Sebanyak 2 ribu kepala keluarga (KK) menjadi musibah banjir di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Hal tersebut diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan air Sungai Citarum meluap.
"Berdasarkan data yang terhimpun, kurang lebih sekitar 2.000 KK dengan jumlah jiwa diestimasi sekitar 8.000-an, tapi sejauh ini belum ada yang mengungsi. Dari beberapa lokasi pengungsian yang sudah ada, itu masih belum diisi," ujar Camat Baleendah Eef Syarif Hidayatulloh saat ditemui di Kolam Retensi Andir, Selasa (15/3/2022).
Eef menjelaskan, hujan deras selama dua hari ini terjadi di Kabupaten Bandung. Sehingga, air hujan yang ada di wilayah hulu bermuara ke wilayah Baleendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, kalau kita lihat kemarin pada tanggal 13 (Maret) hujan intensitasnya cukup tinggi, khususnya di dataran yang lebih tinggi di Kecamatan Baleendah, itu dari wilayah Timur yang melalui Citarum dan di daerah selatan yang melalui Cisangkuy, serta mungkin Kota Bandung yang melalui saluran yang ada di Citeureup. Sehingga bertemu di sini, jadi menyebabkan banjir," jelasnya.
Eef mengungkapkan, kondisi banjir saat ini lebih cepat turun dibandingkan beberapa waktu lalu. Sedangkan sebelum-sebelumnya, banjir di Baleendah membutuhkan sampai beberapa hari untuk surut.
"Dilihat dari kejadian yang lalu bahwa di sini memang lebih cepat turun, meskipun masih tetap banjir, kalau dulu kan sampai beberapa hari, tapi sekarang relatif lebih cepat dan itu pun tergantung dari intensitas hujan yang cukup tinggi," katanya.
"Saat ini di Kecamatan Baleendah ini terjadi kurang lebih 10 RW dan Kelurahan Baleendah 1 RW dan ada di Desa Rancamanyar. Kalau dilihat dari perjalanan sekarang, bisa dilihat relatif lebih sedikit. Kalau dulu, dengan kondisi begini, masih merata. Jadi pada saat ini air sudah surut, tapi belum signifikan turunnya," tambahnya.
Eeg menuturkan, banjir di Baleendah ketinggiannya beragam. Bahkan, sebagian sudah mengalami penurunan volume muka air.
"Kalau kemarin sampai 60 cm, namun memang tidak seluruhnya ada yang 20 cm tapi rata-rata 60 cm," ucapnya.
Eef sendiri mengakui keberadaan kolam retensi berpengaruh pada aliran air yang cepat surut. Namun, kata dia, jika hujaannya deras, kolam retensi akan penuh.
"Sangat berpengaruh, tadi saya bilang, kalau intensitas hujannya cukup besar ya otomatis daya tampung retensi ini tidak bisa menampung, tapi memang ada pengaruh positif," jelasnya.
Eef mengimbau dalam kondisi cuaca apapun masyarakat harus tetap siaga. Menurutnya yang harus diutamakan adalah keselamatan jiwa.
"Jadi kita mengimbau apabila memang sudah cenderung lebih parah untuk segera mengungsi. Kita terus imbau, namun kembali lagi ke masyarakat. Tapi kita tetap secara SOP, sudah kita persiapkan juga. Jangan sampai nanti air datang tiba-tiba minta pengungsian dengan jumlah yang begitu banyak sementara kita tidak siap. Ini akan jadi sebuah persoalan," pungkasnya.
(ors/bbn)