Hubungan antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kian terlihat mesra. Keduanya sering menghadiri acara bersama.
Terbaru, kedua pimpinan daerah ini bersama-sama menjajal lapangan Jakarta Internasional Stadium (JIS). Keduanya terlibat duel adu penalti. Momen kebersamaan ini menarik perhatian publik. Banyak pihak yang mengatakan keduanya merupakan pasangan serasi untuk maju dalam Pilpres 2024 mendatang.
Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi mengatakan momen kebersamaan Anies dan Ridwan Kamil merupakan hal yang biasa dalam komunikasi politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira baik itu komunikasi politik, kalaupun kemudian terjadi diskusi persepsi itu normal biasa. Tinggal follow up seperti apa, apakah RK (Ridwan Kamil) dan Anies mau serius atau hanya sebatas pada gimik politik," kata Muradi saat diwawancarai, Kamis (17/2/2022).
Ia mengungkapkan kedua sosok tersebut memiliki kesamaan. Selain masa jabatannya yang akan habis, RK dan Anies juga sama-sama tidak memiliki partai.
"Kalau saya menganggap keduanya punya kesamaan, sama-sama akan habis masa jabatannya, Anies akan habis pada 2022 ini, RK akan habis di 2023 September juga. Keduanya sama-sama tidak berpartai," katanya.
Berangkat dari dua kesamaan itu, menurutnya Anies dan Ridwan Kamil bisa 'bergabung' mencari kecocokan yang kemudian ditawarkan ke partai politik untuk maju menjadi Capres-Cawapres di 2024.
"Kalau kemudian mereka bergabung bisa mencari kesamaan dan kecocokan saya kira bisa dijadikan hal yang bisa ditawarkan ke partai politik, karena selama ini keduanya masih belum jelas ya mau didukung oleh siapa. Apakah Nasdem, PKS, atau oleh partai lain," ungkapnya.
Menurutnya juga, kebersamaan yang sering dibagikan Anies dan Ridwan Kamil merupakan cara efektif untuk menyampaikan pesan kepada pimpinan partai. Ia yakin jika Anies dan Ridwan Kamil benar-benar berpasangan di Pilpres 2024, akan memunculkan kekuatan politik yang menakutkan.
"Saya kira cara itu efektif memberikan pesan kepada pimpinan partai dan publik bahwa keduanya mungkin diusung bersamaan," ujar Muradi.
"Itu akan menakutkan calon-calon lain, kalau mereka bergabung dan diusung partai yang punya suara cukup signifikan," ucap dia pungkasnya.
(bba/mso)