Populasi 19 jenis ikan di Sungai Ciwulan dan Sungai Citanduy Tasikmalaya semakin berkurang, bahkan beberapa di antaranya ditengarai sudah punah. Pencemaran air sungai dan kerusakan ekosistem sungai diyakini menjadi pemicu masalah tersebut.
"Kami mencatat ada 19 jenis ikan yang kini sulit dijumpai di sungai. Ini adalah pertanda terjadinya pencemaran dan tentu saja jadi tanda bahaya bagi kelestarian lingkungan," kata pegiat dari Komunitas Republik Aer Harniwan Obech, Rabu (13/4/2022).
Harniwan mengatakan asumsi itu didapat dari hasil penelitian pihaknya bersama tim ekspedisi sungai Nusantara dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Data itu berasal dari kegiatan penangkapan ikan dengan metode pancing di Ciwulan dan Citanduy serta hasil wawancara dengan komunitas sungai, komunitas pemancing serta metode lainnya," kata Harniwan.
Dia memaparkan 19 jenis ikan itu adalah Lalawak/Bader Merah (Barbonymus balleroides), Bader Putih (Barbodes gonionotus), Nilem (Osteochilus vittatus), Hampala (Hampala macrolepidota), Sidat (Anguilla rostrata), Sili (Macrognatus aculeatus), Betok (Anabas testudineus), Genggehek/bekepek (Mystacoleucus obtusirostris), Caung/baung (Rengkik Hemibagrus nemurus), Caung kuning/bebeong (Hemibagrus planiceps), Kancra (Cyprinus carpio), Beunteur/wader cakul (Barbodes binotatus), Bawal (Brama brama), Lele (Clarias batrachus), Belut (Monopterus albus), Gabus (Channa striata), Ikan sapu (Pterygoplichthys spiciosa), dan Mujair (Mozambique tilapia).
"Kualitas air sungai semakin memburuk. Bahan pencemar seperti logam berat, parasetamol, mikroplastik masuk dalam kategori senyawa pengganggu hormon yang bisa menyebabkan terjadinya feminimisasi ikan atau ikan berubah kelamin menjadi intersex atau dalam satu tubuh terdapat dua kelamin," kata Harniwan.
Fakta lain yang ditemukan adalah komposisi ikan berkelamin betina lebih dominan dibanding jantan, perbandingannya, 80 persen:20 persen. Padahal seharusnya dalam kondisi perairan sehat perbandingan jantan dan betina imbang.
"Solusinya ya perbaikan kondisi sungai. Pemprov Jawa Barat dan Pemda harus serius memulihkan kualitas air Ciwulan dengan mengendalikan sumber-sumber pencemaran industri skala rumah tangga, pengendalian sampah plastik dengan membangun TPS 3R di setiap desa yang dilalui Ciwulan serta pengendalian limbah domestik," kata Harniwan.
Sementara itu Feri 'Kebo' salah seorang pehobi mancing warga Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya mengatakan ikan masih banyak didapat dari sungai Ciwulan atau Citanduy. "Memang tak sebanyak dulu, tapi masih ada. Nilem, jaer, beunteur masih ada," kata Feri.
Tapi untuk ikan-ikan tertentu seperti caung, sidat atau kancra, Feri mengaku sudah sulit dijumpai.
"Memang untuk ikan yang khas atau yang sulit dibudidaya sudah jarang. Kalau dulu kan ikan caung mudah didapat, dagingnya enak banyak yang suka, mudah dijualnya. Sekarang mah susah, atuh da dialaan unggal poe ari melak tara (diambil tiap hari tapi menanam tidak)," ujarnya.
(mso/mso)