Riya adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Salah satu jenis riya yang perlu dihindari adalah riya dalam niat.
Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa kata riya berasal dari ru'yah yang artinya sikap ingin dilihat orang lain dengan mengharapkan apresiasi yang sepadan dengan itu. Kata Imam al-Ghazali, riya bertujuan untuk mencari kedudukan di sisi orang lain. Sikap ini bisa terjadi dalam amal ibadah maupun di luar itu.
Lebih lanjut Hujjatul Islam menyebut, segala bentuk riya dalam ibadah hukumnya haram. Sementara itu, riya yang berkaitan dengan perbuatan non-ibadah dengan tujuan tertentu, seperti memperoleh kekayaan, maka hal itu diperbolehkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena mencari sesuatu yang pokok dan merupakan kebutuhan adalah baik (boleh), maka mencari sedikit kemasyhuran dan kekuasaan untuk menyelamatkan diri dari bahaya dan kesulutian pun baik (boleh)," jelas Imam al-Ghazali dalam kitabnya, seperti diterjemahkan Purwanto.
Jenis Riya yang Paling Bahaya
Riya memiliki beberapa tingkatan. Menurut Musthafa Murad dalam bukunya yang berjudul 1001 Kesalahan dalam Beribadah dan Bermuamalah, jenis riya yang paling berbahaya adalah riya dalam niat.
Maksud riya dalam niat ini adalah melaksanakan suatu amal yang tidak ditujukan untuk ibadah melainkan hanya ingin dilihat oleh orang lain atau karena tujuan lain. Tingkatan riya ini hampir sama dengan tingkatan kedua, yakni menjalankan amal dengan niat mendapatkan pahala namun disertai sedikit riya, ketika riya tersebut tidak ada, maka orang itu tidak akan melakukan ketaatan tersebut.
Selain itu, ada juga riya yang tingkatannya lebih rendah, yakni orang yang riya akan lebih semangat ketika orang lain melihat apa yang ia lakukan. Namun, ia tetap melakukan ibadah tersebut meskipun orang tidak melihatnya. Dalam hal ini, kata Musthafa Murad, orang tersebut akan mendapatkan ganjaran atas niat baiknya dalam ibadah dan tetap mendapatkan dosa atas niat riya-nya.
Contoh Riya dalam Niat
Ada beberapa contoh riya dalam niat khususnya saat menjalankan amal ibadah. Merangkum kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali dan buku Sedekah Pengubah Nasib karya Aditya Akbar Hakim. Berikut di antaranya.
- Membayar zakat karena takut dicemooh orang banyak dan ia tidak mengharapkan pahala saat membayar zakat. Namun, saat sendirian, ia tidak mau membayar zakat. Menurut Imam al-Ghazali, ini adalah tingkatan riya yang tertinggi dan yang paling buruk.
- Melakukan ibadah hanya untuk mencari keuntungan dari selain Allah SWT, baik berupa materi maupun non materi. Orang seperti ini tidak akan melakukan ibadah ketika sendiri.
- Bersedekah namun dengan niat ingin mendapatkan pujian dari orang lain. Misalnya berniat memberikan sebagian gaji untuk kepentingan pembangunan gedung di tempat ia bekerja, namun di balik niat yang tulus itu terbesit keinginan untuk mendapat perhatian dari pimpinan tempat kerjanya agar kelak mendapatkan kenaikan jabatan.
Ibadah karena Riya Akan Sia-sia
Disebutkan dalam Syarh Riyadhus ash-Shalihin, setiap ibadah yang dilakukan tanpa didasari keikhlasan karena Allah SWT, seperti untuk mendapatkan pujian orang lain, maka pahalanya akan sia-sia. Allah SWT berfirman dalam salah satu hadits qudsi,
"Aku sama sekali tidak membutuhkan semua sekutu dan persekutuan. Oleh karena itu, siapa yang beramal suatu amal yang pengamalannya itu terdapat persekutuan kepada-Ku dengan selain Aku, maka Ku-tinggalkan dia berikut sekutunya itu." (HR Muslim)
Cara Mengobati Riya
Ada dua cara untuk mengobati riya sebagaimana disebutkan dalam sumber sebelumnya. Pertama, dengan mencabut pangkal dan sumber sifat riya yang memunculkan cabang-cabang riya lainnya. Pangkal riya ini adalah cinta kedudukan dan pangkat.
Cara kedua adalah dengan menolak riya yang terbesit saat itu juga. Hal ini bisa dilakukan ketika telah berniat menjalankan ibadah, tiba-tiba terbesit keinginan agar mendapat pujian dari orang lain, maka bersegera untuk menghilangkan niat atas pujian tersebut.
(kri/erd)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
PBNU Kritik PPATK, Anggap Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Serampangan