Menempa Preman di Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah Subang

Menempa Preman di Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah Subang

Dwiky Maulana Vellayati - detikJabar
Jumat, 08 Apr 2022 16:20 WIB
Ponpes Raudlatul Hasanah.
Ponpes Raudlatul Hasana. (Foto: Dwiky Maulana Vellayati/detikJabar)
Subang -

Mendengar kata preman kerap identik dengan tindakan kriminal serta meresahkan masyarakat. Namun, stigma tersebut seperti dibantah mantan preman di Subang yang saat ini sudah menjadi kyai Sosok itu adalah Kyai Muhammad Abdul Mukmin.

Kyai Muhammad Abdul Mukmin merupakan pimpinan dari Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah yang berlokasi di Kecamatan Subang Kota, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Kyai Muhammad Abdul Mukmin membangun ponpes Raudlatul Hasanah pada 2002 karena prihatin kepada warga miskin yang ingin masuk pesantren. Dalam perjalanannya, tak hanya anak-anak yang belajar, orang dewasa hingga mantan preman pun mau belajar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya melihat anak-anak di Subang ini tidak ada tempat belajar sebagai bentuk keprihatinan kepada anak-anak jalanan, terutama di pasar juga banyak yang ngelem, di terminal juga saya ajak belajar agama," ujar Kyai Muhammad Abdul Mukmin kepada detikJabar belum lama ini.

Ponpes Raudlatul Hasanah.Ponpes Raudlatul Hasanah. (Foto: Dwiky Maulana Vellayati/detikJabar)

Untuk saat ini, di ponpesnya terdapat 200 santiwan maupun santriwati yang sedang mengasah pengetahuan agama Islam. Tak ada bayaran yang dipungut sama sekali.

ADVERTISEMENT

"Yang di pondok ini kebetulan kira-kira ada sekitar 200-an santriwan maupun santriwati. Dan semua makan, tempat, saya gratiskan semuanya, tidak ada biaya apapun," kata dia.

Keunikan lain dari ponpes tersebut, Kyai Muhammad Abdul Mukmin atau yang biasa dikenal Abah Maung ini, menerima murid mantan anggota geng motor, mantan pengguna narkoba, serta anak punk jalanan yang biasa hidup di jalanan dan kerap mendapat stigma buruk di masyarakat.

"Dari situlah ada kepedulian saya kepada anak-anak tidak mampu, mantan preman, mantan geng motor, anak punk dan sebagainya. Sekarang beginilah hasilnya berawal dari ponpes yang kecil sampai sekarang," ucapnya.

Dari pembelajaran yang disajikan ponpes Raudlatul Hasanah tersebut, Abah Maung berharap para anak didiknya lebih mandiri. Selain itu, mereka juga diharapkan bisa membuktikan kepada masyarakat bahwa mantan preman dan lain-lain bisa menjalani hidup secara positif dan berguna bagi masyarakat.

"Kami itu punya prinsip istilahnya, menghidupkan agama bukan hidup dari agama, menghidupkan santri bukan hidup dari santri. Ini harus digaris bawahi bahwa ulama yang disukai rasulnya tidak menjadikan ilmu urusan dunia dan tidak menjual ilmu pada urusan dunia," tuturnya.

Selain itu juga, para santriwan serta santriwati diberikan bekal pembelajaran mandiri agar nantinya dapat manfaat besar dilingkungan masyarakat.

"Nah, disitulah kita mengajar mereka itu dengan hati yah. Artinya bahwa kita sendiri tidak merasa baik, saya jelaskan kepada mereka (mantan preman) apapun agar bermanfaat, sebetulnya arti kata jagoan itu bukan kita jago di jalanan melainkan bisa bermanfaat minimal kepada orang yang melahirkan kita," jelas Abah Maung.




(ors/mso)


Hide Ads