Masjidil Haram merupakan masjid suci bagi umat Islam. Setiap tahun, jamaah haji atau umrah berbondong-bondong datang ke Masjidil Haram untuk melaksanakan ibadah.
Selain itu, Masjidil Haram juga menjadi salah satu tempat di mana peristiwa Isra Miraj berlangsung. Kala itu, Rasulullah SAW menempuh perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjid Al Aqsa dengan mengendarai Buraq.
Ada banyak keistimewaan yang dimiliki Masjidil Haram. Ingin tahu lebih jauh mengenai masjid suci tersebut? Simak pembahasannya dalam artikel ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenal Masjidil Haram
Masjidil Haram adalah tempat yang istimewa bagi umat muslim karena di dalamnya terdapat Ka'bah atau disebut juga Baitullah (rumah Allah SWT). Masjidil Haram juga merupakan masjid tertua di dunia.
Sebenarnya, di Arab Saudi terdapat sebuah masjid yang juga dianggap suci, yaitu Masjid Nabawi. Meski begitu, saat melaksanakan sholat di Masjid Nabawi, arah kiblatnya tetap tertuju ke Masjidil Haram.
Apabila kita melihat kondisi sekarang, Masjidil Haram begitu luas dan besar. Padahal di zaman dahulu, Masjdil Haram bahkan tidak memiliki batas pemisah dengan area luar.
Dalam buku Histori 72 Masjid di Tanah Suci dalam Khazanah Sunnah Nabi oleh H. Brilly El-Rasheed, di zaman dahulu halaman Ka'bah langsung bersentuhan dengan rumah-rumah penduduk sekitar.
Barulah terdapat bangunan yang mengelilingi Ka'bah, yang disebut sebagai bangunan Masjidil Haram, di masa pemerintahan Utsman bin Affan pada 26 Hijriah.
Sebelumnya, Umar bin Al-Khaththab pada 17 Hijriah telah menggusur rumah-rumah penduduk agar halaman Ka'bah menjadi lebih luas. Sebelum Umar, tidak pernah ada perubahan luas halaman Ka'bah, termasuk ketika di zaman Rasulullah SAW dan Abu Bakar.
Secara berurutan, orang-orang yang berjasa memperluas dan memperbesar Masjidil Haram di antaranya Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur, Khalifah Al-Muqtadir, dan Al-Abbasi. Baru kemudian dilanjutkan oleh para raja, yakni Malik Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu Sa'ud, Malik Fahd bin Abdul Aziz, hingga Raja Salman.
Sebelum ke Ka'bah, Awalnya Arah Kiblat ke Masjidil Aqsa
Pada awalnya, arah kiblat tidak mengarah ke Ka'bah. Di zaman Rasulullah SAW, beliau dan para sahabatnya mengamalkan sholat dengan kiblat mengarah ke Masjid Al Aqsa.
Mengutip buku Sejarah Ibadah oleh Syahruddin El-Fikri, Allah SWT mensyariatkan perintah sholat dan Masjidil Aqsa sebagai kiblat. Sebab, Masjidil Haram yang merupakan tempat keberangkatan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Miraj belum berupa bangunan masjid.
Bahkan, usai sholat lima waktu yang disyariatkan oleh Allah SWT, Rasulullah SAW yang berada di Madinah Munawwarah tetap menjadikan Masjid Al Aqsa sebagai kiblat, kurang lebih selama 17 bulan lamanya.
Lalu, perpindahan arah kiblat dilakukan dari Masjid Al Aqsa menuju Masjidil Haram. Hal ini dimaksudkan bahwa sholat bukan semata-mata perihal menghadapi Ka'bah atau Masjidil Aqsa. Pada dasarnya, sholat ditujukan untuk menghadap diri kepada Allah SWT.
Perubahan arah kiblat ini dijelaskan Allah SWT dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 142. Allah SWT berfirman:
سَيَقُوْلُ السُّفَهَاۤءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰىهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا ۗ قُلْ لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُۗ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Artinya: Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, "Apakah yang memalingkan mereka (kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?" Katakanlah (Nabi Muhammad), "Milik Allah SWt lah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk)."
Keistimewaan Masjidil Haram
Selain menjadi tempat suci, Masjidil haram juga memiliki sejumlah keistimewaan tersendiri. Salah satunya adalah terdapat Maqam Ibrahim, yakni sebuah batu yang terdapat bekas telapak kaki Nabi Ibrahim AS saat membangun Ka'bah.
Kurang dari 40 kali kata Masjidil Haram telah disebutkan dan disinggung dalam Al-Quran. Salah satunya terdapat dalam surat Ali Imran ayat 96-97, di mana Allah SWT berfirman:
اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ
Artinya: "Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam." (Q.S Ali Imran: 96)
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya: "Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam." (Q.S Ali Imran: 97)
Mengutip laman NU Online, di Masjidil Haram terdapat tempat yang mustajab untuk berdoa. Letaknya berada di Multazam, yakni antara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah.
Para jemaah haji atau umroh dapat berdoa kapanpun di lokasi tersebut selagi bisa bertahan. Sebab, jumlah jemaah yang beribadah bisa membludak, namun terkadang tiba-tiba sepi. Jangan khawatir, tidak ada batasan waktu untuk berdoa, jadi panjatkan segala doa dan keinginan kamu kepada Allah SWT.
Demikian penjelasan mengenai Masjidil Haram yang di dalamnya terdapat Ka'bah. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan detikers.
(ilf/fds)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI