Penamaan suatu daerah di Indonesia, termasuk di Jawa Barat, tak terlepas dari akar sejarah yang kental. Di pelosok Kota Cimahi misalnya, ada sebuah daerah bernama Leuwigajah.
Lantas, apa makna di balik nama Leuwigajah yang pengucapannya terkadang sulit bagi orang di luar Jawa Barat? Ternyata nama itu berkaitan dengan gajah yang terdapat di daerah tersebut.
Leuwigajah berasal dari dua suku kata, yakni leuwi yang dalam bahasa Indonesia berarti lubuk serta gajah yang berarti hewan gajah. Dari situ bisa disimpulkan jika Leuwigajah berarti sebuah lubuk yang menjadi tempat keberadaan seekor gajah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pegiat sejarah Tjimahi Heritage, Mahmud Mubarok menyebut toponimi Leuwigajah berkaitan dengan seorang Dalem Batulayang. Batulayang merupakan sebuah kabupaten yang menjadi bagian dari Kabupaten Bandung induk di wilayah barat.
Baca juga: Asal Usul Nama Kampung Naga Tasikmalaya |
![]() |
Beberapa daerah yang saat itu termasuk ke dalam Kabupaten Batulayang yakni Rongga, Batujajar, Kutawaringin, serta Cililin. Saat ini daerah itu menjadi bagian dari Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
"Jadi Leuwigajah ini berkaitan dengan Dalem, namanya Dalem Abdul Rahman, menjabat sekitar tahun 1770 sampai 1779 Masehi," ujar Mahmud kepada detikjabar.
Dalem Abdul Rahman yang tinggal di daerah Kabupaten Bandung, tepatnya di Kecamatan Kutawaringin, dikenal memiliki kesaktian mampu menaklukkan binatang buas. Kesaktiannya terdengar ke telinga Sultan Palembang yang saat itu kelimpungan menghadapi serangan gajah liar.
Dalem Abdul Rahman menyanggupi permintaan Sultan Palembang. Ia lantas bertolak ke Palembang, sementara tampuk kepemimpinannya diserahkan pada sang adik sementara waktu. Beberapa waktu di Palembang, Dalem Abdul Rahman berhasil menjinakkan gajah-gajah yang menyerang permukiman.
"Karena keberhasilannya itu, kemudian Sultan Palembang memberi hadiah. Ternyata hadiahnya seekor gajah. Nah gajah itu akhirnya di bawa ke Batulayang. Karena jadi hewan yang langka, jadi bikin warga di sini terpukau," kata Mahmud.
Lubuk Tempat Mandi Gajah
Selama berada di Batulayang, kata Mahmud, Dalem Abdul Rahman selalu menggembala gajah itu ke beberapa daerah, mulai dari Cimahi yang saat itu masih bernama Cilokotot, kemudian ke daerah Kebon Rumput yang berada di daerah Baros, Cimahi, serta daerah Cibogo.
"Nah si gajah ini diangon atau digembalakan ke daerah Cimahi, Baros, dan Nanjung karena di situ rumputnya bagus, lalu ada sungai-sungai besar. Tapi sebelum pulang ke daerah Kutawaringin gajah ini dimandikan di sebuah lubuk atau yang sekarang jadi cikal-bakal Leuwigajah," tutur Mahmud.
Saking seringnya gajah Dalem Abdul Rahman dimandikan di lubuk tersebut, warga kemudian menamai daerah tersebut sebagai Leuwigajah.
"Jadi orang kita itu memberi nama satu daerah dari kejadian, dari geografis. Nah si leuwi itu kemudian disebut sebagai Leuwigajah karena merupakan tempat mandinya gajah Dalem Abdul Rahman," ujar Mahmud.
Tergusur Tol Purbaleunyi
Sayangnya lubuk yang dulu juga jadi sumber kehidupan masyarakat Batulayang, saat ini keberadaannya tinggal kenangan. Lubuk itu tersabet alias tergusur proyek pembangunan Jalan Tol Purbaleunyi.
"Sekarang sudah nggak ada sisa leuwi atau lubuknya, jadi terpotong sama proyek Tol Purbaleunyi," ucap Mahmud.
"Karena gajah ini sendiri, jadi nggak sepasang, nah gajahnya sering melamun di atas bukit Cibogo. Kemudian akhirnya disebut sekarang Gunung Gajahlangu atau gunung gajah yang sering melamun," ungkap Mahmud.
![]() |
Gajah Palembang milik Dalem Abdul Rahman dikandangkan di dekat tempat tinggalnya di Kutawaringin. Sehingga kampung itu dikenal pula sebagai Kampung Gajah. Lama-kelamaan namanya bertransformasi menjadi Kampung Gajahmekar dan Kampung Gajaheretan.
Makam Dalem Abdul Rahman atau Dalem Gajah berada ditemukan di Kampung Bojonglaja, Kutawaringin. Di Kampung Gajaheretan juga terdapat situs Makam Eyang Dalem Gajah.