Sasauran, Tradisi Membangunkan Sahur Ala Warga Kota Bandung

Sasauran, Tradisi Membangunkan Sahur Ala Warga Kota Bandung

Bima Bagaskara - detikJabar
Selasa, 12 Apr 2022 06:02 WIB
Sasauran, tradisi membangungkan orang  sahur ala warga Sekeloa, Kota Bandung
Tradisi sasauran ala warga Sekeloa, Kota Bandung (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Membangunkan orang sahur telah menjadi tradisi di Indonesia saat memasuki bulan Ramadan. Banyak cara dilakukan untuk membangunkan orang agar segera melakukan makan sahur.

Di Kota Bandung, Jawa Barat, terdapat tradisi membangunkan sahur yang telah ada sejak lama. Tepatnya di kampung Sekeloa, Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Coblong, ada suatu tradisi bernama sasauran.

Sesuai namanya, tradisi ini dilakukan oleh sekelompok warga yang bertujuan untuk membangunkan orang yang sedang tertidur agar segera melakukan makan sahur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya sasauran dilakukan dengan membunyikan beragam alat musik tradisional seperti gendang, suling, gong hingga kenong. Alat-alat musik itu dibunyikan dengan lantang agar orang yang mendengarnya terbangun.

Sekelompok warga yang mayoritas adalah pemuda setempat berkumpul mulai pukul 01.00 WIB. Sebelum memulai aksinya, mereka terlebih dulu menyiapkan alat-alat musik yang akan dibawa serta mengumpulkan pasukan sasauran.

ADVERTISEMENT

Baru sekitar pukul 02.30 WIB, pasukan sasauran ini beraksi. Mereka berkeliling kampung sembari membunyikan alat musik. Tidak lupa, pasukan sasauran ini juga menyanyikan lagu khas sahur.

"Sahur sahur, sahur sahur, sahur sahur, ayo kita sahur. Ibu-ibu bapak-bapak yuk kita bangun sahur, besok kan kita akan berpuasa. Berpuasa kita akan dapat pahala, tidak puasa akan dapatkan dosa," jelas pasukan sasauran.

Sasauran, tradisi membangungkan orang  sahur ala warga Sekeloa, Kota BandungSasauran, tradisi membangungkan orang sahur ala warga Sekeloa, Kota Bandung Foto: Bima Bagaskara/detikJabar

Dengan terus menyanyikan lagu khas sahur itu, pasukan sasauran terus menyusuri setiap gang di kampungnya. Sesekali mereka berhenti di tempat lapang untuk sekedar beristirahat sejenak.

Meski terkesan bising dan mengganggu waktu tidur, namun tradisi sasauran ini rupanya disambut baik oleh warga. Bahkan tidak sedikit warga yang keluar rumah untuk menyaksikan pasukan sasauran beraksi.

Tidak hanya pemuda saja yang akhirnya mengikuti tradisi sasauran ini, beberapa anak-anak hingga orang dewasa pun antusias ikut berkeliling kampung untuk membangunkan sahur.

Keseruan tradisi sasauran makin terasa saat sejumlah ibu-ibu dengan sukarela memberikan makanan hingga minuman kepada pasukan sasauran. Seakan terbawa irama musik, ibu-ibu ini juga ikut berjoget menyambut lewatnya pasukan sasauran.

Setelah semua gang kampung dilewati, pasukan sasauran ini kembali ke tempat awal mereka berkumpul. Sekitar pukul 03.15 WIB, tradisi sasauran pun selesai dan para pasukan sasauran satu persatu pulang ke rumah masing-masing untuk melaksanakan sahur.

Vania (22) salah satu pasukan sasauran mengungkapkan, tradisi ini sudah sejak lama dilakukan pemuda Kampung Sekeloa. Namun tradisi sasauran baru lagi dilakukan sejak pandemi COVID-19.

"Iya emang rutin tiap tahun, tapi tahun kemarin enggak ada, baru sekarang lagi ada lagi," kata Vania saat diwawancarai detikJabar, Selasa (12/4/2022) dinihari.

Menurutnya sebelum beraksi pasukan sasauran tidak perlu berlatih. Sebab para pemuda setempat memang sering memainkan alat-alat musik tradisional tidak hanya saat bulan Ramadan.

"Sebelum keliling ya gak latihan, karena emang sering sih dulu dulu. Untuk alatnya ada gong, gendang, ada kenong sama alat gamelan lainnya," ujarnya.

Sasauran, tradisi membangungkan orang  sahur ala warga Sekeloa, Kota BandungSasauran, tradisi membangungkan orang sahur ala warga Sekeloa, Kota Bandung Foto: Bima Bagaskara/detikJabar

Vania juga mengungkapkan jika tradisi sasauran tidak pernah dikeluhkan warga sekitar. Justru warga senang dengan adanya tradisi sasauran yang membuat suasana Ramadan menjadi lebih terasa.

"Selama tradisi ini enggak ada yang keganggu, aman aja," jelas Fania.

Sementara itu, Oho (55) salah seorang warga mengaku sama sekali tidak terganggu dengan aksi pasukan sasauran yang membunyikan alat musik dengan lantang. Ia justru senang karena tradisi itu telah ada sejak lama dan memeriahkan suasana Ramadan.

"Sudah ada dari dulu memang kalau setiap puasa, alhamdulilah sangat membantu buat bangun sahur," kata Oho.

Menurutnya juga selain membangunkan sahur, pasukan sasauran juga ikut membantu dalam menjaga keamanan lingkungan. "Selain membangunkan sahur mereka juga bantu warga jaga keamanan," pungkasnya.




(bba/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads