Jabar Hari Ini: Heboh Rombongan Pengantar Pengantin-Bocah Karawang Gantung Diri

Jabar Hari Ini: Heboh Rombongan Pengantar Pengantin-Bocah Karawang Gantung Diri

Tim detikJabar - detikJabar
Selasa, 10 Mei 2022 22:06 WIB
Ilustrasi Gantung Diri
Ilustrasi gantung diri (Foto: Mindra Purnomo)
Bandung -

Beragam peristiwa di Jawa Barat terjadi hari ini, Selasa (10/5/2022) dari mulai heboh rombongan seserahan 3.000 orang di Majalengka hingga 4 orang tewas dalam insiden kecelakaan lalu lintas di Subang.

Heboh 3.000 Orang Antar Pengantin

Pernikahan Irfan (22) dan Diva (20) pada Senin (9/5) pagi mendadak viral di media sosial (medsos) setelah rombongan seserahan keluarga pengantin pria direkam oleh seseorang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam keterangan video yang dilihat detikJabar dari unggahan akun Instagram @wirakhastudio, disebutkan rombongan yang mengantar pengantin pria itu dikabarkan berjumlah 3.000 orang.

Dalam informasi yang dihimpun, video viral pernikahan Irfan dan Diva itu berlokasi di Desa Ciranca, Kecamatan Malausma, Majalengka, Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

"Iya betul (di Desa Ciranca)," kata Kepala Desa Ciranca, Ohan Rohandi, saat dihubungi detikJabar.

Namun Ohan menyangsikan jumlah rombongan yang disebutkan dalam video tersebut. Pasalnya, menurut dia, jumlah tersebut dirasa kurang logis.

"Nggak, ah, paling juga itu mah sekitar 500 orang. Itu mah yang bikin kontennya mengada-ada, biar viral mungkin. Saya juga nggak tahu yang bikin videonya siapa. Tahu-tahu sudah ramai saja," ujar dia.

Disampaikan dia, tradisi mengantar seserahan pengantin pria diiringi dengan banyak orang merupakan hal lumrah bagi warga di desanya. Hal ini, lanjut dia, sudah berlangsung sejak lama.

"Memang sudah lumrah. Dari dulu juga di sini mah kayak gini. Ini mah berhubung nikah sama orang deket aja, jadi jalan kaki. Tetangga blok, paling jaraknya 500 meteran. Kalau yang jauh mah pakai motor atau mobil," ujar dia.

"Iya, pengantinnya orang sini semua, cuma beda blok. Pengantin pria (Irfan) dari Blok Cipeuteuy, pengantin wanita (Diva) warga Blok Babakan Tengah," dia menambahkan.

Sementara itu, dilihat detikJabar dari video viral tersebut, terlihat seorang pengantin pria itu berada di barisan paling depan dengan didampingi kedua orang tuanya.

Pengantin pria tampak lebih mencolok dari barisan panjang rombongan keluarga yang mengantar. Sebab, dari kerumunan orang yang sedang berjalan itu, hanya pengantin pria yang mengenakan busana serbaputih.

Kecelakaan Maut di Pantura Subang, Empat Warga Tewas

Kecelakaan maut kembali terjadi di jalur Pantura Subang. Tiga kendaraan terlibat kecelakaan beruntun hingga menyebabkan empat orang warga Tegal tewas.
Berdasarkan informasi yang diterima, kecelakaan maut itu terjadi pagi tadi.

Saat itu sebuah travel dengan nopol G 1220 HG melaju dari arah Cirebon menuju Jakarta ditabrak sebuah bus dengan nopol AD 1459 BR dari arah belakang.

Akibat kejadian itu, kendaraan travel yang mengangkut sejumlah penumpang terguling. Tidak lama setelah itu, sebuah truk boks dengan nopol B 9004 ZXR menghantam kendaraan travel yang sudah terguling.

Menurut sopir bus Agus, saat kejadian tidak mengetahui travel akan putar arah. Bus yang ia kemudikan pun akhirnya menabrak travel dan terguling masuk jalur berlawanan.

"Awalnya travel mau putar arah, posisinya udah dekat saat memutar arah sehingga tertabrak," ujar Agus saat diwawancarai.

Petugas kepolisian dibantu warga mengevakuasi seluruh korban. Akibat kecelakaan tersebut sebanyak empat orang tewas dan belasan penumpang lainnya mengalami luka-luka.

Saat ini semua korban masih berada rumah sakit Pamanukan Medical Central (PMC) serta di Central Medical Karawang. Kasus tersebut kini ditangani oleh Unit Laka Satlantas Polres Subang.

Berdasarkan data yang ada, empat orang tewas dalam kecelakaan maut itu merupakan warga Tegal, Jawa Tenga atas nama Sulaeman (30), Saunudin (50), Tri Ani (29) dan Rokmah (42).

Bule Belanda Hidupkan Kembali 'Kota Mati' Sukabumi

Mr Ronny, bule asal Belanda memilih tinggal di perumahan Lembah Halimun, Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. Perumahan yang dihuninya disebut warga sebagai 'kota mati'.

Julukan itu disematkan karena perumahan itu ditinggalkan mayoritas penghuninya. Sehingga, puluhan rumah megah ala Eropa di sana hanya tersisa bangunan tanpa penghuni.

Ronny tinggal di sini sekitar empat tahun. Sedangkan enam tahun sebelumnya ia tinggal di kawasan Kecamatan Baros, Kota Sukabumi.

Ia memilih tinggal di rumahnya sekarang karena senang dengan suasana sunyi. Meski tak punya tetangga di sekitar perumahannya, ia merasa kerasan.

Namun, sadar karena kawasan tempat tinggalnya disebut 'kota mati', ia berusaha membuat lokasi sekitar menjadi lebih hidup. Ia melakukan penataan.

Ronny memberikan beberapa sentuhan di beberapa titik perumahan. Misalnya seperti membuat saung, mengecat ulang rumah, hingga membuat lukisan yang dipajang di dinding rumah.

Upaya lainnya untuk menghidupkan kembali kota mati itu adalah dengan membuka kursus bahasa Inggris dan seni melalui yayasan yang dia bangun. Ronny mengajarkan kedua materi tersebut tanpa pungutan biaya alias gratis.

Kegiatan belajar mengajar yang ia lakukan di Lembah Halimun sudah berlangsung selama lima tahun terakhir, sejak sebelum tinggal di Lembah Halimun. Kegiatan itu digelar tiap minggu dan tidak dibatasi jumlah ataupun usia peserta yang ikut dalam kursus tersebut.

"Saya ada investor, buat yayasan, saya ada yayasan buat anak dari kampung belajar bahasa and belajar art," ujar Ronny hari ini.

Dalam waktu dekat, tepatnya bulan Juni mendatang, kegiatan belajar mengajarnya itu akan kembali dibuka. Beberapa anak yang tinggal di Jalan Jalur Lingkar Selatan, Sukabumi sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti kelasnya di Lembah Halimun.

Ronny mengatakan, pembelajarannya berfokus pada percakapan bahasa Inggris. Namun, tak hanya anak-anak, orang tua juga boleh ikut dalam kursus jika mau.

"Sekarang tetap hari Minggu, anak kampung di Jalur bulan depan belajar di sini. Bapak, mama boleh kalau mau, belajar conversation, bukan yang susah," imbuhnya.

Terkadang, kata dia, ada warga negara asing yang datang sebagai relawan pengajar atau hanya sekedar menginap di salah satu rumah yang sudah direnovasi.

Kekesalan Habib Bahar Dianggap Bohong

Habib Bahar bin Smith sempat naik pitam saat mendengar pengakuan pelapor kasus hoaks yang menjeratnya. Nada suara Bahar sempat meninggi saat pelapor bernama Tubagus Nur Alam ini menyebut ceramah yang disampaikan Bahar mengandung unsur kebohongan.

Dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Bahar awalnya menanyakan alasan Tubagus Nur Alam melaporkan dirinya ke Polda Metro Jaya pada 17 Desember 2021 lalu.

"Kenapa anda melaporkan saya," tanya Bahar dalam persidangan hari ini.

Tubagus yang dihadirkan sebagai saksi pelapor, lantas menjawab bila dirinya tak suka dengan adanya ceramah berunsur kebohongan.

"Saya tidak suka ada unsur kebohongan, saya lihat bohong dari berita," kata Tubagus menjawab.

"Anda yakin?," tanya Bahar.

"Yakin," jawab Tubagus.

Pemilik pondok pesantren Tajul Allawiyin ini lantas menanyakan dari mana tahu ada unsur kebohongan dalam ceramahnya. Tubagus menjawab bila dia mendapatkan informasi dari media.

"Tahu dari mana bener bohong? Bisa jadi media bohong enggak?" kata Habib Bahar menanyakan.

"Enggak tahu," kata Tubagus menjawab singkat.

Selain itu, Bahar juga menyatakan kekesalannya saat ceramahnya diunggah ke YouTube. Dia mengaku tak tahu menahu bila ceramahnya muncul di YouTube.

"Saya nggak suka ceramah saya dimasukkan ke YouTube," tuturnya.

Bahar diseret ke meja hijau atas kasus dugaan penyebaran berita bohong saat ceramah Maulid Nabi di Bandung. Selain Bahar, pengunggah video Tatan Rustandi juga diadili.

Dalam perkara ini, Bahar dan juga pengunggah video dianggap melanggar Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang peraturan hukum pidana dan atau Pasal 28 ayat (2) Jo Pasal 45A ayat 2 UU Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo Pasal 55 ayat 1E KUHPidana.

Bocah 14 Tahun Tewas Gantung Diri di Karawang

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda, pembaca, merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Bocah laki-laki berusia 14 tahun berinisial S ditemukan gantung diri di bawah jembatan Tol Jakarta Cikampek (Japek) tepatnya di Dusun Pajaten, Desa Sirnabaya, Kecamatan Telukjambe Timur.

"Jadi kami dapat laporan pada jam 7 malam Senin (9/5) kemarin seorang anak umur 14 tahun ditemukan gantung diri di bawah jembatan Tol Japek, atau di belakang PT TMMIN," kata Kapolsek Telukjambe Timur Kompol Oesman dalam keterangan yang diterima detikJabar.

Oesman mengatakan, berdasarkan keterangan saksi, korban sempat dicari oleh kerabatnya hingga ditemukan tewas di bawah jembatan Tol Japek. "Dari keterangan saksi dari kerabatnya ia sempat mencari S yang sejak siang pergi dari bengkel, kemudian mendapati S sudah meninggal dunia di kolong jembatan tol dengan cara gantung diri menggunakan tali tambang," ujarnya.

"Dugaan sementara dari keterangan saksi, inisial S ini membantu saksi di bengkel motor dan sempat dimarahi istri saksi, gara-gara bensin yang dijualnya belum dibayar oleh pembeli," katanya.

Sementara itu, dari hasil pemeriksaan jasad S tidak ditemukan tanda kekerasan pada tubuh korban.

"Saat ini jasadnya sudah dibawa oleh tim Inafis, namun keluarga menolak autopsi jenazah S," katanya.

(bbn/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads