Kasus COVID-19 di Indonesia kembali meningkat di lima provinsi. Yaitu di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Yogyakarta.
Berdasarkan laporan Satgas COVID-19, diketahui kenaikan kasus positif mingguan mencapai 31 persen dan kasus aktif harian 10 persen.
Kabid Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19 Alexander K Ginting mengungkap pemicu kenaikan kasus ini akibat mobilitas tinggi dan pelonggaran protokol kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, di tengah antibodi tinggi pasca vaksinasi COVID-19, gejala klinis yang timbul di masyarakat relatif ringan.
"Karena tingginya mobilitas, longgarnya prokes akan membuat terjadinya peningkatan kasus penularan, seperti yang dilaporkan dua hari terakhir," kata Alex dikutip detikJabar dari detikhealth, Jumat (10/6/2022).
"Penularan di masyarakat masih berlangsung baik yang Delta atau Omicron, dengan sub-sub varian-nya. Hanya, karena pencapaian imunisasi yang tinggi, sehingga klinis tidak menonjol," jelas.
Namun, ia mewanti-wanti kekhawatiran jika penularan terus terjadi, ada kemungkinan munculnya banyak mutasi dengan karakteristik berbeda.
"Masalahnya semakin tinggi penularan. maka terjadinya mutasi semakin banyak. Ada mutasi yang semakin lemah, tapi adapula mutasi membuat strain semakin virulent, semakin ganas daripada varian sebelumnya," ungkap Alex.
Pentingnya Booster untuk Tingkatkan Imun
Menyikapi melesatnya kasus COVID-19 itu, epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengimbau warga meningkatkan antibodi dan tidak bersandar semata-mata dengan hasil sero survei yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI.
"Sero survei walaupun hasilnya 95 persen lebih, bukan untuk kebijakan, itu kan hanya untuk menilai program vaksinasi saja apakah vaksin efektif atau tidak. Jadi sebagai informasi tentu baik tapi jangan bersandar hingga tidak waspada, perlu ditingkatkan terus," ujarnya kepada detikcom, Kamis (9/6/2022).
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan RI pada April mengeluarkan hasil sero survei antibodi masyarakat Indonesia yang menemukan 99,2 persen masyarakat memiliki antibodi COVID-19.
Menurut Masdalina, antibodi masyarakat terbentuk bukan hanya dari vaksinasi tapi juga dari infeksi COVID-19. Ia tetap mengimbau pola hidup sehat agar antibodi tetap terjaga.
"Begitu didapat antibodinya sangat tinggi, maka kita pastikan itu bukan dari vaksin tapi dari infeksi. Jadi waspada saja terus pakai masker dan tetap terapkan 3M," sambungnya.
Sementara itu, ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono yang menyatakan antibodi masyarakat yang tinggi didapatkan karena sudah mendapat vaksinasi booster.
"Pemerintah harus segera melakukan program vaksinasi booster lagi, menjaga imunitas masyarakat, terutama yang booster kita lihat antibodinya tinggi sekali terbukti," ucapnya pada detikcom, Kamis (9/6).
Menurut Pandu kenaikan kasus harian COVID-19 kali ini masih terbilang normal dan tidak melihat adanya kemungkinan lonjakan kasus.
"Pemerintah hanya bisa mengatakan bahwa pandemi di indonesia sudah terkendali, indikatornya kenaikan tidak meningkat pesat, bisa saja ada kenaikan tapi tidak berdampak pada hospitalisasi dan kematian maka masih terkendali. Karena kenaikan ini normal kita tidak bisa 100 persen, kan sudah ada aktivitas," pungkasnya.
(ors/ors)