Diterima di ITB, Pelajar Asal Garut Ini Butuh Bantuan Biaya

Diterima di ITB, Pelajar Asal Garut Ini Butuh Bantuan Biaya

Hakim Ghani - detikJabar
Rabu, 25 Mei 2022 14:35 WIB
Fajar Nugraha, pelajar asal Garut yang diterima di ITB hingga UIN.
Fajar Nugraha, pelajar asal Garut yang diterima di ITB hingga UIN (Foto: Istimewa).
Bandung -

Fajar Nugraha, seorang pelajar asal Garut diterima di tiga perguruan tinggi ternama tanah air. Namun sayang, dia terancam tak bisa meneruskan ke jenjang perkuliahan karena terkendala biaya.

Fajar merupakan pemuda berusia 16 tahun yang tinggal di kawasan Kampung Sukatani, Ciburuy, Bayongbong, Kabupaten Garut. Salah satu daerah terpencil di kawasan Kecamatan Bayongbong.

Semenjak duduk di bangku kelas tiga Madrasah Aliyah (MA) Miftahul Anwar, dia mulai mengincar ke perguruan tinggi mana Fajar akan meneruskan perjuangan menuntut ilmu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fajar kemudian mengikuti seleksi ujian masuk ke sejumlah perguruan tinggi. Hasilnya, dia dinyatakan diterima di tiga perguruan tinggi favorit, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), UIN Sunan Gunung Djati serta UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Di ITB, lelaki yang lahir 25 Juni 2004 ini diterima di Jurusan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Sedangkan di UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Fajar diterima di Fakultas Sains Program Studi Fisika.

ADVERTISEMENT

"Alhamdulillah, setelah ikut testing, diterima di tiga universitas itu. Ya perasaannya sangat senang," kata Fajar kepada wartawan, Rabu (25/5/2022).

Perasaan senang itu bercampur sedih. Sebab, Fajar tahu dia tak memiliki cukup biaya untuk menjangkau seluruh perguruan tinggi yang menerimanya. Jangankan untuk melanjutkan sekolah, untuk hidup sehari-hari pun dia mengaku susah.

Fajar tinggal di sebuah rumah gubuk bersama sang ibu, Elin serta ayah tirinya Yadi yang berprofesi sebagai buruh serabutan. Ekonomi keluarga yang serba kekurangan membuat mimpinya meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hanya tinggal angan-angan.

"Sebenarnya senang sekaligus sedih. Senangnya Alhamdulillah bisa diterima di perguruan tinggi yang jadi favorit semua orang. Sedihnya ya saya tahu kalau saya enggak mungkin bisa kalau ngukur dari biaya," katanya.

Elin, sang ibu mengatakan Fajar merupakan anak yang pintar. Kesungguhan dalam mencari ilmu selalu ditunjukkan di rumah. Beberapa kali, Fajar mengikuti kompetisi di bidang pendidikan. Meskipun tak pernah juara satu, namun bakatnya dianggap aset berharga oleh sekolah.

"Anak saya ini pintar, dia selalu ingin jadi seperti idolanya Pak Habibie. Tapi saya sendiri merasa bersalah karena saya enggak bisa berbuat apa-apa. Ekonomi keluarga seperti ini," kata Elin.

Meskipun begitu, Fajar mengaku tak patah semangat. Dia kini sedang berupaya mencari jalan keluar. Salah satunya, dengan mencari beasiswa.

Bagi para dermawan yang budiman. Siapa yang mau bantu?

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads