Polisi Selisik Kematian Anak yang Depresi Usai Dipaksa Setubuhi Kucing

KabupatenTasikmalaya

Polisi Selisik Kematian Anak yang Depresi Usai Dipaksa Setubuhi Kucing

Deden Rahadian - detikJabar
Rabu, 20 Jul 2022 18:05 WIB
Makam PH (11), bocah asal Tasikmalaya yang meninggal usai dirundung.
Makam PH (11), bocah asal Tasikmalaya yang meninggal usai dirundung. (Foto: Deden Rahadian/detikJabar)
Tasikmalaya -

Peringatan (trigger warning): Artikel ini mengandung konten eksplisit tentang perundungan ekstrem yang dapat memicu kondisi emosi dan mental pembaca. Kami menyarankan Anda tidak meneruskan membacanya jika mengalami kecemasan dan meminta bantuan profesional.

Polisi turun tangan mendalami kasus PH (11), bocah kelas enam SD yang mengalami depresi usai mengalami perundungan ekstrem di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Panit Reskrim Polsek Singaparna Aipda Dwi Santosa mengatakan, walau demikian pihaknya tetap turun ke lapangan untuk mendalami kasus yang memilukan ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Belum menerima laporan maupun pengaduan tapi kami lakukan pendampingan dengan KPAID. Kita telusuri kebenaran kasusnya," ucap Dwi saat ditemui detikJabar di kantornya, Rabu (20/7/2022).

Kepolisian membenarkan terkait korban PH meninggal dunia. Namun, penyebab kematiannya masih belum dipastikan.

ADVERTISEMENT

"Kalau kasus kematian korban ada, tapi kami belum pastikan apa penyebabnya. Informasi beredar memang karena bully tapi kami belum sejauh itu," ujar Dwi.

Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengungkapkan, kejadian perundungan itu diketahui melalui rekaman di media sosial yang menyebar. Video itu menunjukkan korban dipaksa menyetubuhi kucing oleh sejumlah orang.

"Jadi ananda ini usianya 11 tahun kelas enam SD dia mengalami dugaan perundungan, sampai murung. depresi akhirnya meninggal dunia. Bentuk perundungannya adegan tak senonoh. Korban dipaksa dan diancam teman sepermainanya," kata Ketua KPAI Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto, Rabu (20/7/2022).

Pascakejadian itu, kondisi fisik menurun drastis. Ia enggan makan dan minum hingga mengalami kejang-kejang. Secara psikis pun, anak kedua dari empat bersaudara itu sering melamun dan murung.

Hingga akhirnya, nyawa dari PH tak tertolong usai dibawa ke rumah sakit umum daerah untuk mendapatkan perawatan. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (17/7/2022).

Ditemui detikJabar, terlihat kedua orang tua korban masih berduka. Di sebuah rumah mungil berdinding bilik dan papan, kedua orang tua korban Ad (41) dan Ti (39) masih sendu, saat bercerita tentang pengalaman pahit yang diderita anak lelakinya.

"Kami melihat keluarga masih belum stabil kondisi psikisnya maka kami tawarkan pendampingan dan pemulihan psikologisnya, edukasi dan juga mungkin proses hukumnya," ujar Ato.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads