Ya, Umar merupakan guru seni rupa bagi KSAD Jenderal Dudung Abdurachman saat mengenyam pendidikan di SMP Kartika Candra Bandung puluhan tahun silam.
Sebagai guru seni rupa, Umar ingin memberikan sesuatu yang spesial bagi eks Pangkostrad tersebut. Salah satunya lukisan yang dia buat dengan tangannya sendiri.
Meski usianya tak lagi muda, tekad Umar untuk anak muridnya itu tak dapat dibendung. Awal mula ide membuat lukisan bertema 'toleransi' itu dibuat saat Umar yang sudah puluhan tahun tak bertemu dengan Dudung akhirnya bertemu saat Dudung masih menjabat Pangkostrad.
![]() |
Bermodalkan kisah hidup Dudung, Umar mulai menggerakan kuas di atas kanvas. Dalam lukisannya itu, dia menggambar sosok Dudung berseragam TNI yang sedang duduk di atas kuda berwarna cokelat.
Dudung tampak dikeliling oleh banyak masyarakat. Di balik lukisan itu juga terlihat beberapa bangunan dari agama yang ada di Indonesia.
"Ini saya gambarkan karena kita hidup ber-Pancasila dan kita menjunjung toleransi. Kalau dilihat detailnya, ada masjid karena kita mayoritas agama Islam, terus ada candi Borobudur, gereja, ada Liong untuk Konghucu. Semua agama ada dalam hidup berdampingan," ujar Umar saat berbincang dengan detikJabar di kediamannya, Jalan Sarimadu, Kota Bandung, Jumat (18/2/2022).
Ada beberapa detail menarik juga dalam lukisan Umar. Salah satunya sosok seorang anak berseragam sekolah putih tengah memberikan koran kepada sosok Dudung yang duduk di kuda. Umar menuturkan sosok itu merupakan gambaran Dudung saat masih kecil yang pernah menjadi loper koran.
"Detail menjual koran yang paling berkesan buat saya. Karena apa, saya bisa menggambarkan sosok Jenderal Dudung umur sebelas tahun. Ini tidak melihat foto, saya gambarkan," kata dia.
Detail lain yang juga tak kalah menarik yakni penyertaan empat bintang di baret hijau yang digunakan Dudung dalam lukisan itu. Hal ini menarik lantaran saat lukisan itu dibuat, Dudung masih menjabat Pangkostrad dengan tiga bintang.
"Itu belum jadi KSAD (saat melukis). Belum bintang empat. Saya bikin sebagai doa. Akhirnya doa saya terkabul menjadi KSAD. Itu doa dari guru ke murid," kata dia.
Umar menuturkan lukisan itu dibuat atas inisiatif dia sendiri. Dia bangga dari sekian banyak muridnya, ada satu orang yang sukses dalam karir militernya.
"Jadi lukisan ini tidak dipesan, tapi hanya ide inisiatif saya melukis murid saya. Sampai saya bangga, berhasil waktu saya melukis. Waktu diketemukan saya bangga. Karena murid saya banyak, yang paling melesat Pak Jenderal Dudung," tuturnya.
![]() |
Lukisan itu memang sudah rampung sejak beberapa tahun lalu. Bahkan, saat itu Dudung yang sengaja menemui Umar akan membawa langsung lukisan yang belum berbingkai. Kala itu, Umar melarang untuk dibawa terlebih dahulu.
"Waktu itu mau langsung dibawa, digulung. Saya bilang jangan dulu, mau saya kasih bingkai dulu," katanya.
Lukisan 'toleransi' berbingkai emas itupun selesai. Umar bersama keluarga dan salah seorang pengacara pribadinya Heri Wijaya mengantarkan langsung lukisan ke kediaman Dudung.
"Ini salah satu bentuk respect dari seorang guru kepada muridnya," ujar Heri.
(bbn/yum)