Sebagian warga Bandung Raya merasakan suhu udara akhir-akhir ini terasa lebih dingin dari biasanya. Suhu dingin ini sangat terasa pada malam hingga pagi hari.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu mengatakan udara dingin di Bandung Raya mulai terasa sejak sepekan terakhir. Menurutnya suhu udara di Kota Bandung bisa mencapai 18 derajat celcius.
"Dalam satu minggu terakhir ini suhu di wilayah Bandung Raya terasa lebih dingin, walaupun secara observasi suhu minimum Kota Bandung ada pada kisaran 20 hingga 21 derajat celcius," kata Rahayu dalam keterangannya, Rabu (6/4/2022).
"Padahal temperatur minimum kota Bandung dapat mencapai 18 derajat celcius pada musim kemarau. Kondisi ini dirasakan ketika memasuki akhir musim hujan dan menuju musim peralihan," ujar dia menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil pemantauan dan analisis yang dilakukan BMKG Bandung, ada dua faktor yang menyebabkan suhu udara menjadi lebih dingin dari pada biasanya.
Rahayu menjelaskan, faktor pertama yaitu adanya proses pendinginan evaporatif (evaporative cooling). Di bulan April ini menurutnya secara empiris sudah merupakan akhir dari musim hujan di wilayah Bandung Raya.
Namun jika dilihat, curah hujan yang terjadi justru lebih tinggi dibandingkan curah hujan pada periode DJF. Kondisi ini, disebabkan tingginya aktivitas pembentukan awan konvektif yang diawali oleh proses evaporasi.
"Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air, dari kondisi cair menjadi gas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pendinginan di lingkungan atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif," jelasnya.
Sementara faktor kedua yang membuat udara menjadi lebih dingin yakni disebabkan hangatnya suhu muka laut wilayah Indonesia (IMC) akibat La Nina berkepanjangan yang menyebabkan aktivitas terjadinya pusat tekanan rendah di sekitar IMC menjadi meningkat.
"Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya angin kencang di wilayan Jawa Barat termasuk Bandung Raya. Tingginya kecepatan angin menyebabkan suhu yang dirasakan menjadi lebih dingin dibandingkan dengan suhu terukur," ungkap Rahayu.
Untuk itu, Ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk selalu mewaspadai dampak cuaca peralihan dari musim hujan ke kemarau yang membuat potensi bencana hidrometeorologi juga ikut meningkat.
"Terutama potensi kejadian angin kencang/puting beliung dan hujan es. Selain itu perubahan cuaca yang dinamis juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan menurunnya stamina atau imunitas tubuh," pungkasnya.
(bba/tey)