101 Tahun NU, Wakil Rais Aam PBNU Gelorakan Adanya Pembaruan

101 Tahun NU, Wakil Rais Aam PBNU Gelorakan Adanya Pembaruan

Kristina - detikHikmah
Selasa, 30 Jan 2024 14:45 WIB
Wakil Rais Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir dalam acara Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).
Wakil Rais Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir dalam acara Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024). Foto: LTN PBNU
Yogyakarta -

Nahdlatul Ulama (NU) memasuki usia 101 tahun. Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir menyebut sudah saatnya NU melakukan tajdid atau pembaruan.

"Sekarang NU sudah berusia satu abad lebih satu tahun. Itu sudah saatnya dilakukan tajdid (pembaruan)," kata Kiai Afif dalam keterangannya saat Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).

Kiai Afif mengutip hadits Nabi yang artinya "Sesungguhnya untuk umat ini, Allah ta'ala akan melahirkan pada setiap ujung 100 tahun dari padanya seseorang yang memperbarui agamanya." Barangkali, kata Kiai Afif, hadits tersebut tidak saja ditujukan untuk pembaharuan agama, tetapi berlaku juga bagi jam'iyah Nahdlatul Ulama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini menurut saya tidak hanya berlaku kepada agama Islam secara keseluruhan, akan tetapi juga bagi NU," ujarnya.

Kiai Afif menyebut bahwa fokus PBNU menyelenggarakan halaqah fikih peradaban di seluruh wilayah di Indonesia, itu mungkin merupakan salah satu bentuk pembaruan alias tajdid dimaksud.

ADVERTISEMENT

"Mungkin konsen PBNU dengan yang namanya fikih peradaban itu merupakan salah satu bentuk daripada tajdid, pembaruan," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan tiga makna pembaruan NU dalam pandangannya. Pertama, pembaruan, menurutnya, adalah mengembalikan ke tujuan awal dibentuknya NU.

"Mengembalikan NU sebagaimana awal dia dilahirkan, seperti apa kondisinya NU saat itu, dikembalikan," ujarnya.

Kedua, pembaruan berarti menghidupkan perkara yang sudah tidak lagi berdaya. "Barangkali ada elemen-elemen yang sudah tidak berdaya dalam NU, perlu dihidupkan," katanya.

Ketiga, lanjut Kiai Afif, adalah memperbaiki hal yang sudah dianggap tidak baik. "Itu adalah beberapa bentuk daripada tajdid," katanya.

"Alhamdulillah sudah ada gagasan fikih peradaban ini. Sudah barang tentu yang dimaksud peradaban di sini adalah peradaban Islam atau Al Hadharah al Islamiyah," katanya.

Turut menjadi narasumber halaqah, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, H Muhammad Cholil (COO Center for Shared Civilizational Values, North Caroline, Amerika Serikat), dan Prof Robert W Hefner (Universitas Boston, Amerika Serikat).




(kri/rah)

Hide Ads