Suara gemuruh yang terdengar diiringi getaran kecil di Selajambe, Cisaat, Kabupaten Sukabumi masih misterius. Pasalnya, sejumlah ahli belum menemukan asal muasal suara yang terdengar dalam rentang dua hari terakhir.
Lalu apa penjelasan para ahli ?
Koordinator Mitigasi dan Gempa Bumi PVMBG Supartoyo mengatakan, suara gemuruh dibarengi dengan getaran bisa bersumber dari gempa atau aktivitas sesar di daerah tersebut. Akan tetapi, di wilayah Sukabumi tidak ada kejadian gempa atau sesar.
"Kalau gempa di Sukabumi sejak kemarin sampai tadi tidak ada," ujarnya dalam pesan singkat kepada detikJabar, Sabtu (23/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun memastikan, sumber suara gemuruh itu bukan berasal dari gempa bumi atau aktivitas sesar. "Benar, dipastikan bukan dari gempa," ujarnya.
Daerah Selajambe sendiri, kata dia, berada di luar garis Sesar Cimandiri dan Sesar Walat. "Di luar garis sesar Cimandiri dan juga sesar walat. Sejak tanggal 17 April tidak ada gempa terasa di Sukabumi," ujarnya.
Sementara itu, dia juga melampirkan hasil analisis PVMBG apabila dikaitkan dengan aktivitas Gunung Gede dan Gunung Salak. Hasilnya, status kedua gunung tersebut masih normal.
"Pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Gede dan Gunung Salak dalam satu minggu terakhir tidak menunjukkan gejala kenaikkan aktivitas, baik visual atau pun kegempaan. Tidak teramati perubahan warna dan tinggi kolom hembusan gas dari arah kawah," imbuhnya.
Dia juga menyebut, gempa masih didominasi oleh gempa tektonik. Sedangkan gempa vulkanik terekam dua kali terjadi pada minggu ini dan dalam batas normal.
"Gempa Vulkanik terekam dua kali kejadian dalam minggu ini, dan ini masih dalam batas jumlah normal. Tingkat aktivitas Gunung Salak dan Gunung Gede saat ini dalam Level I (normal)," sambungnya.
Penjelasan BMKG
Kepala Stasiun Geofisika (Stageof) Bandung Teguh Rahayu mengatakan pihaknya telah melakukan penelusuran dengan menggunakan peralatan berupa jaringan Seismograph, Lightning Detector, serta data pengamatan Satelit. Hasil dari jaringan Seismograph tidak menunjukkan aktivitas gempa bumi yang dapat memunculkan suara gemuruh dan getaran.
"Jaringan Seismograph BMKG Bandung pada tanggal 22 dan 23 April 2022 dari pukul 06.00 sampai 10.00 WIB tidak merekam adanya aktivitas gempa bumi di sekitar lokasi," kata Ayu sapaan akrabnya, Minggu (24/4/2022).
Lebih lanjut, dari alat Lightning Detector BMKG Bandung mencatat ada aktivitas Petir IC (Intra-Cloud) pada Jumat (22/4) pukul 9:23:05 WIB dan 9:23:14 WIB dengan jarak terdekat 2.01 kilometer dan 2.36 kilometer, arah tenggara dan Barat Daya dari Kantor Desa Selajambe.
Sedangkan pada Sabtu, (23/4) alat tersebut juga mencatat aktivitas petir yang cukup jauh, yaitu CG + (Cloud to Ground positif) sekitar 19.6 kilometer arah utara dari Kantor Desa Selajambe dan CG - (Cloud to Ground negatif) sekitar 21.4 kilometer arah Barat laut dari Kantor Desa Selajambe.
Ayu menyebut, meski ada aktivitas petir, belum dapat dipastikan sebagai sumber suara gemuruh. "Namun penyebab dari suara gemuruh dan getaran tanah tersebut masih belum dapat dipastikan," ujarnya.
Tak hanya itu, BMKG juga melakukan pengamatan satelit untuk menjawab teka-teki suara gemuruh tersebut. Berdasarkan data pengamatan satelit, pada saat yang dilaporkan, tidak terdapat awan Cb ataupun Cu yang dapat menyebabkan badai petir.
"Kondisi cuaca pada saat kejadian adalah cerah berawan. Sehingga bisa disimpulkan penyebab gemuruh bukan disebabkan oleh fenomena atmosferik," papar Ayu.
Atas dasar tersebut, BMKG mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Masyarakat diharap hanya percaya pada informasi resmi kebencanaan melalui pihak yang berhubungan langsung dengan kejadian bencana seperti BKMG, BASARNAS, BNPB, TAGANA, TNI/Polri dan aparat Pemerintahan setempat," pungkasnya.
Sebelumnya, Media sosial Facebook dihebohkan dengan postingan seorang warga yang mendengar suara gemuruh. Akun dengan nama Sasi Johar (26) itu mengatakan, udah dua hari di kampungnya mendengar suara tersebut.
"Iya udah dua hari, pertama saya juga kurang ngeuh. Kurang dianggap, cuman penasaran tanya ke tetangga ternyata sama dengar juga udah dua hari," kata Sasi dalam sambungan telepon, Sabtu (23/4/2022).
Sasi juga bilang, di perkampungannya tidak ada pabrik sehingga kemungkinan besar sumber suara tersebut bukan dari aktivitas industri. Ia sempat khawatir dan mempertanyakan suara itu berasal dari Gunung Gede atau Gunung Salak.
Beruntungnya tak ada tanda-tanda kerusakan atau keretakan tanah. Hingga saat ini, sumber suara tersebut masih belum dapat dipastikan.
(yum/bbn)