Pemprov Jawa Barat (Jabar) mewaspadai kemunculan adanya kasus hepatitis akut, atau hepatitis misterius yang saat ini menyerang bayi hingga anak usai 16 tahun. Pemprov pun memastikan seluruh rumah sakit di Jabar siap menangani kasus tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar Nina Susana Dewi mengaku telah menggelar rapat koordinasi dengan 27 kabupaten/kota, dan rumah sakit di Jabar. Nina menjamin kesiapan pelayanan kesehatan untuk menangani kasus hepatitis misterius.
"Artinya pasien yang memiliki kecenderungan diduga itu (hepatitis misterius) bisa ditindaklanjuti, baik di puskesmas maupun dirujuk ke rumah sakit yang ada," kata Nina di RS Hasan Sadikin Bandung, Senin (9/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nina mengatakan pihak rumah sakit akan menyiapkan ruangan khusus atau isolasi untuk menangani pasien yang diduga terserang hepatitis misterius. Ia pun menjelaskan alasannya terkait penyediaan ruang isolasi.
"Memang tidak seperti COVID-19 yang harus negatif. Tetapi hepatitis juga adalah penyakit menular. Tapi menularnya melalui makanan, atau BAB tanpa cuci tangan yang bersih," kata Nina.
Nina menyarankan agar masyarakat menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Ia meminta masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bersih. "Jangan tukar menukar alat makan, seperti piring atau gelas. Kalau semua paham, Insya Allah Jabar tidak ada kasus hepatitis akut," kata Nina.
Nina mengatakan sumber informasi tentang kasus hepatitis misterius ini akan disampaikan satu pintu melalui Kemenkes. Hal ini dilakukan agar masyarakat tetap tenang dan fokus menerapkan PHBS.
"Kalau masing-masing bicara, masyarakat panik. Jadi tunggu saja dari Kemenkes. Tapi untuk di Jabar belum ada," kata Nina.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan Pemprov Jabar telah membentuk tim ahli untuk menangani kasus hepatitis misterius. Selain itu, pelayanan kesehatan, termasuk laboratorium sudah disiapkan. Salah satunya di RS Hasan Sadikin Bandung.
"Lab-lab ini untuk mengecek apakah kategori terduga hepatitis akut. Saya sudah cek, bahkan alat-alat teknologi molekuler terbaru sudah dimiliki," kata Kang Emil.
Lebih lanjut, Kang Emil mengatakan hepatitis bisa dicegah dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) saat ini. Ia juga meminta agar masyarakat tak bertukar alat makan.
"Kalau keluarga ada yang sakit, jangan berinteraksi. Kalau terpaksa gunakan proteksi yang memadai," kata Kang Emil
(sud/mso)