Menyusuri 'Kota Mati Tommy Soeharto' di Karawang

Menyusuri 'Kota Mati Tommy Soeharto' di Karawang

Yuda Febrian Silitonga - detikJabar
Rabu, 30 Mar 2022 16:31 WIB
Penampakan Kota Mati Tommy Soeharto di Karawang
Penampakan 'Kota Mati Tommy Soeharto' di Karawang(Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar)
Bandung -

Retak-retak, ambruk, berlumut dan dipenuhi ilalang begitulah kondisi ratusan rumah di Perum Karawang Baru yang dikenal warga sebagai 'Kota Mati Tommy Soeharto'.

Perum Karawang Baru yang terletak di Desa Karang Anyar, Kecamatan Klari memang sering menjadi tujuan Youtuber Karawang untuk membuat konten-konten horor. Bukan hanya itu, di salah satu gedung tuanya sudah dikenal warga menjadi spot swafoto juga prewed.

Dalam beberapa konten youtube yang dibuat, Perum Karawang baru dikenal sebagai 'Kota Mati Tommy Soeharto'. Detikjabar pun mencoba menelisik Perum Karawang Baru secara mendalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi 'Kota Mati Milik Soeharto'

Di dalam Perum Karawang baru, detikJabar disambut oleh pemandangan jajaran rumah kosong dengan kondisi rusak dan tidak berpenghuni. Kesan angker tampak terasa saat memasuki lebih dalam perumahan tersebut. Namun, saat masuk ke blok-blok perumahan, ternyata ada warga yang menetap di dalamnya.

Dari informasi warga sekitar, Perum Karawang baru ada 6 blok, dan satu RW (Rukun Warga).

ADVERTISEMENT

"Di sini ada 6 blok, cuma ada satu RW dan ada lima RT," kata Ratna pedagang warung kaki lima yang ditemui di lokasi, Rabu (30/3/2022).

Sementara itu, saat akan mencari informasi Ketua RW saat ditemui tengah tidak berada di kediamannya. Hingga kemudian, detikJabar menengok ke gedung tua yang menjadi spot incaran para fotografer di Karawang.

Penampakan 'Kota Mati Tommy Soeharto' di KarawangPenampakan 'Kota Mati Tommy Soeharto' di Karawang Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar

Di gedung tua, detikJabar menemui salah satu warga bernama Dodon Albantani, ia merupakan salah satu tokoh masyarakat juga Direktur Kesekretariatan DPD KPLHI (Komite Peduli Lingkungan Hidup Indonesia). Dodon membenarkan istilah kota mati ini disematkan ke Perum Karawang baru.

"Ia banyak yang sebut kota mati, atau tidak berpenghuni, padahal sebenarnya masih ada warga yang tinggal di dalamnya, meski hanya satu RW saja," kata Dodon saat ditemui di salah satu ruang di gedung tua yang menjadi markas DPD KPLHI.

Rute Menuju 'Kota Mati Tommy Soeharto'

Dari jelajah aplikasi google maps, jarak tempuh menuju ke lokasi dari kota Karawang menghabiskan waktu 45 menit. Dalam perjalanan, detikJabar mengambil arah alternatif bagi pemotor dengan jalur jalan belakang kawasan industri Indotaisei.

Namun sebelum memasuki jalan alternatif,pemotor akan ditarif Rp 2 ribu saat melewati jembatan penyeberangan menuju jalur alternatif yang berada di belakang kawasan industri Indotaisei.

Penampakan 'Kota Mati Tommy Soeharto' di KarawangPenampakan 'Kota Mati Tommy Soeharto' di Karawang Foto: Yuda Febrian Silitonga/detikJabar

Kemudian sekitar 1 kilometer mendekati lokasi, terlihat puluhan lampu jalan dengan tiang berkarat berjajar mengarah ke gerbang masuk Perum Karawang baru. Saat memasuki pintu masuk, para penjaga keamanan akan menghentikan pemotor dan meminta tarif 2 ribu.

Sejarah Singkat

Warga sekitar, Dodon Albantani mengatakan sedianya lokasi Perum Karawang Baru ini dulunya adalah lahan kebun karet.

"Kebetulan saya lahir di sini, dan orang tua pernah bekerja di sini sebagai pekerja perkebunan karet pada tahun 1991. Jadi dulu itu lahannya milik PTPN 12 dengan luas kalau tidak salah 1.200 hektar," jelasnya.

Dua tahun kemudian, diambil alih oleh 4 perusahaan dan dijadikan kawasan industri termasuk kawasan perumahan.

"Jadi pada masa Orde Baru, lahan perkebunan ini tidak tau mengapa bisa dikuasai oleh 4 perusahaan milik keluarga Cendana, atau Tommy Soeharto namanya itu PT Hutomo Mandala Putra, PT Graha Jati Indah, PT Adiyesta Cipta Tama, PT Sentra Bumilokatama," katanya.

Lanjutnya, pada tahun 1993 sampai 1997 PT Hutomo Mandala Putra resmi membuat kawasan industri mobil Timor serta perumahannya, yakni Perum Karawang baru.

"Jadi 1993 sampai 1997 itu Tommy buat perusahaan mobil Timor dan perumahan Perum Karawang baru, yang rencananya itu untuk rumah para pekerjanya," katanya.

Setahun kemudian, pada 1998 saat Orde Baru tumbang, pengelolaan perumahan mengalami masalah terkait pembayaran pajak.

"Jadi pada era reformasi ditinggal sama developer dan ternyata dari tahun 1993 pajaknya tidak terbayar," ucapnya.

Setelah itu, pada tahun 2015 diakuinya HGU dan HGB nya dicabut. Setelah itu, penjarahan pun terjadi karena penghuni dan penjaga keamanan di kawasan tersebut mulai meninggalkan Perum Karawang Baru.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads