Sejumlah hadits palsu tentang hari Asyura tak sedikit yang tersebar di masyarakat. Mulai dari pahala sedekah berlipat 700 kali hingga bercelak pada hari tersebut akan terhindar dari sakit mata.
Hadits-hadits palsu tersebut, termasuk yang lemah, disebutkan Imam al-Ghazali dalam Kitab Mukasyafatul Qulub. Hadits lain juga diulas dalam buku Problematika Autentisitas Hadits Nabi dari Klasik hingga Kontemporer karya Idri. Berikut di antaranya.
1. "Barang siapa yang melapangkan kerabatnya dan keluarganya pada hari Asyura, maka Allah SWT melapangkan semua tahunnya." (HR Al Baihaqi. Al Mundziri turut mengeluarkan riwayat ini dalam kitabnya, At-Targhib wa At-Tarhib. Status dhaif atau lemah. Ada yang menyebut sangat lemah)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. "Sedekah satu dirham pada hari Asyura, sama dengan 700 dirham." (HR At-Thabrani. Status munkar atau palsu)
3. "Barang siapa yang bercelak pada hari itu, maka dia tidak sakit mata pada tahun itu." (Status palsu. Al-Hakim menegaskan bahwa bercelak pada hari Asyura adalah bid'ah. Sedangkan Ibnu Qayyim mengatakan, hadits tentang bercelak, memasak biji-bijian dan minyak, menggunakan wangi-wangian pada hari Asyura adalah buatan para pembohong)
4. "Barang siapa yang mandi pada hari itu, maka dia tidak sakit." (Status palsu)
5. "Sesungguhnya Allah memfardhukan kepada bani Israil berpuasa satu hari setahun, yakni pada hari Asyura... Barang siapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala seribu malaikat. Barang siapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala seribu orang haji dan umrah. Barang siapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala seribu orang mati syahid..." (Redaksi hadits ini sangat panjang. Ibn al-Jauzi mengatakan bahwa hadits ini menurut orang berakal tidak diragukan kepalsuannya)
Syarat Boleh Mengamalkan Hadits Dhaif
Imam as-Suyuthi mengatakan dalam Tadrib ar-Rawy fi Syarh Taqrib an-Nawawi sebagaimana dinukil Al Mukaffi Abdurrahman dalam buku Koreksi Tuntas Buku 37 Masalah Populer, seseorang boleh mengamalkan hadits dhaif dengan syarat:
- Bukan masalah akidah, yakni tentang sifat Allah SWT, perkara yang boleh dan mustahil bagi Allah SWT, dan penjelasan firman Allah SWT.
- Bukan pada hukum halal dan haram. Kata Imam as-Suyuthi, boleh pada kisah-kisah, fadha'il (keutamaan) amal dan nasihat.
- Tidak terlalu dhaif. Dalam hal ini perawinya bukanlah pendusta, tertuduh sebagai pendusta, atau terlalu banyak kekeliruan dalam periwayatannya.
- Bernaung pada hadits shahih.
- Tidak diyakini sebagai ketetapan, melainkan sebagai bentuk kehati-hatian saja.
Hadits Shahih Hari Asyura
Di samping itu, ada sejumlah hadits shahih tentang hari Asyura dengan derajat Muttafaq Alaih (disepakati keshahihannya). Berikut di antaranya.
Pertama,
ÙÙØ¹ÙÙ٠اؚÙÙÙ Ø¹ÙØšÙÙØ§Ø³Ù Ø±ÙØ¶ÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙ ÙØ§ Ø£ÙÙÙÙ Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ï·º ØµÙØ§Ù Ù ÙÙÙÙÙ Ù Ø¹ÙØ§ØŽÙÙØ±Ùاء٠ÙÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù ØšÙØµÙÙÙØ§Ù ÙÙÙ
Artinya: "Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa pada hari itu." (Muttafaq 'alaih)
Kedua,
ØÙدÙÙØ«ÙÙÙØ§ ÙÙØ§Ø±ÙÙÙÙ ØšÙÙÙ Ø¥ÙØ³ÙØÙاÙ٠اÙÙÙÙÙ ÙØ¯ÙاÙÙÙØ ÙÙØ§ÙÙ: ØÙدÙÙØ«ÙÙÙØ§ Ø¹ÙØšÙØ¯ÙØ©Ù ØšÙÙ٠سÙÙÙÙÙÙ ÙØ§ÙÙØ عÙÙÙ ÙÙØŽÙا٠٠ؚÙÙÙ Ø¹ÙØ±ÙÙÙØ©ÙØ Ø¹ÙÙÙ Ø£ÙØšÙÙÙÙØ عÙÙÙ Ø¹ÙØ§ØŠÙØŽÙØ©ÙØ ÙÙØ§ÙÙØªÙ: ÙÙØ§ÙÙ Ø¹ÙØ§ØŽÙÙØ±Ùاء٠ÙÙÙÙÙ ÙØ§ ØªÙØµÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ±ÙÙÙØ³Ù ÙÙ٠اÙÙØ¬ÙاÙÙÙÙÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙØ§ÙÙ Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ï·º ÙÙØµÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ ÙÙØ¯Ù٠٠اÙÙÙ ÙØ¯ÙÙÙÙØ©Ù ØµÙØ§Ù ÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù اÙÙÙÙØ§Ø³Ù ØšÙØµÙÙÙØ§Ù ÙÙÙØ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ اÙÙØ±Ùض٠رÙÙ ÙØ¶ÙاÙÙ ÙÙØ§Ù٠رÙÙ ÙØ¶ÙاÙÙ ÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙÙØ¶ÙØ©ÙØ ÙØªÙرÙÙÙ Ø¹ÙØ§ØŽÙÙØ±ÙØ§Ø¡ÙØ ÙÙÙ ÙÙÙ ØŽÙØ§Ø¡Ù ØµÙØ§Ù ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙ ØŽÙØ§Ø¡Ù ØªÙØ±ÙÙÙÙÙ. ÙÙÙÙ٠اÙÙØšÙاؚ٠عÙÙ٠اؚÙÙÙ Ù ÙØ³ÙعÙÙÙØ¯ÙØ ÙÙÙÙÙÙØ³Ù ØšÙÙÙ Ø³ÙØ¹ÙØ¯ÙØ ÙÙØ¬ÙØ§ØšÙØ±Ù ØšÙÙÙ Ø³Ù ÙØ±ÙØ©ÙØ ÙÙØ§ØšÙÙ٠عÙÙ ÙØ±ÙØ ÙÙÙ ÙØ¹ÙاÙÙÙÙØ©Ù. ÙÙØ§ÙÙØ¹ÙÙ ÙÙ٠عÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙÙ٠اÙÙØ¹ÙÙÙ٠٠عÙÙÙÙ ØÙدÙÙÙØ«Ù Ø¹ÙØ§ØŠÙØŽÙØ©ÙØ ÙÙÙÙÙÙ ØÙدÙÙØ«Ù ØµÙØÙÙØÙØ ÙÙØ§ ÙÙØ±ÙÙÙÙ٠صÙÙÙØ§Ù Ù ÙÙÙÙÙ Ù Ø¹ÙØ§ØŽÙÙØ±Ùاء٠ÙÙØ§Ø¬ÙØšÙØ§Ø Ø¥ÙÙÙÙØ§ Ù ÙÙÙ Ø±ÙØºÙØšÙ ÙÙ٠صÙÙÙØ§Ù ÙÙÙ ÙÙÙ ÙØ§ ذÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙØ¶ÙÙÙ.
Artinya: "Dari Harun bin Ishaq al-Hamdani, dari Abdah bin Sulaiman, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, 'Pada awalnya, Asyura adalah hari yang di dalamnya orang-orang Quraisy berpuasa pada masa jahiliyah. Ketika itu, Rasulullah SAW juga berpuasa pada hari Asyura. Kemudian beliau datang ke Madinah, beliau juga berpuasa pada hari Asyura tersebut dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa di dalamnya. Lalu ketika puasa Ramadan diwajibkan, maka puasa Ramadanlah yang menjadi fardhu, dan beliau meninggalkan kewajiban puasa Asyura. Maka barang siapa mau berpuasa pada hari itu, ia boleh berpuasa. Dan barang siapa tidak ingin melakukannya, maka ia boleh untuk tidak berpuasa." (Shahih Abu Dawud, No 2110: Muttafaq 'alaih)
Ketiga,
ÙÙØ¹ÙÙÙ Ø£ÙØšÙÙ ÙÙÙÙØ§Ø¯ÙØ©Ù Ø±ÙØ¶ÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ٠أÙÙÙÙ Ø±ÙØ³ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ Ø³ÙØŠÙ ع٠صÙÙØ§Ù Ù ÙÙÙÙÙ Ù Ø¹ÙØ§ØŽÙÙØ±ÙØ§Ø¡ÙØ ÙÙÙÙØ§ÙÙ: «ÙÙÙÙÙÙÙØ±Ù Ø§ÙØ³ÙØ© اÙÙ Ø§Ø¶ÙØ©
Artinya: "Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, 'Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu'." (HR Muslim dalam Kitab Puasa bab Anjuran Puasa Asyura Tiga Hari)
(kri/erd)
Komentar Terbanyak
Majelis Umum PBB Sahkan Resolusi Solusi Dua Negara Israel-Palestina, Tanpa Hamas
Eks Menag Yaqut Tegaskan 2 Rumah Rp 6,5 M yang Disita KPK Bukan Miliknya
KPK Sebut Pejabat Kemenag Tiap Tingkat Dapat Jatah di Kasus Korupsi Kuota Haji