Ketika Rasulullah Tidak Pernah Menyimpan Dendam, Sekalipun Disakiti

Ketika Rasulullah Tidak Pernah Menyimpan Dendam, Sekalipun Disakiti

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Selasa, 28 Nov 2023 14:45 WIB
vector of mawlid al nabi islamic month. translation Prophet Muhammads birthday in Arabic Calligraphy style,peace be upon him
Foto: Getty Images/iStockphoto/Dwi Rustiyanto
Jakarta -

Rasulullah tidak pernah menyimpan dendam karena beliau memiliki sifat pemaaf dan selalu menahan amarah. Beliau tidak pernah marah meski dihina, dicaci, dicemooh, atau bahkan hendak dibunuh.

Disebutkan dalam buku The 10 Habits of Rasulullah karya Rizem Aizid, sifat pemaaf dan mampu menahan amarah ini merupakan kebiasaan yang termasuk dalam akhlak mulia. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang menyamai sifat pemaaf beliau.

Sifat pemaaf dan selalu menahan amarah inilah yang membuat Rasulullah tidak pernah menyimpan dendam kepada orang lain, termasuk orang-orang kafir yang selalu memusuhi dan mencelakai beliau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlakuan keji yang ditujukan kepada Rasulullah SAW selalu beliau tanggapi dengan sabar dan besar hati. Bahkan, beliau selalu membalas kejahatan yang dilakukan kepadanya dengan doa dan maaf.

Tentu saja sifat pemaaf dan tanpa dendam Rasulullah SAW bukan hanya karangan atau pengakuan diri beliau saja. Banyak bukti dan kisah yang menunjukkan sifat tersebut.

ADVERTISEMENT

1. Rasulullah SAW Memaafkan Musuh-Musuhnya di Perang Uhud

Rasulullah tidak pernah menyimpan dendam karena beliau memiliki sifat pemaaf. Hal ini ditunjukkan pada sikap beliau ketika menghadapi musuh saat Perang Uhud.

Kala itu, Rasulullah SAW pernah terluka dan jatuh tersungkur dalam Perang Uhud melawan para kaum kafir. Hal ini tentu saja membuat marah para sahabat. Salah satu dari mereka meminta beliau untuk memohon kepada Allah SWT agar membinasakan musuh-musuh yang telah menyebabkan beliau tersungkur.

Tentu saja hal ini merupakan hal yang sangat mudah untuk Rasulullah SAW. Beliau adalah manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT. Apa saja permintaannya pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT.


Namun tidak, beliau tidak melakukannya. Sebaliknya, Rasulullah SAW malah berkata kepada para sahabat,

"Aku tidak diutus untuk mencelakakan manusia, tetapi aku diutus sebagai penyeru kebaikan dan menanamkan kasih sayang. Ya Allah! Berilah petunjuk umatku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui."

Dari cerita ini, dapat diketahui betapa pemaaf dan tanpa dendamnya hati Rasulullah SAW. Bahkan ketika perang pun, beliau tetap akan memaafkan dan mendoakan musuhnya.

2. Rasulullah SAW Menjenguk Orang yang Selalu Meludahinya

Dalam sebuah hadits juga diriwayatkan bahwa setiap kali pulang dari masjid, Rasulullah SAW selalu diludahi oleh orang kafir. Hal ini selalu dilakukan setiap hari kepada beliau.

Namun, bukannya marah, namun karena memiliki sifat pemaaf dan tanpa dendam, Rasulullah SAW selalu memaafkan orang kafir tersebut meskipun beliau selalu diludahi setiap hari.

Suatu hari, Rasulullah SAW tidak mendapati orang kafir tadi di tempat biasa ia meludahi beliau. Beliau pun merasa aneh karena biasanya beliau diludahi, tetapi pada hari itu tidak.

Maka, beliau pun mencari tahu orang yang biasa meludahi itu. Ternyata, ia sedang sakit sehingga tidak bisa meludahi Rasulullah SAW.

Lantas, Rasulullah SAW langsung bergegas untuk menjenguk orang kafir yang selalu meludahi beliau tadi. Bukannya mengutuk atau membalas atas perlakuan dia ketika dirinya sedang tidak berdaya, Rasulullah SAW malah mendoakannya.

Akhirnya, karena sifat pemaaf, sabar, dan tidak mudah marah Rasulullah SAW ini, orang kafir tersebut pun mengucapkan kalimat syahadat dan masuk Islam.

3. Ketika Malaikat Jibril Tidak Terima, Namun Rasulullah SAW Masih Tetap Memaafkan

Rasulullah tidak pernah menyimpan dendam karena beliau memiliki sifat pemaaf juga ditunjukkan pada perilaku beliau menghadapi perlakuan dari Bani Tsaqif dan penduduk Thaif.

Diceritakan dalam buku Kelengkapan Tarikh Edisi Istimewa Jilid 2 karya K.H. Moenawar Chalil, selepas kematian Abu Thalib, paman Rasulullah SAW, beliau hijrah ke Thaif untuk melanjutkan dakwahnya di tempat saudaranya.

Bukannya mendapat perlakuan baik, Rasulullah SAW justru mendapat hal yang serupa atau malah lebih buruk daripada ketika di Makkah. Yaitu, cercaan, hinaan, kekerasan, dan bahkan penganiayaan.

Rasulullah SAW dihina dengan perkataan yang sangat kasar sekaligus dilempari batu hingga kedua kaki beliau terluka dan mengeluarkan darah. Saking keterlaluannya perlakuan Bani Tsaqif dan penduduk Thaif, malaikat Jibril sampai turun ke bumi untuk menyampaikan pesan kepada Rasulullah SAW.

Malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung berkata kepada beliau,

"Ya Rasulullah! Sesungguhnya, Allah telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka kepadamu. Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu supaya engkau perintahkan kepadanya apa yang kau kehendaki atas mereka (kaum Bani Tsaqif.)"

Kedua malaikat tadi sudah siap untuk membinasakan kaum durhaka tersebut. Namun di luar dugaan, Rasulullah SAW dengan sifat pemaaf dan sabarnya, malah memaafkan kaum Tsaqif tadi.

Beliau berkata,

"Tidak! Bahkan saya berharap mudah-mudahan Allah memberikan kepada mereka keturunan yang menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun."




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads