Asal-usul Julukan Kota Angin untuk Kabupaten Majalengka

JabarPedia

Asal-usul Julukan Kota Angin untuk Kabupaten Majalengka

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Selasa, 07 Jun 2022 07:51 WIB
Paralayang di Majalengka
Paralayang di Majalengka (Foto: (Deni Denot/d'Traveler))
Majalengka -

Ketika mendengar Kabupaten Majalengka, yang terlintas dalam benak sebagian orang adalah 'Kota Angin'. Ya, itu adalah salah satu julukan daerah yang terletak di sisi timur Provinsi Jawa Barat, yakni Majalengka 'Kota Angin'.

Julukan ini disematkan bukan semata-mata tanpa alasan. Identitas yang melekat dengan Kabupaten Majalengka ini dikenal karena anginnya yang sangat 'ngagelebug' atau kencang.

Ketua Grumala (Group Madjalengka Baheula) sekaligus penikmat sejarah Majalengka, Nana Rohmana atau akrab disapa Naro, Majalengka dijuluki 'Kota Angin' diduga pertama kali diucapkan oleh orang dari luar daerah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Naro menyebut, kencangnya kecepatan angin di Majalengka tidak pernah menjadi persoalan bagi masyarakat sekitar. Pasalnya, fenomena angin kencang bagi warga Majalengka tidak asing dialami.

"Kenapa dibilang 'Kota Angin' ya karena anginnya gede. Awal disebut 'Kota Angin' mungkin dari orang luar daerah yang datang ke sini karena merasa kaget dengan anginnya yang gede. Orang Majalengka sendiri tidak mempermasalahkan angin gede ini," kata Naro.

ADVERTISEMENT

"Ada beberapa sebutan angin di Majalengka. Ada angin ngegelebug, itu karena kencang suaranya. Kemudian angin jalu, kenapa angin jalu karena konotasinya kalau perempuan pakai rok bisa tersingkap roknya, gitu. Tapi kalau dari sejarah, enggak ada saya cari-cari soal angin itu," ujar dia menambahkan.

Mulai terdengar ngetren dijuluki Majalengka 'Kota Angin', kata Naro, sekitar tahun 80-an. Angin kencang di Majalengka biasanya mulai dirasakan sekitar bulan Juni-September.

"Sebetulnya ini (Julukan Majalengka) mulai dikenal sejak tahun 1980. Biasanya bulan Juni-September itu anginnya gede di Majalengka," ujar dia.

Namun demikian, ditegaskan Naro, tidak ada catatan sejarah pasti tentang julukan yang kini melekat dengan Kabupaten Majalengka. Sebab, jika melihat dari lambang atau logo Majalengka sendiri tidak ada simbol yang menyerupai angin.

"Kalau sejarah pastinya tidak ada karena di dalam lambang Majalengka sendiri saat ini tidak ada itu simbol angin di situ. Jadi nggak dibahas di penyusunan lambang Majalengka soal angin ini," jelas dia.

Sementara, Prakirawan BMKG Kertajati, Ahmad Faa Iziyn menjelaskan, keberadaan Gunung Ciremai menjadi salah satu penyebab kencangnya angin di Majalengka.

Angin yang terhalang atap tertinggi di Jawa Barat itu akan berhembus kencang hingga mencapai kecepatan 25-30 knot atau 46-56 kilometer per jam. Selain itu, perbedaan tekanan udara di wilayah utara dan selatan juga memengaruhi kencangnya angin Majalengka.

"Kecepatan angin maksimal bisa mencapai 30 knot. Itu karena angin yang terhalang puncak Ciremai kemudian akan berhembus lebih kencang ke wilayah Majalengka, serta adanya perbedaan tekanan udara sehingga terjadi peningkatan kecepatan angin," jelas Faiz sapaan akrabnya.

Bukan hanya itu, adanya angin kumbang (fohn) yang biasa terjadi pada Agustus, September dan Oktober, juga memengaruhi peningkatan kecepatan angin di Majalengka. Angin fohn adalah angin yang bertiup turun sepanjang lereng gunung menuju ke dataran yang lebih rendah, dengan suhu udara yang tinggi dan tingkat kelembaban udara yang rendah. Fohn merupakan hasil aliran angin dari pegunungan yang dapat menghembusakan angin lebih 25 knot per jam.

"Secara umum pada saat musim kemarau, angin berasal dari arah Tenggara, secara langsung akan melewati Gunung Ciremai. Hembusan angin kencang disertai kondisi yang panas sering kali dirasakan oleh masyarakat Majalengka, maka dari itu Majalengka mendapatkan julukan sebagai 'Kota Angin'," katanya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads