Kenali Fenomena Baby Blues dan Cara Mengatasinya

Kenali Fenomena Baby Blues dan Cara Mengatasinya

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 05 Jul 2022 14:00 WIB
Asian Mother nursery feeding bottle of formula milk to newborn baby in bed suffering from post natal depression. Health care single mom motherhood stressful concept.
Ilustrasi baby blues (Foto: iStock)
Bandung -

Belum lama ini, kita dikejutkan dengan fenomena seorang ibu yang menggigit bayinya hingga tewas di Desa Rasabou, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sejatinya tak ada orang tua yang ingin menyakiti anaknya.

Terdapat kemungkinan faktor seperti ini datang dari adanya gangguan mental pada orang tua. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Baby Blues. Fenomena Baby Blues memang kerap terjadi oleh beberapa ibu, namun masih tak banyak yang memahami apa itu baby blues dan bagaimana penanganannya.

Trianindari, Psikolog dari Magnaka Psikologi Bandung, mencoba menjelaskan terkait adanya fenomena ini. Menurutnya, faktor ini datang dari bagaimana persiapan orang tua sebelum mengasuh bayi.

"Baby Blues adalah fase depresi pasca melahirkan, biasanya terjadi dalam kurun waktu dua minggu. Baby blues ini adalah perasaan setelah mengalami rasa sakit yang teramat sangat, sehingga cenderung tidak ingin membangun hubungan yang baik dengan anak. Biasanya ditambah lagi dengan adanya kritikan dari orang-orang sekitar," jelas Inda, begitu sapaannya.

Kepada detikJabar, Inda menerangkan bahwa calon ibu harus memahami bahwa rasa sakit itu adalah hal yang wajar. Sementara, diperlukan adanya lingkungan yang kondusif demi proses pemulihan. Adanya komentar negatif dari orang sekitar lah yang memicu stres dan kehilangan kesabaran.

"Butuh ada support system baik dari suami, mertua, saudara, orang tua. Kalau memang kondisinya tidak memungkinkan, hindari saja. Memang sebaiknya ciptakan tempat tinggal sendiri yang nyaman dan tentu saja tidak dibiarkan apa-apa mengurus sendiri, peran suami disini sangat dibutuhkan. Perlu ada pendampingan," tuturnya.

Menurut Inda, baby blues bisa dicegah selain dari adanya support juga butuh dukungan financial. Maka, sebelum mempersiapkan kehadiran si buah hati, baiknya ada rencana dari pasangan suami istri.

"Seperti merencanakan akan tinggal dimana, karena tempat tinggal sangat mempengaruhi. Saat tahu kalau sudah mempersiapkan, maka semua akan lebih tenang saat bayi hadir. Entah itu ingin punya momongan atau belum ingin, sebetulnya kita semua punya naluri reproduksi dan menghasilkan keturunan," ujarnya.

"Maka, calon ibu tidak perlu takut, naluri sebagai manusia yang bahagia dan mencintai buah hatinya itu akan tumbuh dengan sadar setelah punya anak. Adanya komentar negatif dari orang lain itu jangan dipikirkan. Fokus pada anak dan bekali pengetahuan sebanyak-banyaknya," kata Inda menjelaskan.

Ia pun mengatakan bahwa tidak perlu takut atau obsesi untuk memberikan yang terbaik untuk anak, karena sejatinya orang tua tidak harus sempurna. Tidak ada parenting yang ideal, contoh teori memang ada namun belum tentu pas dalam hubungan orang tua dan anak yang menjalani.

"Orang tua harus berfungsi dengan baik, berikan komunikasi pada anak dan ciptakan suasana rumah yang nyaman. Sebagai orang tua, marah itu wajar tapi komunikasi tetap nomor satu. Berikan penjelasan mengapa anak tidak boleh melakukan hal itu, harus begini begitu, sedari janin pun sudah bisa diajak komunikasi," jelasnya.



Simak Video "Regina Ivanova Sempat Alami Baby Blues Saat Urus Bayinya"
[Gambas:Video 20detik]
(aau/tya)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT