita membuat orang lain kecewa, tapi memprioritaskan diri untuk saat ini lebih penting.
3. Belajar Memilih, Mengambil Risiko, dan Bertanggung Jawab
Semua orang selalu punya pilihan. Kita bisa memilih mau bertindak seperti apa, atau mengambil risiko dan tanggung jawab yang mana. Apa yang kita pilih adalah tanggung jawab kita sendiri. Apabila ada hasil yang buruk mengikuti di belakang, maka itu risiko yang harus kita hadapi.
4. Lakukan Terapi dan Belajar tentang Playing Victim
Setelah menyadari bahwa kita punya sifat playing victim, sebaiknya mulai belajar tentangnya dan bagaimana mengatasinya. Bila perlu, lakukan terapi dan konsultasi dengan tenaga profesional. Playing victim akut biasanya akan mengganggu kehidupan sehari-hari, jadi sebaiknya segera ditangani supaya tidak mengganggu produktivitas kita.
Demikian penjelasan tentang playing victim. Semoga bermanfaat dan tetaplah berpikir positif!
(des/fds)