Suara azan mengalun dari sebuah musala siang itu, menghentikan aktivitas warga yang tinggal di sekitar Masjid Al Muhajirin di area Pondok Pesantren Tarbiatul Aulad. Ponpes tersebut terletak di Kampung Cibolang Baru, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Berbeda dari kebanyakan, ponpes Tarbiatul Aulad memiliki sisi keunikan perihal lokasinya yang berada di sekitar kawasan Tempat Hiburan Malam (THM). Syiar islam santer dilakukan di tempat ini, berasal dari kenekatan sang kyai, Khudori.
"Latar belakang saya ingin mencerdaskan umat. Kedua membantu pemerintah menyadarkan umat supaya kembali kepada fitrah manusia yang sebenarnya. Sedikit demi sedikit mengikis kemaksiatan," kata Khudori kepada detikJabar, saat ditemui Minggu (10/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi masyarakat Palabuhanratu, tempat di sekitar berdirinya Ponpes Tarbiatul Aulad dikenal dengan kawasan hiburan malam. Tidak sedikit warga yang kebanyakan bukan asli setempat itu menyulap rumah mereka menjadi tempat karaoke.
![]() |
Tidak jauh dari situ, ada kawasan wisata pantai Sukawayana yang dahulu dikenal dengan nama Pasar Monyet, Katapang Condong, lokalisasi prostitusi terkenal di Palabuhanratu.
"Saya ingin mengurangi sedikit kemaksiatan supaya kampung ini menjadi kampung rahmatan lil alamin, penuh dengan berkah dan penuh perlindungan Allah SWT, itu saja keinginan saya sejak dulu. Dua tahun berdiri banyak tantangan dari lingkungan, ada banyak pro dan kontra saat mulai proses pembangunan pesantren ini," ujar Khudori.
Getir dan pahit dirasakan Khudori, ia merasakan adanya sedikit penolakan ketika ponpes itu akan didirikan. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Berbekal uang yang ada di kantongnya, sedikit-sedikit ia mulai merintis pendirian pesantren. Satu persatu para santri berdatangan
"Ada bantuan dari para agniya, santri dari lingkungan sekitar mulai masuk kemudian ini saya sebut keajaiban, ada santri dari Jakarta, kemudian Bogor, bahkan ada yang dari luar Jawa nyantri di sini. Tanpa ada iklan, tanpa ada promosi, mereka tergerak untuk mengenyam syiar Islam dari tempat ini," lirih Khudori.
Baca juga: Cara Ngabuburit Tak Biasa Santri di Sukabumi |
![]() |
Perlahan, keberadaan ponpes mulai mengubah pola kebiasaan masyarakat sekitar. Seolah ada aturan tidak tertulis yang perlahan diterapkan masyarakat, waktu operasional THM yang awalnya tak kenal waktu kini mulai ada pembatasan. Malam Jumat yang dulunya tetap hingar bingar kini diliburkan.
"Perubahannya sangat luar biasa, tadinya mulai jam 21.00 WIB batas berhentinya sampai jam 01.00 WIB maksimal jam 02.00 WIB. Malam Jumat ditiadakan, hari Jumatnya mulai banyak yang berdatangan untuk ikut salat Jumat," ungkap Khudori.
Tidak ada pungutan biaya di pesantren itu. Semua santri bebas menginap di kobong (kamar tempat santri beristirahat). Sepanjang Ramadan, kegiatan santri diperbanyak dengan membaca kitab kuning Jam'ul Jawami.
"Aktivitas di sini menggali kitab kuning, siang malam. Pagi sampai jam 11.00 WIB siang, kemudian berlanjut lagi jam 13.00 WIB sampai jam 16.00 WIB. Lalu dimulai lagi jam 20.00 WIB sampai jam 03.00 WIB. Paginya anak-anak ngaji Iqro dan Al-Quran," pungkas Khudori.
(sya/ors)