Rasulullah SAW memiliki sahabat yang begitu banyak dengan sifat dan karakteristik yang berbeda. Salah satunya sahabat Nabi yang paling tampan adalah Dihyah al-Kalbi.
Imam Zainuddin az-Zubaidi di dalam Mukhtashar Shahih al-Bukhari menceritakan mengenai Dihyah al-Kalbi,
- عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدِ : أَنَّ جِبْرِيلَ لا أَتَى النَّبِيَّ ﷺ وَعِنْدَهُ أُمُّ سَلَمَةَ فَجَعَلَ يُحَدِّثُ ثُمَّ قَامَ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِأُمِّ سَلَمَةَ: مَنْ هَذَا؟ أَوْ كَمَا قَالَ قَالَ قَالَتْ: هَذَا دخيةُ قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ ايْمُ اللهِ مَا حَسِبْتُهُ إِلَّا إِيَّاهُ حَتَّى سَمِعْتُ خُطْبَةَ نَبِيِّ اللهِ يُخْبِرُ عَنْ جِبْرِيلَ أَوْ كَمَا قَالَ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid RA: (Aku beroleh kabar bahwa) Jibril menemui Nabi Muhammad SAW yang sedang didampingi oleh Umm Salamah. Jibril berbicara dengan beliau dan kemudian pergi. Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Umm Salamah, "Engkau tahu siapa orang itu?" Umm Salamah menjawab, "Ia adalah Dihyah (sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling tampan)." Di kemudian hari, Umm Salamah berkata, "Demi Allah, ku kira ia adalah Dihyah hingga Nabi Muhammad SAW berbicara tentang Jibril di dalam khutbahnya."
Syafaat Slamet dalam buku Bersedihlah Saat Hidupmu Begitu Jauh dari Allah menuturkan bahwa Dihyah adalah putra Khalifah ibn Farwah Al-Kalbi. Dia terkenal sangat tampan, sehingga bila dia berkunjung ke Kota Madinah, tidak seorang putri pingitan pun yang tidak keluar untuk melihatnya.
Bahkan, Malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW dengan rupa Dihyah, karena begitu tampannya. (HR An-Nasa'i dan Muslim)
Dikisahkan pula bahwa Dihyah al-Kalbi merupakan seorang raja dari bangsa Arab yang kafir. Dia menguasai tujuh ratus orang dari ahli keluarganya.
Hingga akhirnya Allah SWT menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW setelah salat Fajar mengenai cahaya iman di hati Dihyah al-Kalbi. Allah SWT berfirman, "Hai Muhammad, telah aku pancarkan sinar iman di dalam hati Dihyah al-Kalbi. Maka sekarang dia akan masuk untuk menghadap kepadamu."
Hingga akhirnya Dihyah al-Kalbi pun resmi bebaiat dan masuk Islam. Kemudian, Dihyah menangis, maka Nabi Muhammad SAW bertanya kepadanya, "Apakah arti tangismu itu, wahai Dihyah? Apakah karena masukmu ke dalam agama Islam atau karena sesuatu yang lain?"
Dihyah menjawab, "Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya aku telah melakukan dosa besar. Karena itu, tanyakanlah kepada Tuhanmu, apakah tebusannya? Kalau sekiranya Dia menyuruhku membunuh diriku sendiri, niscaya aku akan bunuh diri. Dan kalau Dia menyuruhku agar melepaskan semua hartaku untuk bersedekah, niscaya akan aku lepaskan semuanya."
"Apakah dosa-dosa besar itu, wahai Dihyah?" tanya Nabi Muhammad SAW
"Aku termasuk salah satu dari pembesar Arab, aku tidak menghendaki putri-putriku mempunyai suami, sehingga tidak akan disebut-sebut Fulan ibn Fulan anak menantu Dihyah. Untuk itu, kubunuh semua putriku yang berjumlah tujuh puluh orang dengan tanganku sendiri," jawab Dihyah.
Maka, Nabi SAW ragu-ragu terhadap hal itu. Kemudian turunlah Malaikat Jibril AS, seraya berkata, "Hai Rasulullah, katakanlah firman Allah SWT kepada Dihyah Al-Kalbi, 'Demi keperkasaan-Ku dan kemuliaan-Ku, sesungguhnya tatkala engkau mengucapkan, La ilaha illallah Muhammad rasulullah maka telah Aku ampuni kekufuranmu selama enam puluh tahun. Dan telah Aku ampuni pula caci makimu kepada-Ku selama enam puluh tahun. Maka, bagaimana Aku tidak mengampuni perbuatanmu membunuh anak-anakmu, padahal mereka adalah anak-anakmu sendirI." (Ibn Sa'ad dalam Thabaqat Al Kabir)
Abu Bakar berkata, "Maka, Nabi SAW dan para sahabat menangis bersama-sama"
Nabi SAW bersabda, "Tuhanku, Engkau telah mengampuni Dihyah yang telah membunuh putri-putrinya dengan syahadatnya yang sekali saja. Maka, bagaimana Engkau tidak mengampuni orang-orang beriman yang memiliki dosa-dosa kecil dengan syahadat mereka yang berkali kali?" ((Ibn Sa'ad dalam Thabaqat Al Kabir)
Setelah masuk Islam, selama hidupnya Dihyah pernah menyaksikan peristiwa Perang Badar bersama Rasulullah SAW.
Dia hidup sampai masa Khalifah Muawiyah, selama masa hidupnya ia tinggal di Al-Mizit sebuah desa dekat Damaskus. Dia juga pernah diutus oleh Nabi Muhammad SAW kepada pimpinan Bashrah agar menyampaikan surat tersebut kepada Raja Heraclius.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa