Kegiatan tersebut dipimping langsung oleh Kepala Disnakan Kabupaten Sumedang Nandang Suparman dengan didampingi Kepala Bidang Kesehatan Ikan dan Hewan, Diah Siswati.
Kepala Disnakan Kabupaten Sumedang, Nandang Suparman menuturkan, pengawasan dan pengobatan secara intensif serta isolasi kandang merupakan langkah dan upaya dalam mencegah penularan serta penyebaran PMK agar tidak meluas.
"Semoga pengobatan secara intensif dan lock down kandang yang dilakukan dapat mencegah dan meminimalisir penularan PMK kepada hewan ternak lainnya yang ada di luar sana," terang Nandang kepada detikjabar di lokasi.
Nandang menyebut, dari total 18 hewan ternak sapi yang ada di kandang milik warga di Desa Cilayung, 2 dari 11 ekor sapi yang sakit diantaranya, dinyatakan terkonfirmasi positif PMK.
Terkait adanya temuan hewan ternak yang terkonfirmasi positif PMK, ia pun mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu panik atau pun resah. Pasalnya, PMK sendiri tidak menular terhadap manusia.
"PMK sendiri kepada manusia tidak menular, dalam hal ini manusia hanya berpotensi menjadi sebagai perantara penularan kepada hewan ternak lainnya, jadi warga diharapkan tidak perlu resah atau panik," terangnya.
Kepala Bidang Kesehatan Ikan dan Hewan, Disnakan Sumedang Diah Siswati menambahkan, pihaknya saat ini terus melakukan pengawasan dan pemberian obat serta vitamin secara intensif terhadap dua ekor sapi yang dinyatakan positif PMK.
"Kami melakukan pengobatan secara rutin, setiap hari kami pantau perkembangannya, kami berikan vitamin untuk meningkatkan kondisi tubuhnya dan obat penurun panas jika didapati gejala sintomatik atau demam," paparnya.
Diah menyebut, dari dua ekor sapi yang dinyatakan positif PMK, satu ekor diantaranya mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, sementara satu ekor lainnya masih dalam kondisi semula.
"Saat ini kondisi satu ekor sapi terlihat sudah agak membaik dibanding hari-hari sebelumnya, namun untuk satu ekor yang lainnya saat ini kondisinya masih terlihat parah, sejauh ini masih terus kami pantau perkembangannya," terangnya.
Guna mecegah penyebaran PMK yang lebih meluas, ia mengimbau kepada para peternak agar menghentikan dulu pembelian sapi dari luar Sumedang. Pasalnya, penularan penyakit yang disebabkan oleh virus ini begitu cepat dan mudah dalam penularannya.
"Terutama jangan dulu membeli ke daerah-daerah yang telah tersuspek PMK, soalnya penyakit ini penularannya begitu cepat, satu ekor sapi terkena PMK maka satu kandang bisa tertular semua," ujar dia.
Selain itu, sambung Diah, para peternak juga harus lebih memperhatikan biosekuriti di tengah adanya wabah PMK ini. Artinya, para peternak harus memperhatikan sistem kebersihan diri, ternak serta kandangnya.
"Jadi semisal para peternak yang telah bersentuhan atau merawat sapi yang positif PMK maka ia harus mengganti baju sebelum pindah ke kandang yang belum terjangkiti PMK," terangnya.
"Terus rutinlah membersihkan kandang dan melakukan disinfeksi kandang, penyemprotan disinfektan kandang ini tidak perlu yang mahal tapi semisal cukup dengan air sitrun, itu bisa digunakan," pungkasnya.
Berita sebelumnya, Dua dari 11 ekor sapi yang sakit di Dusun Cikeuyeup, Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang terkonfirmasi positif penyakit mulut dan kaki (PMK). Saat ini, sapi-sapi tersebut tengah diisolasi.
Gejala Awal Menurut Seorang Peternak Sumedang
Jajang Nurzaman, seorang peternak asal Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang tidak menyangka jika sapi miliknya akan terjangkit penyakit mulut dan kaki (PMK).
Dari total 18 ekor sapi yang dimilikinya, kini 11 ekor sapinya dalam kondisi sakit dan 2 ekor diantaranya terkonfirmasi positif PMK.
Sapi-sapinya tersebut kini tengah menjalani isolasi kandang untuk penyembuhan. Hal itu pun guna mencegah penularan agar tidak lebih meluas.
Jajang menuturkan, gejala awal yang terlihat sebelum sapinya dinyatakan terjangkit PMK lebih menyerupai gejala penyakit BEF (Bovine Ephemeral Fever) atau penyakit demam tiga hari. Sebuah penyakit yang biasa menyerang sapi.
"Gejala awal mirip penyakit BEF, dari mulut sapinya sering berbusa, kemudian dari hidung sering keluar ingus dan tidak mau makan," ungkap dia.
Namun setelah 3 hari berlalu, ia pun mulai menaruh kecurigaan terhadap penyakit yang diderita sapi miliknya itu. Pasalnya, gejala yang timbul semakin bertambah terutama di daerah mulut dan kaki.
"Pas hari keempat, gejala-gejala PMK mulai terlihat pada sapi, itu terlihat dari adanya pembengkakan atau lepuh di area gusi, kemudian gejala juga tampak di area sekitar bagian kukunya," terangnya.
Menurutnya, penyakit PMK ini perlu diwaspadai oleh para peternak lantaran penularannya yang begitu cepat.
Ia menyebut, dari satu sapi miliknya yang terjangkit PMK saat itu, 8 sapi lainnya dalam kandang yang sama pun turut jatuh sakit meski belum menunjukan tanda-tanda telah terjangkit PMK.
"Saat itu, sebelumnya hanya satu sapi saja yang sakit, kemudian 8 sapi lainnya jadi ikut sakit yang berada di kandang yang sama," terangnya.
Kendati demikian, ia pribadi mengaku tidak begitu khawatir atau pun panik. Ia percaya bahwa dengan penanganan dan perawatan serius maka sapi-sapi yang telah terjangkit PMK sekali pun dapat kembali sembuh.
"Jadi tergantung kita juga bagaimana cara perawatan dan pengobatannya, karena penyakit PMK ini tingkat ancaman kematiannya masih terhitung rendah, jadi kepada para peternak jangan cepat-cepat memutuskan untuk dipotong hewan ternaknya," pungkasnya.
(tey/tya)