Fakta-fakta Buaian Masuk Surga Bayar Rp 25 Ribu

Fakta-fakta Buaian Masuk Surga Bayar Rp 25 Ribu

Bima Bagaskara - detikJabar
Kamis, 07 Jul 2022 06:00 WIB
Uang Gaji
Ilustrasi uang. (Foto: iStock)
Bandung -

Paham radikalisme di Kabupaten Garut, Jawa Barat sudah cukup mengkhawatirkan. Bahkan hampir seluruh kecamatan di Garut disebut-sebut sudah terpapar paham radikalisme.

Tidak hanya itu, ada juga cerita yang menyatakan jika ada emak-emak yang dijanjikan bisa masuk surga dengan membayar Rp 25 ribu per bulan.

Kebanyakan mereka yang melakukan aksi menyimpang itu diketahui merupakan pengikut dari Negara Islam Indonesia (NII).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini fakta-faktanya:

1. 41 Kecamatan di Garut Terpapar Paham Radikal

Dilansir dari laman resmi Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Jabar, jabar.kemenag.go.id, dalam artikel berjudul 'Terpapar Radikalisme, Diiming-iming Surga', Kemenag menyebut bahwa paham radikal sudah masuk ke 41 dari 42 kecamatan yang ada di Garut.

ADVERTISEMENT

Pernyataan tersebut diketahui diungkap Kemenag Jabar dalam kegiatan Dialog Kebangsaan bertema Membangun Moderasi Beragama, Mengelola Keberagaman, Meneguhkan KeIndonesiaan di Hotel Harmoni, Garut pada Kamis 30 Juni 2022.

Kegiatan dialog kebangsaan digelar bukan karena latah. Akan tetapi Garut memang sangat dinamis dan sedang menjadi sorotan dalam kaitan paham radikal. Berdasarkan catatan, dari 41 dari 42 kecamatan terpapar paham radikal.

2. Masuk Surga Bayar Rp 25 Ribu

Kepala Kantor Kemenag Garut Cece Hidayat mengungkapkan ada cerita emak-emak yang percaya dengan hanya membayar Rp 25 ribu dan tanpa beribadah dia bisa masuk surga.

Cerita tersebut terungkap dalam kegiatan deradikalisasi yang digelar di Kecamatan Pameungpeuk, Garut beberapa waktu lalu. Saat itu, Cece mengaku sempat berbincang dengan sejumlah emak-emak peserta deklarasi.

Sang emak mengatakan, dia diajari oleh gurunya untuk tidak solat. Sebab, saat ini sang guru menyatakan keadaan sedang darurat karena sedang berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia (NII). Sebagai gantinya, sang emak diminta untuk membayar infaq Rp 25 ribu per bulan.

"Jadi gini, ketika kami ada deklarasi saya mendekati gerombolan ini, ibu-ibu. Saya tanya, ibu.... Ikutan deklarasi? Oh iya pak katanya. Ibu emang tinggal di mana? Saya lupa nama desanya. Ibu kenapa tidak mengakui Indonesia? Dia bilang bahwa dia memang gurunya mengajarkan bahwa sekarang ini kita lagi berjuang memperjuangkan Negara Islam Indonesia," katanya.

"Dan karena sekarang masih darurat, ya kita tidak usah ibadah, tidak usah solat, ibu cukup hanya dengan membayar infak Rp 25 ribu per bulan, kepada kiainya, kepada ajengannya, kepada tokoh agamanya, itu akan dijahit (diselamatkan) nanti oleh mereka ketika kita masuk neraka," ujar Cece menambahkan.

Sang emak mendapatkan doktrin iming-iming masuk surga jika bayar uang Rp 25 ribu sebagai 'penyelamat' saat nanti mereka masuk neraka. "Itu kan pembodohan ya, pembodohan mereka kepada masyarakat yang sisi agamanya tidak punya dasar yang kuat," ucap Cece.

3. Doktrin NKRI Musuh

Salah satu pengikut NII adalah AS (36). Namun AS kini sudah bersumpah untuk kembali setia kepada NKRI. Terselip cerita menarik sekaligus memilukan dari aksi menyimpang aliran sesat NII.

AS bercerita pengalamannya terperangkap di lingkaran aliran sesat Negara Islam Indonesia. Kisah itu bermula saat dia mengikuti jejak sang kakak merantau ke Bogor sekitar tahun 2010-an.

"Beberapa tahun lalu, saya ikut kerja di Bogor bersama kakak. Di sana saya kerja jualan ayam," kata AS.

AS mengatakan, tanpa pikir panjang, dia bertolak ke kota hujan. Sesampainya di sana, dia dan kakaknya menyewa kontrakan rumah. Hal yang membuat AS tak karuan terjadi di minggu pertama.

AS mengaku, seminggu pertama di Bogor, dia malah tidak bekerja. Sang kakak mengajaknya berkumpul bersama sejumlah temannya dan melakukan pengajian.

"Kumpul-kumpul, baca kitab dan Al-Qur'an yang ada artinya gitu lah," ujar AS.

AS mengaku saat itu ada yang janggal. Dia banyak mendengar doktrin dari sekelilingnya saat itu. Salah satu doktrin yang diberikan, adalah AS harus menganggap pemerintah NKRI adalah musuh atau thogut.

4. Rp 20 Ribu untuk Pengganti Solat

Keanehan tak berhenti di situ, AS juga mengaku, usai dia berjualan, dia diminta untuk berinfak sebesar Rp 20 ribu per minggu.

Uang tersebut dikumpulkan di tempat dia dan kakaknya berkumpul. Tujuannya, kata AS, infak yang dikumpulkan itu sebagai pengganti salat yang tak harus mereka kerjakan.

"Katanya nggak perlu salat, karena sedang darurat, sedang mendirikan negara Islam. Jadi gantinya bayar infak," ungkap AS.

Sejak saat itu, AS memutuskan untuk kembali ke Garut dan bekerja sebagai penggarap lahan tani di kampung halamannya.

"Sejak awal saya sudah curiga. Jadi sebenarnya yang benar-benar sudah dibaiat itu kakak saya, kalau saya ikut aja," ungkap AS.

Halaman 2 dari 2
(ors/ors)


Hide Ads