Wakil Bupati Bandung Sahrul Gunawan hengkang dari Partai NasDem untuk pindah ke Golkar. Manuver artis peran yang ngetop pada medio tahun 2000an ini pun diyakini dilakukan demi kepentingan politik di Pilkada 2024 mendatang.
"Saya kira Sahrul relatif cerdas, dia enggak ke partai lain karena dia tahu bahwa Golkar itu hampir 15-20 tahun berkuasa di Kabupaten Bandung," kata Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Muradi.
Muradi menyebut Golkar memang tengah membutuhkan figur populer macam Sahrul Gunawan. Maka, tak heran Golkar membukakan pintu lebar bagi Sahrul mengingat partai berlambang beringin kuning ini kehilangan pamornya sepeninggalan mantan Bupati Bandung Dadang Nasser.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia (Sahrul Gunawan) paham ada jejaring politik yang masih kuat hingga tingkat akar rumput, makanya dia masuk ke Partai Golkar. Saya kira ini cerdas Sahrul melihat dinamika, dia paham betul bahwa posisi Partai Golkar di Kabupaten Bandung masih kuat sebetulnya, hanya enggak ada figur aja," tutur Muradi.
Jadi Ancaman Dadang Supriatna
Menurut Muradi, Manuver Sahrul Gunawan itu pun bisa mengancam posisi Bupati Dadang Supriatna yang berasal dari PKB. Kondisi ini terjadi karena Dadang dulunya merupakan politisi senior Partai Golkar, namun pada Pilbup Bandung 2020 Dadang pindah partai ke PKB lantaran tak mendapat restu dari Golkar.
"Saya kira Sahrul sedang bermain politik yah, karena kita tahu bahwa Dadang Supriatna itu kan mantan kader Golkar. Dadang kemudian maju sebagai orang yang melawan entitas Partai Golkar, sekarang karena ada Sahrul maka posisi Dadang bakal terancam," tutur Muradi.
Posisi Dadang terancam mengingat kontestasi Pilbup Bandung akan berlangsung pada 2024. Jika Golkar memasang Sahrul sebagai calon bupati, kondisi itu tentunya menjadi ancaman bagi Dadang jika ingin kembali memimpin di periode kedua.
"Posisi Golkar sekarang kan kehilangan figur sepeninggalan Dadang Naser (mantan Bupati Bandung), Golkar kemudian butuh figur lain. Ketika dia memajukan istrinya kemarin itu tidak cukup kuat, makanya kemudian masuknya Sahrul ini golkar diuntungkan. Sementara Sahrul juga diuntungkan untuk bisa melawan Dadang," ujar Muradi.
Muradi melihat duet Dadang-Sahrul tipis kemungkinan bisa diulang lagi di Pilbup Bandung 2024. Konflik keduanya yang terjadi pada tahun lalu menjadi alasan logis Dadang dan Sahrul tak mungkin lagi bisa berduet bersama.
"Selama ini kan kita paham hubungan antara Sahrul dengan Dadang Supriatna sejak pertama kali dilantik enggak baik, di sisi lain Dadang Supriatna dulunya juga merupakan kader Golkar yang pindah ke PKB. Jadi memang cerdik Sahrul ini memanfaatkannya," ucapnya.
"Terus kalau saya lihat, ada sesuatu yang ingin dimainkan oleh Sahrul di 2024. Salah satu targetnya akan melawan ke Dadang Supriatna karena dia pernah bareng-bareng. Sementara, Sahrul tidak pernah diberikan ruang memainkan perannya sebagai wakil bupati bersama Dadang, tapi masalahnya kita lihat bagaimana keputusan Golkar di 2024," tutur Muradi.
Kini, menurut Muradi, keputusannya ada di tangan Golkar. Usai mendapat amunisi baru itu, Golkar hanya tinggal memainkan kartu truf-nya agar bisa berkuasa kembali di Kabupaten Bandung pada 2024 mendatang.
"Karena kalau betul Golkar bisa memainkan kartu truf itu, maka sosok Sahrul Gunawan ini bisa menjadi saingan terutama untuk menghadapi Pilbup 2024 nanti. Tinggal kita lihat saja bagaimana keputusannya," ujar Muradi.
(ral/tya)