Ketua fraksi Gerindra Bintang DPRD Kuningan Toto Tohari membuka suara terkait aksinya yang viral di media sosial. Toto menggulingkan meja di sela sidang paripurna pemilihan Alat Kelengkapan DPRD (AKD) Kuningan, pada Rabu (6/4/2022) kemarin.
Atas insiden itu, kaca meja di ruang sidang paripurna DPRD Kuningan itu, pecah akibat luapan emosi Toto. Meski begitu, ia mengakui bahwa tindakannya itu salah.
"Secara pribadi saya akui tindakan itu salah. Ya, namanya emosi. Sekarang mah ambil hikmahnya aja. Saya juga meminta maaf kepada masyarakat terkait insiden ini," kata Toto kepada detikJabar, Jumat (8/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai aksinya viral, Toto langsung bertanggung jawab atas tindakannya. Pada Kamis (7/4) kemarin, ia telah mengganti kaca meja yang pecah akibat aksinya di sela sidang paripurna tersebut.
"Sudah diperbaiki (kaca meja). Itu tanggung jawab saya pribadi soalnya. Satu hari berselang setelah kejadian saya langsung ganti pakai uang pribadi. Karena itu tanggung jawab saya," ujar dia.
Diceritakan dia, aksi penggulingan meja itu berawal dari pihaknya merasa dicurangi oleh beberapa fraksi di DPRD Kuningan. Pasalnya, sebelum sidang paripurna berlangsung ia telah mengetahui susunan AKD tersebut.
"Saya paham itu dinamika politik yah, saya tidak mempermasalahkan. Cuma di badan kehormatan (BK) kebetulan fraksi Gerindra menurut tata tertib (tartib) 137 itukan semua fraksi berhak mengusulkan 1 nama untuk duduk di AKD tersebut. Cuma yang jadi permasalahan justru tertera di tartib badan kehormatan dipilih oleh anggota. Kan kalau milih Gerindra otomatis harus menunjukkan 1 orang," ujarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, dari total 50 anggota dewan yang ada pada saat sidang paripurna itu, kata Toto, sekitar 48 anggota dewan yang hadir dalam sidang itu.
Secara hitungan-hitungan jumlah suara pihaknya optimistis salah satu anggota dewan dari fraksinya bisa duduk di BK AKD Kuningan. Namun, 6 fraksi oposisi pihaknya mengusulkan sistem paket pemilihan. Dengan demikian, ia pun menanyakan dasar sistem termasuk.
"Saya kan mempertanyakan, dasarnya dari mana?. Kalau sistem paket AKD kan nggak ada. Nah cuma mungkin keserakahan mereka. Tiba-tiba pimpinan sidang ketuk palu dengan dalih bahwa 6 fraksi sudah menyetujui sistem paket. Tidak memberikan saya lagi argumentasi. Secara spontanitas saya emosi. Terus mengajak anggota lain keluar dari rapat," papar dia.
(yum/bbn)