Ketika zaman Rasulullah SAW, menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki merupakan hal yang lazim. Hal ini juga yang dilakukan oleh cucu sahabat Nabi SAW yaitu Al-Qasim bin Muhammad.
Mengutip buku Mendidik Anak Mendidik Anak dengan Al Quran Sejak Janin karya Bunda Fathi, Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah cucu Abu Bakar RA sekaligus keponakan Ummul Mukminin Aisyah RA. Ayahnya ialah Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq. kemudian ibunya merupakan putri Yazdajird, raja Persia yang terakhir.
Al-Qasim dikaruniai ketakwaan dan ilmu. Ia tumbuh menjadi seorang yang cendekiawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al-Qasim menjadi salah satu di antara tujuh fuqaha (ahli hukum Islam) Madinah, yang mewarisi sifat, akhlak, ilmu, bentuk fisik, keteguhan iman, dan kezuhudan kakeknya, Abu Bakar RA. Pada zamannya, ia adalah orang yang paling utama dalam ilmu, paling tajam kecerdasan otaknya, dan paling terpuji sifatnya.
Kisah Al-Qasim yang Wafat ketika Haji dengan Jalan Kaki
Dikisahkan dalam buku 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah karya Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, pada saat itu Al-Qasim yang berusia sekitar 72 tahun menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki.
Meskipun terdengar sudah tua renta, tetapi ia masih memiliki kondisi yang terlihat kuat. Hal itu terbukti ia masih mampu menunaikan ibadah haji menuju Makkah dan Madinah dengan berjalan kaki.
Namun, ketika dalam perjalanan menunaikan ibadah haji, ajal pun menjemput Al-Qasim. Ketika merasa ajalnya sudah dekat, Al-Qasim berpesan kepada putranya, "Apabila aku mati kafanilah aku dengan pakaian yang biasa dipakai untuk salat, gamisku, kainku dan serbanku," ucapnya.
Al-Qasim mengatakan kepada anaknya bahwa ia ingin dikafani seperti kakeknya, Abu Bakar RA dengan pakaian yang biasa dipakai salat sehari-hari. "Seperti itulah kafan kakekmu, Abu Bakar Ash-Shiddiq," katanya.
Tidak hanya itu, Al-Qasim meminta kepada keluarganya agar tidak meratapi kepergiannya dengan berlebihan ketika proses pemakamannya. Ia meminta anaknya untuk segera meninggalkan makam setelah proses pemakaman selesai.
"Maka tutup makamku dengan tanah dan segera kembalilah kepada keluarga. Jangan engkau berdiri di atas makamku seraya berkata, ayahku begini dan begitu karena aku bukanlah apa-apa," itulah pesan terakhir Qasim kepada anaknya.
Sebelum wafat saat melaksanakan ibadah haji, Al-Qasim sempat terlibat pertikaian dengan seseorang ketika membagi-bagikan harta sedekah kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Ia berusaha membagikan harta sedekah dengan adil.
Namun, ada seorang laki-laki yang tidak terima dengan bagiannya. Karena merasa tidak puas, orang tersebut langsung menghampiri Al-Qasim di masjid.
Laki-laki itu langsung datang di hadapan Al-Qasim yang tengah salat. Seolah tidak menghiraukan Al-Qasim yang sedang salat, laki-laki itu langsung membahas persoalan harta sedekah. Ia menuduh Al-Qasim tidak adil dalam membagikan harta sedekah.
Putra Al-Qasim yang tak terima mendengarnya tuduhan tersebut langsung membentak balik laki-laki tersebut, "Demi Allah! Engkau telah melemparkan tuduhan kepada orang yang tidak sepeser pun mengambil bagian dari harta sedekah itu dan tidak makan darinya walaupun sebutir kurma."
Setelah Al-Qasim menyelesaikan salatnya, ia kemudian menoleh kepada putranya dan berkata, "Wahai putraku mulai hari ini janganlah engkau berbicara tentang masalah yang tidak engkau ketahui."
Bukannya memarahi orang yang mengkritiknya, Al-Qasim malah menegur anaknya sendiri. Meski begitu, putranya memang benar kalau tuduhan itu salah, tetapi Al-Qasim hanya ingin mendidik putranya agar tidak mencampuri urusan orang lain yang ia tidak ketahui.
Wallahu a'lam.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri