Kisah Pilu Mak Esih, Hidup Sendirian di Gubuk Reot Kota Bandung

Kisah Pilu Mak Esih, Hidup Sendirian di Gubuk Reot Kota Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 03 Mei 2022 09:10 WIB
Rumah reot Mak Esih di Baturengat, Kota Bandung.
Mak Esih, di rumah reotnya. Foto: Rifat Alhamidi
Bandung -

Seorang nenek harus hidup sendirian di rumahnya yang lebih mirip gubuk reot di Kota Bandung, Jawa Barat. Ia memilih tinggal di sana karena memang tidak ada lagi pilihan ke mana ia harus menggantungkan hidupnya ke depan.

Namanya adalah Mak Esih. Di usianya yang sudah menginjak umur 85 tahun, Mak Esih harus tinggal di rumahnya yang sudah tak layak huni di Jalan Baturengat, Kelurahan Cigondewah Kaler, RT 01/RW01 Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung.

Rumah reot Mak Esih di Baturengat, Kota Bandung.Rumah reot Mak Esih di Baturengat, Kota Bandung. Foto: Rifat Alhamidi

Semasa hidupnya, Mak Esih dikaruniai 3 orang anak. Namun, semua anaknya itu telah lebih dulu meninggalkan Mak Esih untuk selamanya karena mengalami penyakit belasan tahun lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Emak mah punya anak 3, tapi udah meninggal semua," katanya saat ditemui wartawan di kediamannya, Bandung, Minggu (1/5/2022).

Rumah reot Mak Esih pun seolah luput dari pantauan warga sekitar. Bagaimana tidak, lokasinya yang sempit plus terletak di dalam gang yang hanya bisa dilintasi satu orang saja.

ADVERTISEMENT

Bahkan mirisnya, dinding rumah Mak Esih hanya berupa anyaman bambu yang sudah nampak menghitam. Belum lagi, tambalan sana-sini menggunakan plastik menjadi pemandangan biasa bagi Mak Esih selama puluhan tahun tinggal di sana.

"Ditutup terpal ameh teu (supaya enggak) hujan," ucap Mak Esih.

Tapi sepertinya, usaha itu nampak sia-sia. Pasalnya, atap rumah Mak Esih sebagian ada yang sudah ambruk, bahkan terbuka begitu saja menembus langit Kota Bandung yang saat itu sedang cerah.

Sementara, kondisi di dalam rumah Mak Esih tak kalah memilukan. Mak Esih hanya tidur di atas amben karena memang lantainya hanya beralas adukan semen yang sudah terlihat mengelupas di mana-mana.

Bahkan yang membuat lebih miris, Mak Esih tak memiliki ruangan MCK di rumahnya. Mak Esih hanya mengandalkan toilet umum jika memang ingin mengakses keperluan tersebut.

"Eweh WC-an jang didieu mah (Enggak ada WC-nya di sini mah nak). Emak pake WC umum, lumayan jauh harus jalan kaki," ujarnya.

Di usia senja, Mak Esih pun hanya bisa mengandalkan pemberian dermawan untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bahkan tak jarang, ia harus menjual barang berharga miliknya seperti cincin dan kalung emas.

"Kalau buat makan, emak jual ali (Cincin), jual kalung. Tapi pas bulan puasa mah banyak yang ngasih makanan dari tetangga, Alhamdulillah," tuturnya.

Rumah reot Mak Esih di Baturengat, Kota Bandung.Rumah reot Mak Esih di Baturengat, Kota Bandung. Foto: Rifat Alhamidi

Keberadaan Mak Esih yang sebatang kara dan tinggal di rumah reot itu pun menggugah seorang guru bernama Rahmat. Pria yang mengajar di SMP 55 Baturengat itu pun sudah mulai memperjuangkan nasib Mak Esih sejak 2091 supaya bisa mendapat bantuan dari pemerintah.

"Kita sudah ngajuin buat bantuan rumah, tapi dari 2019 itu masih terkendala," katanya.

Kendala paling berat adalah sertifikat rumah Mak Esih diketahui sudah hilang entah ke mana. Rahmat bahkan sudah mencoba mengajukan bantuan ke Pemprov Jabar melalui program Jabar Quick Response, namun hingga sekarang belum juga ada kepastian.

"Dari awal 2021, sudah beberapa kali disurvei, tapi jelas. Mudah-mudahan kita pengennya segera diperbaiki," pungkasnya.




(ral/tya)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads