Zuhud Tak Tergoda Dunia, Ini Keutamaan dan Bedanya dengan Wara

Zuhud Tak Tergoda Dunia, Ini Keutamaan dan Bedanya dengan Wara

Diky Darmanto - detikHikmah
Senin, 08 Jul 2024 11:00 WIB
Arab man praying on mat in desert. Male is in traditional wear. He is kneeling on sand.
Foto: Getty Images/xavierarnau
Jakarta -

Zuhud merupakan salah satu sifat orang beriman. Zuhud akan membuat seseorang fokus pada akhirat dan mengabaikan segala bentuk kenikmatan duniawi.

Imam Al-Qusyairi dalam Risalah Al-Qusyairiyah sebagaimana dinukil H. Ahmad Zacky El-Syafa dalam buku Tadabbur Cinta Nyanyian Cinta Para Sufi mengatakan, para ulama memiliki pendapat beragam dalam mendefinisikan arti zuhud.

Sufyan Al-Tsauri, misalnya, mengartikan zuhud sebagai mengurangi cita-cita duniawi, bukan dengan makan makanan keras atau mengenakan pakaian kumal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syaikh Ali Al-Daqaq berpendapat bahwa zuhud adalah sikap menjauhi kemewahan dunia dan tidak berkeinginan untuk membangun pondok atau masjid.

Yahya bin Muadz berpendapat bahwa zuhud berarti mendermakan harta, sementara cinta berarti mendermakan diri. Ibnu Jalla' menyatakan bahwa zuhud adalah melihat kehidupan dunia sebagai sesuatu yang tidak berarti dan mudah sirna.

ADVERTISEMENT

Ibnu Khafif menambahkan bahwa tanda-tanda zuhud adalah perasaan senang ketika meninggalkan harta benda, dan hati yang merasa terhibur saat menjauh dari kehidupan dunia dan harta benda.

Ada juga yang berpendapat bahwa zuhud adalah merasa tenang meninggalkan kehidupan dunia tanpa keterpaksaan. Sementara Imam Abu Al-Qasim Junaid Al-Baghdadi berpendapat bahwa zuhud adalah kosongnya tangan dari rasa memiliki, dan kosongnya hati dari rasa menuntut.

Apakah Zuhud Artinya Miskin?

Husain Madzahiri dalam Awamil al-Sayharah 'ala al-Gharaiz fi Hayat al-Insan menegaskan bahwa zuhud dalam Islam tidak berarti menjauh dari kehidupan sosial atau memutus hubungan dengan masyarakat, keluarga, dan anak-anak serta fokus hanya pada diri sendiri.

Zuhud sejati adalah sikap tidak terikat pada hal-hal materi, bukan berarti tidak memiliki harta. Orang yang zuhud tidak terikat pada keinginan akan kekuasaan, meskipun mereka bisa menjadi pemimpin. Zuhud juga berarti memutuskan semua keterikatan sehingga seseorang bisa meninggalkan dunia dengan mudah ketika ajal tiba.

Oleh karena itu, zuhud dalam Islam tidak mensyaratkan kemiskinan. Seseorang bisa saja kaya, namun tetap bisa menjadi seorang zahid. Usman bin Affan RA dan Abdurrahman bin Auf RA adalah contoh orang kaya yang tetap hidup zuhud meskipun memiliki banyak harta.

Usman bin Affan RA mendanai pasukan Nabi Muhammad SAW saat masa sulit dan membeli sumur dari seorang Yahudi yang melarang kaum muslimin mengambil air. Ia juga sangat dermawan dalam memberikan hartanya untuk kepentingan masyarakat.

Keutamaan Zuhud

Orang zuhud memiliki sejumlah keutamaan, salah satunya mendapat cinta-Nya Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam sejumlah hadits.

Ψ₯ΩΨ²Ω’Ω‡ΩŽΨ―Ω’ فِي Ψ§Ω„Ψ―Ω‘ΩΩ†Ω’ΩŠΩŽΨ§ ΩŠΩΨ­ΩΨ¨Ω‘ΩΩƒΩŽ اللهُ ΩˆΩŽΨ§Ψ²Ω’Ω‡ΩŽΨ―Ω’ ΩΩΩŠΩ’Ω…ΩŽΨ§ ΨΉΩΩ†Ω’Ψ―ΩŽ Ψ§Ω„Ω†Ω‘ΩŽΨ§Ψ³Ω ΩŠΩΨ­ΩΨ¨Ω‘ΩΩƒΩŽ Ψ§Ω„Ω†Ω‘ΩŽΨ§Ψ³Ω

Artinya: "Zuhudlah kamu terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia, maka mereka akan mencintaimu." (HR Ibnu Majah)

Keutamaan zuhud turut disebutkan dalam riwayat lainnya. Rasulullah SAW bersabda,

Ψ₯ِذَا Ψ±ΩŽΨ£ΩŽΩŠΩ’Ψͺُمُ Ψ§Ω„Ψ±Ω‘ΩŽΨ¬ΩΩ„ΩŽ Ω‚ΩŽΨ―Ω’ أُوΨͺِيَ زُهْدًا فِي Ψ§Ω„Ψ―Ω‘ΩΩ†Ω’ΩŠΩŽΨ§ ΩˆΩŽΩ…ΩŽΩ†Ω’Ψ·ΩΩ‚Ω‹Ψ§ ΩΩŽΨ§Ω‚Ω’Ψͺَرِبُوا مِنْهُ فَΨ₯ΩΩ†Ω‘ΩŽΩ‡Ω ΩŠΩΩ„ΩŽΩ‚Ω‘ΩΩ†Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ­ΩΩƒΩ’Ω…ΩŽΨ©ΩŽ

Artinya: "Jika di antara kamu sekalian melihat orang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah ia. Sesungguhnya ia adalah orang yang mengajarkan kebijaksanaan."

Perbedaan Zuhud dan Wara

Zuhud berbeda dengan wara. Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab al-Zuhd (edisi Indonesia terbitan Darul Falah) menjelaskan, zuhud berarti meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat demi kepentingan akhirat, sedangkan wara adalah meninggalkan sesuatu yang dikhawatirkan membahayakan kepentingan akhirat.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Thariiqul-Hijratain membagi zuhud dalam tiga jenis. Pertama, zuhud dalam hal haram. Zuhud jenis ini wajib atas setiap muslim.

Kedua, zuhud pada tingkatan-tingkatan sunnah dengan memiliki sesuatu yang dihindari, seperti zuhud dalam hal makruh, mubah, dan berlebihan serta melakukan beragam syahwat mubah.

Ketiga, orang yang zuhud adalah mereka yang benar-benar tekun dalam jalan Allah SWT.

Perbedaan zuhud dan wara juga terletak bila ada sesuatu yang tidak membahayakan, juga tidak ada manfaatnya maka bagi orang yang wara akan tetap melakukannya. Sedangkan untuk orang bersifat zuhud mereka tetap menjauhinya, kecuali bermanfaat untuk akhiratnya.




(aeb/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads