Nasib 'Kota Mati Tommy Soeharto' Kini jadi Spot Prewed-Buat Konten Horor

Nasib 'Kota Mati Tommy Soeharto' Kini jadi Spot Prewed-Buat Konten Horor

Yuda Febrian Silitonga - detikJabar
Kamis, 31 Mar 2022 09:26 WIB
Penampakan Kota Mati Tommy Soeharto di Karawang
Penampakan 'Kota Mati Tommy Soeharto' di Karawang (Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar)
Karawang -

Perum Karawang Baru bak yang berada di Desa Karang Anyar, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang bak kota mati. Deretan ruko-ruko yang berada di lahan bekas kebun karet itu terbengkalai.

Kondisinya retak-retak, ambruk, berlumut dan dipenuhi ilalang. Begitulah kondisi ratusan rumah di Perum Karawang Baru yang diberi julukan warga sebagai 'Kota Mati Tommy Soeharto'.

Berdasarkan informasi yang dihimpun detikJabar, julukan demikian karena pada tahun 1993 sampai 1997, Tommy Soeharto melalui PT Hutomo Mandala Putra dan tiga perusahaan milik keluarga Cendana yang lain membangun kawasan industri mobil Timor serta perumahannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tetapi setahun kemudian, tepatnya pada 1998 saat Orde Baru tumbang kawasan industri dan perumahan tersebut tumbang. Pengelolaan kawasan mengalami masalah terkait pembayaran pajak.

Di dalam Perum Karawang baru, detikJabar disambut oleh pemandangan jajaran rumah kosong dengan kondisi rusak dan tidak berpenghuni. Kesan angker tampak terasa saat memasuki lebih dalam perumahan tersebut. Namun, saat masuk ke blok-blok perumahan, ternyata ada warga yang menetap di dalamnya.Setelah itu, satu persatu penghuni dari kawasan tersebut mulai angkat kaki dari kawasan tersebut hingga menjadi seperti saat ini.

ADVERTISEMENT

Tak ayal kondisi tersebut membuat, kawasan ini menjadi buruan bagi Youtuber untuk membuat konten-konten horor. Dari informasi warga sekitar, Perum Karawang baru ada 6 blok, dan satu RW (Rukun Warga).

"Di sini ada 6 blok, cuma ada satu RW dan ada lima RT," kata Ratna pedagang warung kaki lima yang ditemui di lokasi, Rabu (30/3/2022).

Sementara itu, saat akan mencari informasi Ketua RW saat ditemui tengah tidak berada di kediamannya. Hingga kemudian, detikJabar menengok ke gedung tua yang menjadi spot incaran para fotografer di Karawang.

Di gedung tua, detikJabar menemui salah satu warga bernama Dodon Albantani, ia merupakan salah satu tokoh masyarakat juga Direktur Kesekretariatan DPD KPLHI (Komite Peduli Lingkungan Hidup Indonesia). Dodon membenarkan istilah kota mati ini disematkan ke Perum Karawang baru.

"Ia banyak yang sebut kota mati, atau tidak berpenghuni, padahal sebenarnya masih ada warga yang tinggal di dalamnya, meski hanya satu RW saja," kata Dodon saat ditemui di salah satu ruang di gedung tua yang menjadi markas DPD KPLHI.

Dari jelajah aplikasi google maps, jarak tempuh menuju ke lokasi dari kota Karawang menghabiskan waktu 45 menit. Dalam perjalanan, detikJabar mengambil arah alternatif bagi pemotor dengan jalur jalan belakang kawasan industri Indotaisei.

Namun sebelum memasuki jalan alternatif,pemotor akan ditarif Rp 2 ribu saat melewati jembatan penyeberangan menuju jalur alternatif yang berada di belakang kawasan industri Indotaisei.

Kemudian sekitar 1 kilometer mendekati lokasi, terlihat puluhan lampu jalan dengan tiang berkarat berjajar mengarah ke gerbang masuk Perum Karawang baru. Saat memasuki pintu masuk, para penjaga keamanan akan menghentikan pemotor dan meminta tarif 2 ribu.




(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads