Adab Menghadiri Majelis llmu, agar Allah SWT Mudahkan Menerima Ilmu

Adab Menghadiri Majelis llmu, agar Allah SWT Mudahkan Menerima Ilmu

Devi Setya - detikHikmah
Sabtu, 03 Des 2022 15:00 WIB
Anak-anak muslim Kashmir tetap belajar Alquran di tengah pandemi corona ini. Begini potret anak-anak kashmir belajar alquran di bulan Ramadhan.
Ilustrasi mengikuti majelis ilmu Foto: AP Photo/Dar Yasin
Jakarta -

Menuntut ilmu tidak mengenal usia. Selama masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia maka sepanjang waktu itu bisa mencari ilmu. Ada adab yang perlu diperhatikan ketika menghadiri majelis ilmu.

Sejak zaman Rasulullah SAW sudah digelar berbagai kegiatan mejelis ilmu. Hal ini seperti yang termaktub dalam sirah nabawiyyah bahwa majelis ilmu pertama beliau sejak diangkat menjadi Rasulullah adalah di rumah Arqam bin Abi al-Arqam. Majelis ilmu pada saat itu tidak hanya berfungsi untuk menyebarkan ilmu, tetapi juga sebagai tempat kaderisasi para sahabat Rasulullah.

Rasulullah dalam salah satu hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi bersabda:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika kalian melewati taman surga, maka berhentilah. Mereka bertanya, apakah taman surga itu? Beliau menjawab, halaqah dzikir (majelis ilmu)".

Rasulullah juga menyampaikan keutamaan sebuah majelis ilmu melalui sabdanya:

ADVERTISEMENT

"Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada di dekatnya. Barang siapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya. (HR. Muslim)

Pertemuan dalam majelis ilmu juga berperan besar dalam proses syiar penyebaran dan perkembangan agama Islam. Dengan majelis ilmu juga umat muslim dapat memahami banyak pengetahuan terkait ketakwaan sehingga lebih mencintai Allah SWT.

Adab Menghadiri Majelis llmu

Dalam menghadiri majelis ilmu, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan. Mengutip buku Kuliah Adab oleh 'Aabidah Ummu 'Aziizah, berikut beberapa adab menghadiri majelis ilmu:

1. Ikhlas karena Allah Semata

Hal pertama yang harus menjadi modal saat menghadiri majelis ilmu adalah niat. Luruskan niat hanya kepada Allah SWT agar hati ikhlas dalam menerima ilmu.

Hal ini seperti sabda Rasulullah yang berbunyi:

"Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya memperoleh sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah. (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Niat menjadi tolak ukur amal. Diterima atau tidaknya suatu amal bergantung pada niat yang diyakininya. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan menghadiri majelis ilmu, seseorang harus benar-benar menghilangkan rasa ingin dipuji, rasa ingin dikatakan saleh/salehah dan pikiran-pikiran buruk lainnya.

2. Semangat Menghadiri Majelis Ilmu

Allah SWT hanya memberikan kepahaman ilmu bagi hamba-Nya yang diridhai. Hal ini seperti hadits Rasulullah:

"Barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan agamaNya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Semangat ini seperti yang ditunjukkan Abu al-Hasan al-Karkhi yang bahkan tetap menghadiri kajian Abu Khazim pada hari Jum'at meskipun libur demi membiasakan dirinya untuk hadir. Keteladanan tersebut menunjukkan bahwa untuk memperoleh ilmu, maka seseorang harus menunjukkan keinginannya secara sungguh-sungguh.

3. Memperhatikan Ilmu yang Disampaikan

Imam az-Zahabi mengisahkan Ahmad bin Sinan dalam bukunya Tazkirab alHuffadz. Ahmad mengatakan tidak ada seorang pun yang bercakap-cakap di majelis Abdurrahman bin Mahdi.

Pena tak bersuara. Tidak ada yang bangkit. Seakan-akan di kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka berada dalam shalat. Ilmu yang diperoleh dari majelis ilmu kemudian hendaklah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari secara istiqamah.

4. Jangan Berputus Asa

Dalam menimba ilmu terkadang ada kalanya diri ini sulit mencerna ilmu yang disampaikan. Jika terjadi hal demikian maka jangan langsung berputus asa. Mungkin ini adalah rintangan yang menjadi ujian dari Allah SWT.

Di antara rintangan yang muncul dapat berasal dari dalam dan luar pribadi seseorang. Rintangan dari diri sendiri seperti malas dan bosan. Rintangan yang muncul dari luar seperti tidak ada teman kajian, cibiran "sok alim", dan sebagainya.

Rasulullah bersabda:

"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)

5. Adab dalam Bertanya

Ketika mengikuti majelis ilmu, tak ada salahnya bertanya untuk sesuatu yang belum dipahami. Namun saat bertanya harus diiringi dengan adab yang baik. Salah satunya dengan tidak memotong pembicaraan guru.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah:

"Bukanlah dari golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta mengetahui haknya para ulama. (HR. al-Jami al- Sagir).

Selain itu, bertanya juga sebaiknya bukan untuk menguji guru. Ada saja orang sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan yang akan diajukan, tetapi ia tetap menanyakannya hanya untuk menguji guru yang menyampaikan.

Dalam Al-Qur'an surat An Nahl ayat 43, Allah SWT berfirman:

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Arab-Latin: Wa mā arsalnā ming qablika illā rijālan nụḥī ilaihim fas`alū ahlaż-żikri ing kuntum lā ta'lamụn

Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

Jadi hendaknya bertanya untuk sesuatu yang memang belum dipahami. Tujuannya agar ilmu yang disampaikan benar-benar dapat diterima dengan baik.




(dvs/lus)

Hide Ads