Ratusan umat Buddha mengikuti perayaan Waisak di Vihara Tanda Bhakti, Kota Bandung pada Selasa (16/5/2022). Mereka yang mengikuti rangkaian perayaan Waisak tampak khusyuk menjalankan sembahyang di dalam vihara yang telah ada sejak 1976 tersebut.
Di saat yang sama, ada seorang pria sibuk mengabadikan suasana perayaan Waisak. Membawa kamera, pria itu mondar-mandir membidik objek untuk diabadikan lewat jepretannya.
Pria tersebut adalah Muhammad Rafly. Rafly adalah orang yang bertugas mendokumentasikan seluruh kegiatan yang diselenggarakan di Vihara Tanda Bhakti, termasuk perayaan Waisak kali ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rafly telah standby di Vihara Tanda Bhakti sejak pagi. Sebelum menjalankan tugasnya sebagai fotografer, Rafly juga ikut membantu petugas di Vihara Tanda Bhakti menyiapkan segala sesuatu demi kelancaraan perayaan Waisak.
Melihat latar belakangnya, Rafly diketahui merupakan seorang muslim. Namun ia tidak segan berinteraksi dengan umat Budha bahkan beraktivitas di tempat ibadah agama tersebut.
Pemuda 24 tahun ini telah menunjukkan nilai-nilai toleransi sejak dini. Meskipun berbeda agama, ia tetap antusias membantu kelancaran ibadah bagi umat agama lain.
Kisah Rafly berawal saat dirinya diajak pengurus Vihara Tanda Bhakti tampil dalam acara budaya sekitar tahun 2015 lalu. Saat itu, Rafly diminta mengikuti kirab budaya di Jawa Tengah dan menjadi pemain barongsai.
"Pertama kali diajak ke sini ke vihara buat bantu-bantu karena emang dari dulu suka sama barongsai dari kecil," kata Rafly saat berbincang dengan detikJabar.
Rafly memang mengakui sejak kecil menyukai barongsai. Beranjak dewasa, ia tidak hanya menonton aksi tarian tradisional asal Tiongkok tersebut.
Rafly kemudian mulai mempelajari gerakan-gerakan barongsai dengan ikut bermain dari satu vihara ke vihara lainnya. Dari situlah, Rafly sering berkunjung ke vihara di Kota Bandung, termasuk Vihara Tanda Bhakti.
Suatu ketika, Rafly yang sedang diminta membantu sebuah kegiatan di vihara tersebut melihat ada seorang umat Buddha yang sibuk melakukan dokumentasi kegiatan.
Padahal kata dia, umat Buddha lainnya sedang khusyuk sembahyang dan memanjatkan doa. Rafly yang melihat hal itu berinisiatif membantu dengan meng-handle tugas tersebut.
"Awalnya saya lihat umat Buddha ini kan harusnya ibadah, kenapa dia malah sibuk foto. Terus saya kan muslim malah saya diem aja," ucapnya.
"Dari situ ada teguran hati lah kenapa enggak saya aja yang dokumentasi, jadi biar mereka fokus ibadah. Dari situlah saya kemudian rutin mendokumentasikan kegiatan di sini," tuturnya.
Di sela-sela kegiatannya sebagai pegawai swasta, Rafly mengaku senang menjalankan aktivitas sebagai fotografer di Vihara Tanda Bhakti meski tanpa imbalan apapun.
"Karena ngelihat hal tadi, ada umat yang justru tidak ibadah di saat yang lain ibadah, jadi Rafly bantu-bantu di sini dokumentasi. Terus terasanya asyik aja ,jadi sampai sekarang ya masih dijalani," ungkap Rafly.
Menurut dia, apa yang dilakukannya tersebut murni bentuk kepedulian dengan sesama. Menjaga nilai-nilai toleransi, kata Rafly, adalah hal menyenangkan.
Apalagi tempat tinggalnya di Kelurahan Kebonjeruk, Kecamatan Andir telah menjadi Kampung Toleransi di Kota Bandung.
"Senang aja bisa menjaga toleransi. Di sini juga kan jadi Kampung Toleransi. Jadi bangga bisa ikut membantu sesama," tutup Rafly yang langsung kembali bertugas mendokumentasikan momen perayaan Waisak di Vihara Tanda Bhakti.
(bba/ors)