7 Urutan Ibadah Haji yang Perlu Dipahami Jemaah, Catat Ya!

7 Urutan Ibadah Haji yang Perlu Dipahami Jemaah, Catat Ya!

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Jumat, 09 Mei 2025 17:00 WIB
Ilustrasi Haji
Ilustrasi Kakbah (Foto: Getty Images/iStockphoto/Aviator70)
Jakarta -

Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan setiap muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Ibadah haji ini dilakukan sekali seumur hidup.

Setidaknya ada beberapa tahapan dan rukun yang harus dipenuhi jemaah haji. Dengan begitu, ibadah yang dilakukan menjadi teratur dan tertib sesuai syariat.

Menurut Ensiklopedia Fikih Indonesia: Haji & Umrah tulisan Ahmad Sarwat, haji secara bahasa berasal dari kata al-qashdu yang berarti menyengaja untuk melakukan sesuatu yang mulia dan mendatangi sesuatu atau seseorang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari segi istilah, pengertian haji adalah mendatangi Kakbah untuk mengerjakan amalan tertentu atau berziarah ke tempat tertentu pada waktu tertentu dan melaksanakan amalan-amalan tertentu dengan niat ibadah.

Dalam melaksanakan ibadah haji, ada proses wajib yang harus dilaksanakan. Jika proses tersebut tidak dikerjakan maka jemaah diharuskan membayar dam (denda). Beberapa rangkaian kegiatan yang wajib dilakukan dalam haji adalah ihram, wukuf di Arafah, menginap di muzdalifah, melontar jumrah hingga tawaf wada.

ADVERTISEMENT

Urutan Ibadah Haji

Berikut urutan ibadah haji beserta penjelasannya yang dinukil dari buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag RI).

1. Ihram

Langkah pertama dalam ibadah haji yaitu ihram. Hendaknya, ihram dimulai dari miqat yang sudah ditentukan.

Ihram artinya niat masuk atau mengerjakan ibadah haji/umrah. Muslim yang sudah mengucap niat ihram maka telah mulai melaksanakan ibadahnya.

Saat seseorang sudah berihram, ia wajib mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku ketika ibadah haji. Berikut bacaan ihram yang bisa dibaca,

نويْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ.

Arab latin: Nawaitul hajja wa ahramtu bihi lillaahi 'Azza Wajalla, labbaik allahumma labbaik

Artinya: "Aku berniat haji dan ihram hanya karena mengharap ridha Allah, aku menyambut panggilan-Mu ya Allah, aku menyambut panggilan-Mu."

2. Wukuf di Arafah

Tahap selanjutnya adalah wukuf di Arafah. Wukuf adalah berhenti atau berdiam diri di Arafah dalam keadaan ihram walau sejenak dalam waktu antara tergelincir matahari pada 9 Zulhijah (hari Arafah) sampai terbit fajar hari nahar 10 Zulhijah.

Wukuf di Arafah termasuk rukun haji. Jemaah yang tidak mengerjakan wukuf Arafah maka ibadah hajinya tidak sesuai sabda Rasulullah SAW.

Beliau berkata,

"Haji itu hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam hari jam'in (10 Zulhijah sebelum terbit fajar) maka sesungguhnya ia masih mendapatkan haji." (HR At Tirmidzi)

3. Menginap di Muzdalifah

Selanjutnya adalah menginap di Muzdalifah. Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan melalui Ringkasan Fikih Lengkap yang diterbitkan Darul Falah, wajib hukumnya menginap di Muzdalifah.

Setelah selesai wukuf, seluruh jemaah haji diberangkatkan ke Muzdalifah kecuali jemaah yang tergabung dalam program tanazul. Jemaah tanazul ini akan diberangkatkan dari Arafah langsung menuju hotel di Makkah. Mereka yang mengikuti tanazul adalah jemaah sakit, lansia, dan disabilitas.

Jemaah yang telah sampai di Muzdalifah pada pertengahan malam, cukup untuk menunggu hingga terbit fajar. Di sana, jemaah dianjurkan untuk memperbanyak bacaan talbiyah dan zikir kepada Allah SWT.

Selain itu, jemaah juga memasuki tempat mabit yang disediakan maktab dan berada di area terbuka, dibatasi oleh pagar besi dengan nomor maktab.

4. Melontar Jumrah

Urutan ibadah haji selanjutnya adalah melontar jumrah. Lontar jumrah artinya melemparkan batu kerikil ke arah jumrah sughra, wustha, dan kubra dengan niat mengenai objek jumrah atau marma serta kerikil masuk ke dalam lubangnya.

Melontar jumrah dilakukan pada hari nahar dan hari tasyrik. Hukum melontar jumrah juga wajib sehingga orang yang tidak melaksanakannya akan dikenakan dam atau fidyah.

5. Tahallul

Tahapan lainnya dalam urutan ibadah haji yaitu tahallul. Tahallul artinya keadaan seseorang yang telah dihalalkan melakukan perbuatan yang sebelumnya dilarang selama ihram.

Tahallul haji terdiri atas dua macam, yaitu tahallul awal dan tahallul tsani. Tahallul awal merupakan keadaan seseorang yang telah melakukan dua di antara kegiatan melontar jumrah aqabah kemudian memotong rambut kepala atau bercukur atau telah melakukan tawaf ifadhah dan sa'i lalu memotong rambut atau bercukur.

Setelah tahallul awal, jemaah boleh berganti pakaian biasa, memakai wewangian dan melakukan semua larangan ihram, kecuali bercumbu dan bersetubuh dengan pasangan.

Sementara itu, tahallul tsani adalah keadaan saat seseorang telah melakukan tiga kegiatan haji, yaitu melontar jumrah aqabah, memotong atau mencukur rambut dan tawaf ifadhah serta sa'i. Setelah tahallul tsani, jemaah telah terbebas dari semua larangan ihram, termasuk larangan untuk bersetubuh dengan pasangannya.

6. Menginap di Mina

Urutan ibadah haji selanjutnya yaitu menginap atau mabit di Mina. Hukum menginap di Mina ini juga wajib, dalilnya termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 203.

۞ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْدُوْدٰتٍ ۗ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِيْ يَوْمَيْنِ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۚوَمَنْ تَاَخَّرَ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِۙ لِمَنِ اتَّقٰىۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ ٢٠٣

Artinya :"Berzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya. Siapa yang mempercepat (meninggalkan Mina) setelah dua hari, tidak ada dosa baginya. Siapa yang mengakhirkannya tidak ada dosa (pula) baginya, (yakni) bagi orang yang bertakwa. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan."

Kewajiban menginap di Mina dikecualikan bagi jemaah yang uzur seperti orang tua, orang-orang yang takut kehilangan hartanya, takut membahayakan dirinya atau sakit dan semacamnya. Hal ini dijelaskan dalam buku Tuntunan Super Lengkap Haji & Umrah oleh ustaz Sholihin As Suhaili.

7. Tawaf Wada

Tahapan terakhir adalah tawaf wada yang hukumnya juga wajib. Apabila tidak melakukannya maka jemahah harus membayar dam atau menyembelih kambing sebagaimana dikatakan oleh Abdullah Ibn Abbas RA,

"Orang-orang yang berhaji diperintahkan untuk mengakhiri manasik hajinya (dengan tawaf) di Baitullah (Kakbah). Akan tetapi, tawaf ini diringankan (tidak diwajibkan) bagi perempuan yang sedang haid." (HR Bukhari)

Tawaf wada' juga disebut sebagai penghormatan terakhir kepada Baitullah. Adapun, wanita yang haid diperbolehkan meninggalkan tawaf wada.




(aeb/lus)

Hide Ads